Contents
E11-40 Ayam Jantan Berkokok Cinta
14. Deg Deg Deg
Sofi dan Iip bertemu di sudut sepi di luar toilet. Mata mereka bertemu saling terdiam terpanah. Deg deg deg.
"Buset dah pada diam - diam, kagak ada kata, kagak ada gerak!" seru Lisa membuyarkan tatapan mereka, memecah keheningan. "Lo berdua patung?" heran Lisa. Iip menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sofi menunduk merona.
"Assalamualaikum!" ucap Iip.
"Waalaikumsalam!" jawab Sofi.
Setelahnya pada diam lagi dan saling menatap lagi dengan sama - sama terseyum. Deg deg deg.
"Yah diam lagi!" kata Lisa. "Oh mungkin ada gue si obat nyamuk kali ya? Ya udah good bye!" kata Lisa lalu pergi meninggalkan mereka berduaan.
Keheningan terpecah lagi dan semakin deg deg deg.
"Suara yang di telepon teh suara rencangnya?" tanya Iip. Sofi tersenyum mengangguk merona. Deg deg deg.
"Sofi cantik, dress-nya jadi tambah ayu dipakai kalian tiang ayu!" puji Iip tulus snack pilus jujur kue kucur bukan gombal ala odading. Sofi semakin tersipu. Deg deg deg.
"Jalan - jalan ten Mall ini yuk Neng Geulis Sofi!" ajak Iip. Sofi tersenyum mengangguk. Deg deg deg dan tangan Sofi jadi buyutan lagi.
Mereka jalan. Sofi menggandeng tangannya sendiri yang sedang buyutan. Kedua tangannya ditaruhnya berpindah - pindah, kadang di depan badannya, kadang di belakang badannya.
"Mau es krim, Neng Geulis Sofi?" tawar Iip. Sofi menoleh menatap ke Iip. Sofi diam sesaat lalu tersenyum mengangguk. Iip membalas tersenyum. Iip menghapiri toko ice cream Cone. "Mau rasa apa, Neng?" tanya Iip.
"Coklat," jawab Sofi lirih. Baru kali ini ia bersuara sejak tadi bertemu di toilet.
Iip membayarnya.
"Terima kasih, Ayam Jantan, eh maksud gue Kak Iip, maaf!" ucap Sofi kali kedua suaranya ke luar walau salah sebut. Ia menggigit bibirnya dan menahan tawa karena salah sebut.
"Tidak papa sebut saja abdi teh Ayam Jago, Ayam Jantan, asal Neng Geulis Sofi yang sebut!" ujar Iip serius.
"Maaf," ucap Sofi merasa tidak enak.
"Tidak apa - apa, sungguh Neng Geulis Sofi!" tegas Iip dengan tersenyum. "Dimakan atuh Neng esnya meleleh tuh!" kata Iip kemudian. Sofi langsung memakannya. "Tuh ada bangku!" tunjuk Iip. Lalu mereka duduk berdua.
"Kak Iip tidak makan es cream juga?" tanya Sofi malu - malu.
"Iip mau beli minuman waelah!" ujar Iip lalu menghampiri toko Gelas yang ada di dekat mereka. Tak lama ia sudah kembali dan duduk di sebelah Sofi.
Lisita melihat Iip. Lisita menutup mulutnya menahan tawa.
"Cie ... dia udah ketemu tuh! Puas - puasin deh! Saya kalau belanja soalnya lama!" kata Lisita bermonolog dengan gerakan bibirnya saja. Lisita kembali ke supermarket.
"Kak Iip tinggal di mana, di Jakarta?" tanya Sofi dengan lembut.
"Tinggal di rumah Nona Lisita," jawab Iip.
"Nona Lisita siapanya Kak Iip?" tanya Sofi.
"Orang baru kenal kemarin," jawab Iip.
"Baru kenal kok tinggal di rumahnya?" heran Sofi.
"Rezeki anak soleh," jawab Iip sambil tersenyum. Smartphone Iip berdering. Iip mengangkatnya. "Halo Suci, naon?"
"Iip kamu di mana, aku tungguin kamu nih!" kata Suci dengan nada kesal.
"Memang udah kelar belanjanya?" tanya Iip.
"Udah!" jawab Suci.
"Ya wis enteni sebentar!" kata Iip. "Neng Geulis Sofi saya ditungguin sama Suci, di supermarket, abdi balik dulu ya?" pamit Iip. Sofi mengangguk dengan terpaksa.
"Assalamualaikum!" ucap Iip.
"Waalaikumsalam!" jawab Sofi.
Sementara itu di supermarket.
"Suci kamu telepon siapa?" tanya Lisita.
"Iip, Nona," jawab Suci.
"Aduh, kamu buat apa sih telepon dia? Kita ini masih lama belanjanya! Dia itu lagi sama gebetannya! Gimana sih kamu itu? Ganggu orang saja!" protes Lisita dengan kasar.
"Ih, Nenek Sihir!" batin Suci.
Iip kembali ke supermarket. Ia mencari - cari Suci di dalam supermarket. Tampaklah Suci dan Lisita.
"Iip, saya bakalan masih lama belanjanya!" kata Lisita.
"Katanya tadi udahan?" tanya Iip heran.
"Kata siapa? Kamu tahukan saya kalau belanja lama?" tanya Lisita. Iip mengangguk. "Pembantu baru kamu percaya!" ucap Lisita dengan nada kasar. Mana tuh Neng Geulis Sofi?" tanya Lisita.
"Neng Geulis Sofi tadi ada di bangku Mall," jawab Iip.
"Kamu tinggalin dia? Kamu tidak antar dia pulang? Kamu biarkan dia pulang sendiri? Cowok apaan kamu! Cowok gak bener kamu!" kata Lisita kasar. Iip menepok jidatnya membenarkan Lisita lalu ia berlari.
Iip kembali ke bangku yang tadi ia duduki bersama Sofi. Sofi sudah tidak ada di bangku itu.
"Aduh ke mana teh Neng Geulis Sofi? Abdi salah, salah, salah! Tadi kan temannya udah pulang duluan terus Neng Geulis Sofi bagaimana? Abdi cari Neng Geulis Sofi ten pundi?" sesal Iip.
Sementara itu Sofi sedang jalan - jalan sendiri di Mall dengan sedih, kecewa dan penuh tanda tanya lagi.
"Siapa itu Lisita, baru kenal kok sudah tinggal bersama? Siapa lagi itu Suci, sampai - sampai Kak Iip pergi meninggalkan gue?" batin Sofi bermonolog bertanya. "Lisa pasti sudah pulang. Apa aku telepon dia? Ah, jangan! Jangan merepotkannya terus! Aku pulang sendiri saja!" batinnya kemudian.
Sementara itu Iip terus mencari Sofi.
"Neng Geulis Sofi maafkan Iip, maafkan abdi Neng!" batin Iip sambil terus mencari.
Seorang anak kecil, balita perempuan, menangis.
"Opo o kamu? Kamu kenapa?" tanya Iip.
"Mami hilang huuuuu ... !" adunya. Iip ternganga.
"Hilang?" tanya Iip memastikan. Gadis balita itu mengangguk sambil terus menangis.
"Jenengmu siapa eh namina sinten eh salah nama kamu siapa?" tanya Iip memilah bahasa yang bisa dimengerti gadis balita itu.
"Kalina," jawab Karina jadi Kalina karena pelat.
"Ayo ikut saya ke pengumuman - pengumuman nanti biar dihalo - halo, sama informasinya!" ajak Iip. Gadis balita menurut. Iip menggendongnya.
Di sisi lain.
Sofi hendak mau ke luar dari pintu Mall tiba - tiba seorang ibu menangis bingung mencari - cari anaknya. Ibu itu bertanya kepada orang - orang dengan menunjukkan foto anaknya.
"Lihat anak ini tidak, Dek?" tanyanya pada Sofi.
"Anak Ibu hilang?" tanya Sofi balik. Ibu itu mengangguk sambil menangis. "Kalau begitu ke informasi saja atau lapor satpam Mall biar dibantu cari!" ide Sofi.
"Adek mau antar saya?" tanya si Ibu.
"Ayo saya antar!" kata Sofi menyetujui.
"Pengumuman - pengumuman seorang gadis balita bernama Kalina sedang mencari ibunya yang hilang!" suara speaker Mall.
"Ibu, itu suara speaker Mall sedang mencari ibu seorang anak gadis balita bernama Kalina!" seru Sofi. "Apa itu mungkin anak ibu?" tanya Sofi.
"Nama Putri saya Karina bukan Kalina," kata si Ibu.
"Mungkin informasinya salah sebut!" kata Sofi.
"Bener juga kamu, Dek!" kata si Ibu membenarkan. "Kamu siapa namanya, Dek?" tanya si Ibu.
"Gue eh saya Sofi, Bu," jawab Sofi.
"Terima kasih, Dek Sofi, cukup sampai sini saja tidak perlu mengantar, sekali lagi terima kasih!" ucap si Ibu.
"Sama - sama. Kalau begitu saya pamit. Assalamualaikum!" pamit Sofi.
"Waalaikumsalam!" jawab si Ibu.
Sofi pergi dan ibu itu pergi ke informasi.
"Alhamdulillah anakku, Karina!" seru si Ibu sambil menghampiri Karina yang sedang digendong Iip.
"Oh namanya Karina tadi anak ibu bilang Kalina!" kata Iip.
"Karina masih pelat!" terang si Ibu. Karina mengompol di baju Iip. "Yah maaf Mas, anak saya mengompol di bajunya Mas!" kata si Ibu merasa tidak enak.
"Mboten apa - apa, biasa, namanya juga anak balita," kata Iip. "Ya sudah saya pamit, soalnya saya juga sedang mencari teman saya!" terang Iip.
"Kenapa tidak diumumkan saja sama seperti Karina?" tanya si Ibu. Iip tersenyum mengembang.
"Boleh?" tanyanya pada bagian informasi. Bagian informasi tersenyum mengangguk
"Siapa namanya? Bilang apa?" tanya bagian informasi.
"Namanya Sofi, bilang dicari, ditunggu Ayam Jantan, di tempat pengumuman pengumuman!" kata Iip.
"Pengumuman pengumuman, Sofi dicari, ditunggu Ayam Jantan, di tempat di pengumuman pengumuman!" suara bagian informasi.
Sofi yang hampir ke luar pintu menjadi berhenti melangkah.
"Sofi dicari, ditunggu ayam jantan? Apa maksudnya aku dicari, ditunggu Kak Iip?" tanya batin Sofi dan rasa itu kembali muncul deg deg deg.
"Sofi? Pakai dress? Lengannya panjang?" tanya si Ibu. Iip mengangguk membenarkan.
"Tadi dia yang mau antar saya ke informasi tapi saya cegah! Dia sepertinya menuju ke pintu ke luar di sana!" tunjuk si Ibu.
"Assalamualaikum!" pamit Iip dan langsung berlari
"Terima kasih! Waalaikumsalam!" teriak si Ibu.
Iip berhenti berlari. Ia melihat dari jauh Sofi benar ada di pintu masuk Mall hendak ke luar.
"Sofi ... !" teriak Iip sekencang kencangnya. Sofi ... !" teriaknya ulang.
Sofi berhenti melangkah dan menoleh. Jantung keduanya sama - sama berdebar. Iip segera berlari lagi untuk menghampiri.
"Abdi mau antar Neng Geulis Ayu Sofi pulang!" ujar Iip. Sofi tersenyum tidak menyangka. "Ayo!" ajak Iip. Sofi mengikuti Iip.
Sofi dan Iip naik ke mobil. Iip segera melajukan mobilnya pelan - pelan dan hati - hati takut anak gadis orang lecet.
Di mobil Sofi memberanikan diri untuk bertanya.
"Suci?" tanya Sofi.
"Ternyata masih suwe belanjanya, dia ngapusi abdi!" kata Iip sambil garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Siapa Suci?" tanya Sofi
"Yang tinggal satu rumah sama abdi," jawab Iip.
"Keluarga?" tanya Sofi.
"Sanes, dia teh orang lain, teman baru kenal," jawab Iip.
"Teman baru kenal?" tanya Sofi ragu. "Jadi Kak Iip tinggal sama Suci atau Lisita?" tanya Sofi kemudian.
"Kalian dua - duanya," jawab Iip.
"Kak Iip suka sama dua - duanya?" tanya Sofi.
"Suka dua - duanya, mereka baik," jawab Iip.
"Cantik?" tanya Sofi.
"Cuantik tik tik, tapi Nona Lisita yang paling ayu, dari semua cewek yang pernah kulo lihat!"
"Pasti cewek yang di butik kemarin! Dia memang cantik parah, jauh banget sama gue!" batin Sofi memendam kecewa dan minder.
"Tapi abdi sirnya sama Neng Geulis Ayu Sofi!" ujar Iip. Sofi menjadi menoleh ke Iip. Pandangan mereka pun bertemu deg deg deg. "Neng Geulis Ayu Sofi siji sijinya, satu satunya!"
"Gombal!" kata Sofi dengan merona.
"Gombal itu yang buat ngepel lantai biar kinclong!" kata Iip. Sofi hanya tersenyum.