Contents
E11-40 Ayam Jantan Berkokok Cinta
17. Iip Pacar Lisita
Langit telah gelap, bada Isya tiba. Iip dan Lisita sudah bersiap berangkat ke cafe Rona. Iip tidak membawa smartphonenya karena rusak akibat jatuh ke kolam renang. Untungnya nomor smartphone Sofi yang tertulis di lembaran dua ribu tidak hilang. Nomor itu dicatat di smartphone Lisita.
"Nih Iip bawa tuh baju yang buat ini ibu Budi!" kata Lisita sambil memberikan paper bag toko baju berisi dress.
"Matur terima kasih, Nona Bidadari Lisita!" ucap Iip sambil menerima paper bag dan menengok sejenak isinya.
"Jangan ajak Iip yang jelek - jelek Lisita!" pesan Tuan Buyung.
"Tenang aja Pa, Lisita tidak akan merusak anak orang!" ujar Lisita.
"Suci tidak kamu ajak sekalian?" tanya Tuan Buyung.
"No no no no no, tidak!" jawab Lisita dengan sebal.
"Siapa juga yang mau jalan sama situ!" kata hati Suci walau kata hati kecilnya ingin ikut.
Iip meraih tangan Tuan Buyung dan mencium punggung tangannya.
"Tuh Iip tahu caranya salam!" kata Tuan Buyung.
"Ih kamu cari muka!" kata Lisita.
"Lah gawe opo toh Iip teh cari muka lang wong abdi udah punya muka, Nona Bidadari Lisita!" kata Iip.
"Bidadari Ip? Bidadari apa Ip? Bidadari Kunti? Bidadari kok tidak ada kalem - kalemnya sama orang lain!" kata Tuan Buyung.
"Hahaha Bidadari Kunti!" ulang Iip tertawa.
Lisita mendorong kepala Iip.
"Cocok tuh Bidadari Kunti!" kata hati Suci.
"Papa ih begitu sama anak sendiri!" protes Lisita.
"Lah kenyataannya yang bener mana kamu Bidadari apa Bidadari Kunti?" tanya Tuan Buyung. Lisita menggelembungkan kedua pipinya.
"Bidadari Kunti!" jawab hati Suci.
"Emang bener Tuan gayanya kayak Bidadari Kunti!" kata Iip. Lisita mendelik ke Iip. "Akan tetapi Tuan hatinya kayak Bidadari!" kata Iip kemudian membuat Lisita mengacak rambut Iip dengan kedua tangannya sampai berantakan parah.
"Nona piye iki rambut Iip?" bingung Iip rambutnya tidak karu - karuan.
"Gampang ada sisir nanti kamu bisa sisir di mobil! Rambut pendek ini! Yuk berangkat!"
"E eh ... Bidadari Kunti tidak salam sama Papanya?" tanya Tuan Buyung.
"Oh berarti Kalau Lisita Bidadari Kunti, berarti Papa, Papa Kunti atau Papa Gendruwo?" tanya Lisita. Tuan Buyung mencubit pipi Lisita. Lisita meraih tangan Tuan Buyung.
"Assalamualaikum!" ucap Iip.
"Waalaikumsalam!" jawab Tuan Buyung. Lisita langsung ngeluyur. "Bidadari mana salamnya?" tanya Tuan Buyung.
"Udah wakil Iip saja!" kata Lisita sambil terus berlalu. Tuan Buyung geleng - geleng.
"Kalau begitu saya wakilkan Tuan! Assalamualaikum!" ucap Iip lagi.
"Waalaikumsalam!" jawab Tuan Buyung. "Jangan mau ya Iip jika diajak hal tidak benar! Larang dia juga kalau melakukan hal tidak benar!" pesan Tuan Buyung.
"Siap Tuan, Insya Allah!" jawab Iip. Iip lalu bergegas pergi.
"Aku tidak diajak," gerutu hati Suci sampai mukanya berekspresi kayak bebek bahenol.
"Suci walau di rumah kamu kan masih bisa nonton TV atau main game sepuasnya!" kata Tuan Buyung.
"Iya Tuan," jawab Suci sambil berusaha memperlihatkan senyuman. Tuan Buyung segera pergi ke kamarnya.
Iip duduk di depan setir karena dia sopir sedangkan Lisita duduk di bangku belakang karena ia yang punya mobil.
Kamar Sofi.
Sementara itu Sofi dan Lisa sudah siap tapi Sofi ragu mau pergi atau tidak, apalagi smartphone Iip tidak bisa dihubungi.
"Ayolah coba datang saja yuk!" ajak Lisa.
Tiba - tiba smartphone Sofi berdering tapi nomornya tidak dikenalnya dan tidak tersimpan di smartphonenya.
"Siapa? Ayam Jantan?" tanya Lisa. Sofi geleng.
"Tidak jelas!" kata Sofi.
"Angkat saja siapa tahu tadi saat lo teleponnan tadi smartphone Ayam Jantan rusak!" kata Lisa. Sofi mengangkatnya.
"Halo!" seru Lisita yang ada di mobil. "Halo! Halo!" seru Lisita berulang kali sedangkan Sofi hanya diam saja dengan cembetut tut tut sambil memandang Lisa.
"Siapa?" tanya Lisa. Sofi geleng. "Bukan Ayam Jantan?" tanya Lisa lagi. Sofi geleng.
"Halo datang ya ke cafe Rona kalau tidak saya embat nih Iipnya!" ancam Lisita lalu menutup teleponnya. Sofi jadi ternganga.
"Emang saya teh panganan, Nona Bidadari Lisita?" tanya Iip.
"Habis ditelepon lama angkat waktu diangkat tidak jawab - jawab cuma didengerin doang!" keluh Lisita sebal.
"Iya pasti bingung tujuh turunan Nona, soalnya kan nomor Nona tidak tercatat pada smartphone duwe e Neng Geulis Ayu Sofi," terang Iip.
"Iya juga ya nomor saya pasti bikin dia bingung tujuh turunan tanjakan," kata Lisita membenarkan.
Sementara itu Sofi dan Lisa ....
"Siapa Sofi, sampai muka lo jadi gado - gado karedok aneh. Ya manyun, ya kejut listrik, ya kayaknya ada senengnya, ada cemburu bingung deh rasanya kalau dimakan kayak apa?" heran Lisa.
"Tadi cewek yang telepon. Dia bilang suruh datang ke Rona. Ya senenglah gue, tapi ya terkejutlah gue, kok cewek bukan Ayam Jantan, ya cemberut lah. Terus dia pakai ngancam, kalau tidak datang, Ayam Jantannya mau diembat sama tuh cewek ya cemburulah gue," terang Sofi.
"Itu artinya lo harus datang, perjuangin tuh Ayam Jantan lo!" saran Lisa. Sofi mengangguk.
"Yuk berangkat!" ajak Sofi sambil ke luar dari kamarnya. Lisa ikut ke luar.
Cafe Rona.
"Ini teh cafenya? Apik tenan, cocok buat bertemu sama Neng Geulis Ayu Sofi!" kata Iip.
"Pesen apa aja yang kamu suka ntar saya yang bayar!" ujar Lisita.
"Nanti saja kalau Neng Geulis Ayu Sofi datang!" kata Iip.
"Lah kalau dia tidak datang bagaimana?" tanya Lisita.
"Puasa," jawab Iip.
"Idih, buat apa begitu? Udah pesan saja sekarang yang ringan aja nanti dia datang pesan lagi yang kelas berat!" kata Lisita.
"Iya deh Iip akan pesan kelas bulu!" ujar Iip.
"Nah gitu dong!" kata Lisita lalu mengangkat tangannya. Pelayan wanita datang.
"Mbak saya mau pasta sama orang ngejudge!"
"Orang ngejudge?" bingung pelayang.
"Ayo tebak!" seru Iip. "Maksudnya minuman apa hayo?"
"Aha, saya tahu!" kata Pelayan.
"Tempe!" kata Iip. "Saya orang ngejudge juga deh dan saja, mboten lain - lain!" kata Iip kemudian. Pelayan mengangguk dan pergi.
Di pintu masuk cafe Roma tampak datang pria yang Lisita kenal. Pria itu melihat kehadiran Lisita. Pria itu menghapiri Lisita.
"Lisita!" sapa Lexio
"Hai!" seru Lisita berdiri. Lexio memegang tangan Lisita hendak menariknya. Lisita segera menarik tangannya. Iip cuma clingak clinguk melihat ke Lisita dan ke Lexio bergantian, berulang. "Maaf jangan pegang - pegang! Kenalin!" seru Lisita sambil menarik Iip untuk berdiri. Iip berdiri. "Ini pacar baru gue, Iip!" kata Lisita memperkenalkan.
Lexio langsung menoleh ke Iip. Iip menyerahkan tangannya ke Lexio tapi Lexio cuma memandangi tangannya sekilas lalu memandang ke Lisita lagi. Iip menarik tangannya menyimpannya ke belakang badannya.
"Kita belum putus bagaimana bisa kamu?" heran Lexio.
"Sudah pasti kita sudah putuslah masak iya saya masih sama kamu yang udah punya!" kata Lisita dengan menyeringai.
Lexio kembali memandang ke Iip dari atas sampai bawah. Tampak di mata Lexio Iip memang tampangnya lumayan tapi gayanya tidak keren dan modis.
"Kamu mau sama yang model begini? Memang ini tipe kamu?" heran Lexio.
"Dia baik, jujur, setia, anak soleh, jelas kamu tidak Level sama dia!" kata Lisita memuji Iip.
"Belum ada kata putus kamu masih pacarku!" ujar Lexio lalu menarik Lisita dengan kuat untuk pergi dari cafe itu.
"Ee Bidadariku mau panjenengan bawa ke mana?" tanya Iip sambil berusaha melepaskan tangan Lisita dari tangan Lexio. "Saya teleponin Papanya loh, Papanya orang punya, kamu teh pasti dihajar habis!" ancam Iip.
Saat itu bertepatan Sofi Margareta dan Lisa datang ke cafe Rona.
"Memangnya kamu kenal sama Papa Lisita? Ngomong doang!" tanya Lexio tidak percaya.
"Kenal abdi!" jawab Iip.
"Ya pasti kenallah orang Papa aku yang ngenalin dia ke aku!" kata Lisita. "Kami dapat restu dari Papa aku! Papa aku percaya banget sama Iip! Sah aku sama Iip pacaran!" terang Lisita.
"Iya betul itu Iip teh pacar Bidadari Lisita!" ujar Iip.
Deg jantung Sofi remuk mendengarnya. Sofi memandang ke Lisa. Lisa memeluk bahu Sofi dari samping sambil mengusap pelan berulang bahu Sofi.
"Aku tidak peduli kamu punya aku!" kata Lexio sambil menarik tangan Lisita. Lisita segera menarik tangannya dibantu Iip.
"Dengar kami bukan sekedar pacar kami sudah calon! Dengar Calon!" tegas Lisita.
Lexio jadi melepaskan tangan Lisita.
"Mana cincinnya?" tanya Lexio.
"Masih mau diadakan, kalau mau undangannya, tunggu! Kami masih mencari tanggal baik!" ujar Lisita lagi.
Deg hati Sofi semakin tidak karu - karuan. Matanya berkaca - kaca.
"Sabar!" ucap Lisa.
Saat itu Iip melihat Sofi. Sofi juga melihat Iip. Sofi menarik tangan Lisa pergi dari cafe Rona.
"Bidadari Lisita tunggu ya aku ada perlu sebentar, ini Budi!" kata Iip.
Lisita mengerti dan ia jadi tidak enak tapi ada Lexio ia harus tetap mengakui Iip sebagai pasangannya.
"Iya, Sayang, saya mengerti!" kata Lisita. Iip segera ke luar cafe Rona. Sampai di luar ia mencari - cari Sofi.
Pesanan Lisita dan Iip datang.
"Saya mau makan!" kata Lisita masa bodoh dengan kehadiran Lexio. Lisita duduk dan makan dengan santai. Lexio iku duduk dan meminum orang ngejudge milik Iip. "Main embat aja punya orang!" kata Lisita melihat minuman punya Iip diminum Lexio.
Lisita buru - buru menghabiskan pastanya dan orang ngejudgenya. Segera bayar semuanya segera lari pergi ke mobilnya.
Sementara itu di luar cafe Rona. Sofi yang sedang dikejar dicari - cari Iip mengajak Lisa bersembunyi di balik mobil - mobil yang parkir.
"Waduh paham salah lagi ini!" keluh Iip sambil mencari - cari Sofi. Clingak clinguk, clingak clinguk, tolah toleh, tolah toleh, semua penjuru mata angin. Sampai kolong - kolong kendaraan juga tidak terlewatkan ia tengok. Ia melihat kaki ada empat yang tampaknya kaki - kaki itu kaki milik perempuan.
Iip pelan - pelan melangkah menghampiri sosok - sosok dibalik mobil itu. Ia mengintip benar itu Sofi dan temannya. Sofinya sedang menumpahkan air mata dalam pelukan Lisa.
"Setunggal, dua, tilu, duarrr ... !" seru Iip membuat jantungan keduanya. Keduanya sampai melompat.
Sofi melihat itu Iip. Sofi cepat - cepat menghapus air matanya. Iip mendekati dan membantu Sofi menghapus air mata Sofi.
"Jangan paham salah, salah paham, itu tadi teh hanya rupa - rupa, paru - paru, pura - pura, karena ada cowok paksa - paksa tadi, seriusly, dobel serius, dua rius, seribu rius, sejuta rius, triyar rius, dasayar serius," kata Iip.
"Demi apa?" tanya Lisa.
"Demi Allah!" jawab Iip.
"Bohong, dasar kamu memang gombal pel!" kata Sofi lalu menarik tangan Lisa, mengajak Lisa pergi.
"Neng Geulis Ayu Sofi!" seru Iip. Iip segera melangkah menghadang langkah Sofi. "Saya teh sanes gombal pel saya teh obat pel na buat mencerahkan hari - hari hati Neng Geulis Ayu Sofi! Dasayar serius Neng Geulis Sofi!" ujar Iip.
Lisita datang membawa paper bag.
"Nih, buat kamu!" kata Lisita sambil menyerahkan paper bag ke tangan Sofi. Sofi menggenggam bingung paper bagnya. "Iip sampai tidak pesan makan tau, katanya mau pesan kalau kamu udah datang! Yuk Yayang Iip kita pergi!" kata Lisita lalu bergelayut merangkul mesra tangan Iip dan membawa Iip pergi. "Kalau jodoh tidak ke mana Ip!" imbuh Lisita.
"Neng Geulis Ayu Sofi jangan salah paham!" seru Iip sambil mengikuti tarikan Lisita.
"Press Conferencenya lain kali, Sof! Tenang aja ini milik kamu! Saya pinjam!" seru Lisita.
"Cantik!" puji Sofi yang terpanah kecantikan Lisita. "Aku apa?" ucapnya minder.
"Tenang aja katanya cuma pinjam!" kata Lisa menenangkan.
"Memang bisa ya dipinjam?" heran Sofi. Lisa mengangkat kedua bahunya.
"Coba lo buka isi paper bagnya!" seru Lisa. Sofi membuka dan mengeluarkan isinya. Keduanya takjub terbelalak ternganga. Dress bagus sekali. "Buat gue ya?" pinta Lisa. Sofi langsung manyun dan mendekapnya erat sambil geleng banyak kali. Lisa manyun.