Try new experience
with our app

INSTALL

The Runaway 

TR 5. Putar-Putar Setir

Masih malam hari sekitar isya.


 

Radika sedang menghentikan mobil, lihat kanan kiri mau masuk ke jalan raya.


 

“Sampai sekarang mereka belum menyusul kita. Itu artinya anting kamu tadi berhasil merusak roda mobil mereka,” kata Radika.


 

Yura tersenyum, sedikit terkekeh, sedikit terlonjak dari duduknya, dan bertepuk tangan. Radika terdiam terpukau dengan senyuman Yura. Radika ikut tersenyum.


 

“Duduk yang benar!” perintah Radika. Yura menurut, ia menata posisi duduknya dengan duduk yang benar.


 

“Pakai seat belt ya?” Radika memakaikan Yura seat belt. Yura melihat seat belt yang dipakainya lalu ia tersenyum senang.


 

Lalu lintas jalan raya telah mengizinkan mobil Radika masuk ke jalan raya. Radika melajukan mobilnya santai.


 

***


 

Ferdiansyah lekas telepon anggota yang lain dan memberitahukan keberadaan Radika.


 

“Ayo ganti ban, saya bawa kok!” ajak Ferdiansyah sembari menutup telepon.


 

***


 

Di depan sebuah kantor polisi, beberapa polisi bergerak. Ada yang naik mobil, ada yang naik motor.


 

***


 

Di jalan raya, beberapa polisi lalu lintas juga standby untuk mengawasi Radika yang katanya sedang bersama seorang wanita.


 

***


 

Radika ingin cepat pergi dari tempat itu, tapi ia memang harus melaju pelan karena jalan raya padat.


 

“Masih belum aman kalau belum pergi jauh dari wilayah ini. Kemungkinan besar polisi yang tadi mengejar menelepon rekannya,” duga Radika.


 

Jalan raya sedang padat. Radika ada di tengah-tengah kendaraan yang lainnya. Laju mobilnya menjadi tersendat-sendat bahkan tidak jarang terhenti. Beberapa polisi lalu lintas memperhatikan jalan raya. Salah satu dari mereka melihat mobil Radika. Ia menepuk rekannya dan menunjukkan. Polisi lalu lintas itu lalu menelepon menghubungi polisi. Radika melihat di pinggir jalan raya ada polisi lalu lintas sedang menelepon. Radika tidak terpikir apa pun saat itu. Jalan agak lenggang dan mobil Radika melaju. Salah satu polisi lalu lintas mengikuti mobil Radika.


 

“Mengawasiku?” Radika baru terpikir jika mungkin polisi tadi sedang mengawasi dirinya. Radika menoleh ke samping tadi dan benar salah satu polisi tadi mengikuti dirinya dari pinggir jalan dengan motor.


 

“Tuh kan.” Radika bingung mau mempercepat laju, tapi tidak bisa karena ada saja kendaraan yang menghalangi kecepatan lajunya.


 

Polisi lalu lintas itu menyadari jika Radika telah mengetahui dirinya sedang mengikutinya. Polisi itu melihat rekannya yang memiliki tugas mengejar Radika telah terlihat. Ada yang menggunakan mobil ada yang menggunakan motor. Polisi lalu lintas melambaikan tangan ke rekan-rekannya itu. Rekan-rekannya melihat lambaian tangannya. Saat telah terlihat, polisi lalu lintas itu menunjuk ke arah Radika. Polisi-polisi yang bertugas mengejar Radika melihat dan berusaha mengurai kemacetan untuk bisa mengejar Radika mumpung juga Radika terjebak kemacetan.


 

Radika melihat dari kaca spion ada polisi-polisi yang lainnya lagi yang tampak bergerak ke arahnya. Radika berusaha bergerak menembus kemacetan dengan sedikit rasa panik. Saat bisa melintas ia tidak melepaskan kesempatan tancap gas dan sembari putar-putar setir menghindari mobil dan motor yang melaju di dekatnya. Yura berteriak-teriak ketakutan lagi.


 

“Penjahat-penjahat yang tadi mengejar lagi.” Radika berbohong lagi kepada Yura mengenai polisi-polisi itu.


 

Yura terbelalak semakin ketakutan dan semakin berteriak-teriak lalu menangis.


 

“Hush hush hush! Jangan teriak-teriak! Jangan nangis!” seru Radika untuk menenangkan Yura. Yura tetap teriak dan menangis ketakutan.


 

Polisi-polisi yang naik motor dengan mudah berhasil mengurai macet dan mereka juga tancap gas mengejar Radika. Mobil Radika terkejar polisi-polisi bermotor. Radika panik. Tidak berselang ia melihat jalan tol dan ia lekas mengarah masuk ke tol.


 

“Apa motor masuk tol?” Radika berpikir motor tidak akan masuk tol.


 

Berhasil melaju ke tol, tapi di depan macet lagi begitu juga di belakangnya. Polisi-polisi bermotor itu tetap masuk tol. Motor mereka bisa melewati kemacetan. Radika melihat mereka dan terbelalak.


 

“Aku lupa jika mereka polisi,” kata Radika. Saat itu Radika sudah lepas dari kemacetan antrian kemacetan tol. Ia lekas tancap gas dan putar-putar setir melalui mobil-mobil di depannya. Polisi-polisi bermotor juga semakin melaju kencang mengejarnya.


 

Radika melihat kendaraan-kendaraan berukuran raksasa di depan sana. “Bisa ini dimanfaatkan.”


 

Radika tancap gas dan putar-putar setir terus menyalip-menyalip. Ia ngepot belok potong jalan dan masuk ke sisi mobil raksasa berbaris sehingga kendaraannya tidak terlihat oleh polisi-polisi bermotor.


 

Polisi-polisi bermotor mencari-cari kendaraan Radika.


 

“Pasti di balik kendaraan-kendaraan besar di depan itu!” duga salah satu polisi bermotor sembari berbicara kepada rekan-rekannya dengan bahasa tubuh. Polisi-polisi bermotor lekas bergerak menuju kendaraan-kendaraan besar yang melaju berurutan ke belakang.


 

Radika sembari bersembunyi tetap tancap gas terus lalu sampai melewati semua rangkaian mobil berukuran raksasa ia putar-putar setir lagi melalui kendaraan-kendaraan di depannya. Gara-gara itu Yura ketakutan sampai mengompol.


 

Polisi-polisi bermotor berhasil mengikuti Radika. Radika melihat mereka berhasil dekat dengan mobilnya. Ia putar-putar setir lagi bermain zig-zag. Polisi-polisi bermotor masih dengan mudah mengikuti zig-zag juga.


 

Radika putar-putar setir lagi, tapi bukan sekedar menyalip. Ia dengan sengaja membuat mobil lainnya mengerem mendadak dan menjadi terjadi tumbukan satu sama lain. Hal itu Radika lakukan untuk menghadang gerak polisi-polisi bermotor. Cara itu berhasil menghambat laju polisi-polisi bermotor. Polisi-polisi bermotor mengerem terpaksa mendadak karena terhalang mobil-mobil yang memalang. Salah satu polisi bermotor ada yang terjatuh karena mengerem mendadak.


 

Radika melihat polisi-polisi bermotor masih jauh karena terhenti. Kemudian ia melihat sudah hampir dekat salah satu pintu tol. Saat itu Radika melihat mobil-mobil raksasa lagi di depannya.


 

“Bisa jadi di pintu tol ada yang menghadangku.” Radika menduga jika kemungkinan ada polisi yang akan menghadangnya di pintu tol.


 

Saat itu ia baru menyadari kalau tercium bau pesing dan sumbernya dari Yura. “Ngompol?” tanya Radika sembari menoleh ke Yura. Yura menunduk malu sambil menggigit bibirnya dan tetap menangis ketakutan karena kejar-kejaran itu. Radika segera tidak peduli dengan ompol Yura dan kembali konsentrasi menyetir dan berpikir agar bisa lolos dari polisi yang kemungkinan menghadangnya di pintu tol karena kalaupun terus di tol pasti polisi juga sudah mengantisipasi menghadang di tol mana pun.


 

Radika putar-putar setir mengarah masuk di antara mobil-mobil besar.


 

Saat persis di pintu tol ia langsung tancap gas menembus pintu tol tanpa berhenti sembari menyalip mobil-mobil besar.


 

“Hei!” pekik petugas tol.


 

Radika kembali tancap gas sambil putar-putar setir menyalip mobil-mobil berukuran sangat besar. Polisi-polisi yang menghadangnya menjadi terhalang pandangan mereka karena tertutup mobil-mobil besar. Mereka baru melihat saat Radika sudah melesat cepat dengan sangat berbahaya menyalip ekstrim kendaraan-kendaraan di depannya. Beberapa kendaraan sampai harus mengerem mendadak di area jalan raya setelah pintu tol. Polisi-polisi yang menghadang lekas bergerak mengejar. Mereka ada yang naik mobil ada yang naik motor.


 

***