Try new experience
with our app

INSTALL

E11-40 Ayam Jantan Berkokok Cinta 

15. Bukan Gombal Pel

Iip Setiawan sedang mengantar Sofi Margareta pulang dengan mobil Tuan Buyung. Smartphone Iip berdering.


 

"Iya Nona Lisita!" seru Iip karena tertera nama yang menelpon Lisita.


 

"Kamu lagi ngantar?" tanya Lisita.


 

"Inggih Nona Lisita, abdi sedang ngantarkan!" jawab Iip.


 

"Ya udah jangan lama - lama, bentar lagi saya udahan belanjanya!" kata Lisita.


 

"Baik, Nona Lisita!" kata Iip mengakhiri pembicaraan lalu smartphonenya ia simpan.


 

"Itu Nona Lisita yang sangat cantik itu ya?" tanya Sofi.


 

"Iya itu Nona Lisita yang cantiknya kayak tuan putri, bidadari dari kayangan," kata Iip apa adanya kenyataanya.


 

"Kak Iip pasti suka sama Nona Lisita itu. Gue apaan dibanding Nona Lisita yang bak bidadari kayangan itu? Kagak ada apa - apanya, jauh banget!" batin Sofi sambil menunduk murung.


 

Akhirnya Iip sudah sampai di depan rumah Sofi.


 

"Sudah sampai, inikan rumah Neng Geulis Sofi?" tanya Iip memastikan. Sofi mengangguk tanpa senyum. "Neng Geulis Sofi kenapa?" tanya Iip. Sofi menggeleng.


 

"Terima kasih Kak Iip udah mau antar Sofi! Terima kasih juga dressnya! Assalamualaikum!" kata Sofi lalu turun.


 

"Waalaikumsalam!" jawab Iip. "Kenapa ya Neng Geulis Sofi kok kayaknya tidak happy senang bungah?" pikir Iip bertanya - tanya dalam benaknya. Iip segera melajukan mobilnya kembali ke Mall GKM.


 

Sofi masuk rumah dengan manyun. Masuk kamarnya dengan berkaca - kaca lalu tak tertahan lagi bulir - bulirnya jatuh.


 

Iip Setiawan sudah sampai di Mall GKM dan sudah di supermarket.


 

"Nona sudah mari belanjanya?" tanya Iip.


 

"Iya ini mau antri di kasir! Sana kamu yang antri sama Suci! Saya mau lihat baju - baju dulu di situ!" perintah Lisita sambil menunjuk tempatnya lalu kasih dompetnya ke Iip "Nih PINnya!" kata Lisita lalu berbisik ke telinga Iip. Suci merasa tidak suka Lisita mendekat ke telinga Iip.


 

"Ih, Nenek Sihir Ganjen!" batin Suci.


 

Lisita pergi. Suci dan Iip dorong dua troli berisi penuh ke kasir.


 

"Suci sampun beli barang - barang keperluan Suci sendiri?" tanya Iip.


 

"Suci kan tidak punya uang Iip. Uang yang ada di Suci kan punya Tuan Buyung, buat keperluan belanja dapur, bukan untuk keperluanku," kata Suci.


 

"Kamu teh jujur ya, abdi seneng kalian tiang jujur kue kucur manis gurih," kata Iip apa adanya. Buat Suci itu lebih dari pujian dan membuat hatinya semakin kesengsem terobsesi sama Iip.


 

Mereka telah selesai mengantri di kasir. Mereka menghampiri toko baju yang di datangi Lisita tapi di depannya saja tidak pakai masuk ke tokonya.


 

"Nona Lisita kami teh, pun mantun!" seru Iip dari luar tokonya.


 

"Iip, sini Iip!" panggil Lisita sambil menggerakkan tangannya mengisyaratkan untuk masuk ke toko.


 

"Titip ya trolinya? Abdi masuk tokonya dulu, diceluk kalian Nona Lisita!" kata Iip.


 

"Iya!" jawab Suci.


 

Iip masuk ke tokonya. Suci menjaga dua troli. Suci memperhatikan dua troli yang penuh menjulang.


 

"Ih orkay, belanjanya begini ya, enak bener! Kalau ambil satu atau ikut taruh dikit barang, biar mereka yang bayar, tidak bakal ketahuan. Ah, lain kali ambil saja keperluan aku atau buat adikku juga orang tuaku, lumayan daripada lumanyun," batin Suci senyum - senyum sambil memainkan alisnya diangkat - angkat.


 

Di dalam toko baju.


 

"Iip coba deh, nanti kamu nilai ya, bagus mana yang saya pakai!" kata Lisita.


 

"Oke, Nona!" kata Iip setuju.


 

Lisita masuk ruang ganti lalu tak lama ke luar dengan baju toko.


 

"Bagus tidak? Cantik tidak?" tanya Lisita.


 

"T O P B G T, Nona! Nona teh keren bakal beken kalau pakai yang ini!" seru Iip apa adanya.


 

"Gombal kamu!" kata Lisita.


 

"Saya tidak gombal tanya saja sama orang lain di sini!" kata Iip. Mbak bagus toh Nona ini pakai baju ini?" tanya Iip ke salah satu pelanggan toko. Orang itu melihat.


 

"Keren! Udah cantik pakai ini jadi seperti model!" katanya sambil kasih jempol.


 

"Tuh kan Nona saya teh mboten gombal kain pel, asli bukan atau palsu kalau ngomong!" kata Iip antusias. Lisita tersenyum.


 

"Jelek Blegedes!" batin Suci yang melihat dari luar toko dan mendengar pembicaraan mereka.


 

"Saya coba yang lain lagi!" ujar Lisita lalu masuk sambil membawa baju toko yang model lain lagi. Beberapa saat ia ke luar. "Gimana?"


 

"Kalau ini kelihatan kayak princess, kalem feminin, ayu tenan!" puji Iip apa adanya juga.


 

"Jadi menurut kamu yang mana yang tadi atau ini saya cocoknya?" tanya Lisita.


 

"Tergantung selera Nona Lisita, kalau mau keren kayak model yang tadi tapi kalau mau kelihatan kayak tuan putri kayangan, kalem ya yang ini!" kata Iip.


 

"Kayak Nenek Sihir!" batin Suci yang ada di luar toko.


 

"Bingung deh, Iip!" keluh Lisita.


 

"Nona tinggal pilih suka jadi model apa tuan putri yang kalem?" tanya Iip.


 

"Ah saya sih lebih suka keren kayak model deh tapi yang ini saya beli juga deh kayaknya cocok buat gebetan kamu, Ip, kalem kayak tuan putri!" kata Lisita.


 

"Buat Neng Sofi? Ah iya cocok model yang ini!" seru Iip membenarkan sambil teringat penampilan Sofi yang pakai midi dress tadi.


 

"Buat gebetan Iip? Ih!" sebal Suci yang mendengar dari luar toko.


 

Lisita segera masuk ke ruang ganti lagi. Segera keluar dan membayar kedua baju.


 

"Nona kemarin sudah beli segudang loh padahal!" kata Iip.


 

"Hehehe ... !" tawa senyum kecil Lisita. "Cewek tuh suka belanja Iip! Kalau kamu punya cewek jangan lupa manjain dia sama belanja!" terang Lisita.


 

"Oh begitu ya, Non? Kalau begitu abdi bade nyelengi biar bisa manjain Neng Geulis Ayu Sofi belanja!" ujar Iip. Lisita manggut setuju dengan kata - kata Iip.


 

"Ih siapa sih Sofi tuh? Kayak apa sih dia?" tanya batin Suci bermonolog tidak senang.


 

"Kalau saya sama gebetan kamu cantik mana, Iip?" tanya Lisita.


 

"Ya jelas cantik Nona Lisita! Ayu tenan tanpa celah! Belum pernah Iip teh lihat cewek yang secantik Nona Lisita!" kata Iip serius seribu rius.


 

"Cih, iya iyalah dia bisa cantik! Kan uangnya banyak, perawatan terus, terurus, tinggal di rumah gedong nyaman, terlindungi dari radikal bebas," batin Suci.


 

"Gombal kamu!" kata Lisita.


 

"Abdi teh kalau bicara apa adanya Nona mboten gombal!" terang Iip.


 

"Lah terus kenapa kamu sukanya sama Sofi bukan sama saya saja?" tanya Lisita.


 

"Lah kalau hal itu laen, Nona Lisita! Itu urusan hati! Hati abdi sukanya sama Neng Geulis Ayu Sofi walau tidak secantik Nona Lisita!" jawab Iip.


 

Iip mengembalikan dompet Lisita. Lisita membayar.


 

"Ya udah yuk pulang! Papaku takutnya butuh kamu buat antar ke mana - mana!" kata Lisita.


 

Iip mengantarkan Lisita dan Suci kembali ke rumah gedong. Iip pergi lagi ke kantor Tuan Buyung.


 

Jadilah di rumah gedong hanya tinggal berdua Lisita dan Suci tapi jangan lupakan Werkudara Bumi Legawa walaupun hanya seekor ayam jantan.


 

"Bawa tuh semua belanjaannya ke belakang!" perintah Lisita. Lisita masuk hanya membawa dua paper bag toko pakaian. Suci sibuk mondar - mandir teras dapur membawa kantong - kantong belanja yang sangat banyak.


 

"Enak banget si Tuan Putri Nenek Sihir!" grutu batin Suci sambil dower kayak bibir bebek bahenol. Akhirnya beres juga semua kantong belanjaan sampai dengan selamat di dapur.


 

Dapur.


 

Di halaman belakang Werkudara kelaparan. Ia masuk ke dapur dan mematuki jagung manis yang tadi dibeli di supermarket.


 

"Ayam sialan!" maki Suci sambil menyabet Werkudara Bumi Legawa pakai sapu.


 

Lisita kebetulan ke belakang dan melihatnya.


 

"Eh Suci!" teriak Lisita. Suci terkejut dan menoleh ke Lisita. "Kamu jahat banget sama seekor ayam!" bentak Lisita.


 

"Itu ayamnya makan jagungnya, Nona," terang Suci.


 

"Usir baik - baik kan bisa! Lagian juga cuma jagung! Banyak kan jagungnya? Saya juga masih sanggup kok beli lagi!" kata Lisita. Lisita lalu mengambil jagungnya yang bekas dipatuk Werkudara dan ke halaman belakang.


 

Halaman belakang.


 

"Werkudara!" panggil Lisita sambil menawarkan jagung. "Nih jagung nih! Si Pembantu baru tuh tadi pagi tidak kasih kamu makan ya?" tanyanya pada Werkudara. Werkudara menghapiri dan mematuk, memakan jagungnya. "Pembantu baru tuh tidak becus, kasih makan ayam saja tidak bisa!" kata Lisita lalu masuk ke dalam.


 

Dapur.


 

"Kamu tahu tidak itu ayam siapa? Itu ayam kesayangan Iip! Aku akan kasih tahu Iip kalau ayam kesayangannya habis kamu pukul! Jagung tuh saya beli banyak, memang juga buat ayamnya sih Iip!" kata Lisita. "Tadi pas ke Mall GKM kan tidak sempat makan siang, masak, saya lapar! Bisa masak kan?" Suci mengangguk. "Cepat tidak pakai lama!" Suci mengangguk. Lisita lalu mengambil buah - buahan yang ia inginkan di kantong belanja lalu pergi ke kamarnya.


 

"Dasar Nenek Sihir! Pantas tidak ada yang betah! Aku harus betah demi adikku bisa sekolah! Ah, ini makanan banyak! Aku ambil ah, buat adikku dan orang tuaku! Pasti tidak akan ketahuan! Uang dari Tuan Buyung juga utuh, yang membayar tadikan Nona Lisita. Tuan Buyung tidak tahu. Lumayan, ini juga akan aku berikan buat adik dan orang tuaku, mereka pasti senang!" kata hati Suci.


 

Suci memasak.


 

"Ah akan aku balas Nona Lisita si Nenek Sihir lewat masakan!" batin Suci.


 

Akhirnya masakan pun jadi. Suci menyeringai. Ia bergegas menata di meja makan lalu pergi ke atas untuk memanggil Lisita.


 

"Nona Lisita makanannya sudah siap!" seru Suci.


 

"Iya!" jawab Lisita.


 

Suci turun dan ke dapur membereskan alat - alat masak.


 

Lisita ke meja makan. Lisita melihat masakan Suci. Tampak ada menu daging dan sayuran tumis. Ia memeriksa dengan sangat hati - hati.


 

"Ih ini, dagingnya kayak masih mentah? Ih ini, jangan - jangan tidak dimasak cuma dikucurin bumbu!" kata Lisita tapi hanya gerakan bibir tanpa suara.


 

Lisita pergi ke ruangan CCTV dan melihat CCTV dapur.


 

"Ya Allah iya cuma dikucurin bumbu! Pakai senyum - senyum lagi dia masaknya! Jangan - jangan ia memang sengaja mau mengerjai saya!" kata Lisita ternganga terbelalak melihat video itu. Lisita segera ke dapur.


 

"Suci sini deh! Kami pasti belum makan kan? Ayo temani aku makan!" ajak Lisita.


 

"Tidak Nona, saya masih kenyang!" tolak Suci.


 

"Ayo!" ajak Lisita sambil menarik tangan Suci.


 

Lisita mengambilkan piring, nasi, daging dan tumis sayuran. Lisita membuat Suci duduk di kursi meja makan.


 

"Silakan makan, Suci!" kata Lisita.


 

"Nona Lisita tidak makan?" tanya Suci.


 

"Nanti setelah kamu makan!" kata Lisita. "Ayo makan!"


 

Suci memakan tumis sayurnya saja.


 

"Dagingnya dong!" perintah Lisita.


 

"Sasaya tidak makan daging Nona," kata Suci.


 

"Kamu herbivora sama kayak Werkudara?" tanya Lisita lalu menyuapi Suci dengan daging. Suci melepehnya.


 

"Ikut saya!" ajak Lisita sambil menarik tangan Suci menuju ke ruangan CCTV.


 

Lisita memutar CCTV dapur.


 

"Lihat itu!" perintah Lisita sambil menjorokkan wajah Suci ke layar monitor. Suci melihat perbuatannya.


 

"Nanti kalau ada papa saya, akan saya laporkan dan kamu pasti akan dipecat!" bentak Lisita.


 

"Jangan Nona, saya mohon Jangan! Maafkan saya Nona! Sasaya tidak bisa memasak daging! Sasaya orang miskin tidak pernah makan daging, memasaknya tidak pernah!" alasan Suci.


 

"Lalu kenapa kamu tertawa - tawa?! Jelas kamu sengaja!" kata Lisita.


 

"Saya tertawa karena saya senang bisa memasak daging Nona, karena ini pertama kalinya saya memasak daging Nona!" alasan Suci.


 

"Bohong! Dasar kamu gombal pel tukang tipu!" bentak Lisita lalu menyeret Suci ke luar dari ruangan monitor CCTV. Lisita mengunci pintu ruang monitor CCTV.