Try new experience
with our app

INSTALL

E11-40 Ayam Jantan Berkokok Cinta 

13. Siapa Dia dan Siapa Itu

Iip Setiawan, Tuan Buyung dan Suci sedang makan malam di restoran dekat kantor Tuan Buyung. Iip mencoba menelpon kembali telepon yang baru saja masuk tapi tidak kunjung diangkat.


 

"Tidak diangkat, ya opo iki? Bisa - bisa ditolak abdi!" keluh khawatir Iip.


 

"Wah marah dia tapi mungkin juga sedang ada urusan," pendapat Tuan Buyung.


 

"Baiknya bagaimana ini, Tuan?" tanya Iip.


 

"Jangan menyerah Iip! Besok pagi setelah antar saya, perbaiki! Jernih kan semua kesalahpahaman!" saran Tuan Buyung dengan tegas.


 

"Inggih, besok Insya Allah akan Iip perbaiki!" ujar Iip.


 

"Suci kamu punya smartphone atau ponsel biasa?" tanya Tuan Buyung. Suci menggeleng. "Saya ada ponsel jadul bekas di rumah, besok pagi kamu bisa pakai, kamu isi nomor saya, Iip, dan Lisita putri saya!"


 

"Baik, Tuan!" jawab Suci.


 

Setelah makan malam mereka pulang ke rumah Tuan Buyung.


 

"Suci kamu tidur di lantai atas ya dekat kamar putriku! Biar kalau perlu apa - apa, putriku langsung bisa panggil kamu!" kata Tuan Buyung.


 

"Baik, Tuan," jawab Suci.


 

"Kamu langsung naik saja sendiri!" kata Tuan Buyung.


 

"Baik, Tuan terima kasih," ucap Suci.


 

Pak Buyung pergi ke kamarnya.


 

"Ya wis ya, abdi mlebet kamar abdi di bawah!" kata Iip lalu pergi ke kamarnya.


 

Suci naik sendiri ke lantai atas.


 

"Kok rasanya iseng ya, naik ke atas sendirian di rumah gedong sebesar ini," kata Suci bermonolog. Bulu kuduknya merinding dan timbul rasa takut. Ia memilih kamar, asal kamar, asal masuk. Ia meletakkan tasnya di lantai mencari saklar lampu tapi tidak ia temukan. Ia meraba - raba tempat tidur. Ia naik ke atasnya, masuk ke selimut yang ia temukan di dekatnya yang dibeber dan memutuskan tidur saja.


 

Sementara itu Sofi yang baru masuk ke kamarnya memeriksa smartphonenya. Ia melihat ada nomor panggilan masuk yang terjawab. Panggil masuk atas nama Ayam Jantan Iip. Deg deg deg dan tangannya lagi - lagi buyutan. Senyumannya mengembang. Ia membuka tas belanjanya dan mengepas bajunya ke badannya. Mematikan di cerminnya. Seketika ia teringat dan senyumnya musnah.


 

"Ih, tapi siapa tadi? Jelas tadi ngaku ceweknya!" kesal Sofi dan kembali manyun melempar bajunya. Ia segera naik ke tempat tidurnya masuk ke selimutnya. Beberapa saat ia tersenyum lagi. Ia ambil bajunya ia peluk sambil tidur. "Buat apa ia memberiku ini? Iip kamu pilih dia atau aku?" tanyanya dengan tersenyum karena kata hatinya Iip memilihnya bukan cewek yang mengaku ceweknya itu. Ia pun terlelap dengan tersenyum.


 

Suara adzan subuh terdengar.


 

Pak Buyung mengajak Iip ke masjid. Suci juga mendengar dan perlahan ia membuka matanya. Ia meregangkan tubuhnya tapi ia merasa ada seseorang di sebelahnya. Ia raba - raba untuk memastikan.


 

"Akh ... !" teriak Suci terkejut. Seseorang yang di sebelahnya spontan terbangun dan spontan ikut berteriak histeris.


 

"Akh ... !" pekik Lisita.


 

Rambut Lisita panjang dan Suci dapat merasakan rambut orang di sebelahnya panjang karena rambut itu menyentuhnya.


 

"Hantu ... !" ketakutan Suci sambil menyingkirkan cepat - cepat rambut orang itu yang menempel padanya.


 

Lisita segera bangkit dan menyalakan lampu kamarnya.


 

"Siapa kamu ... ? Kenapa ada di kamar saya ... ?" tanyanya Lisita.


 

"Kakamu sisiapa?" tanya Suci balik.


 

"Yang harusnya tanya itu saya! Kamu itu siapa? Bagaimana bisa kamu berada di kamar saya?" tanya ulang Lisita.


 

Suci masih bingung. Ia memperhatikan sekitar kamar itu. Besar bagus mewah kayak kamar tuan putri. Suci menyadari ia berada di kamar nona pemilik rumah itu. Suci segera bangkit, turun dari tempat tidur.


 

"Mamaaf Nona, saya salah kamar. Saya Suci, pembantu baru. Baru datang semalam," terang Suci.


 

"Oh ... !" tanggapan Lisita singkat lalu ia mematikan lampunya lagi, naik ke kasurnya, menarik selimutnya, masuk ke dalam selimut dan lanjut tidur.


 

Suci ternganga ditinggal tidur begitu saja oleh Lisita. Suci menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia mengambil tasnya dan segera ke luar dari kamar itu.


 

"Itu Nona tidak marah? Katanya pada tidak betah karena Nona? Alhamdulillah lah kalau ia tidak marah. Sudah subuh aku harus segera subuh! Kamar aku yang mana?" kata Suci bermonolog. Kemudian ia membuka pintu di sebelah kamar Lisita. Ia mencari - cari saklar dengan mengingat letak saklar di kamar Lisita saat Lisita menyalakan lampu. Ia berhasil menemukan dan menyalakan lampu kamar yang dipilihnya. "Yeah!" serunya.


 

Lisita mendengarnya dan sedikit terbangun heran, tapi akhirnya bodoh amat dan lanjut tidur. Sementara Suci segera ke kamar mandi di dalam kamar itu dan segera sholat subuh di kamar itu.


 

Pagi cerah tiba. Setelah memberi makan ayamnya, Iip pergi mengantar Pak Buyung. Tak lupa sebelum berangkat Pak Buyung memberikan ponsel jadul kepada Suci juga uang belanja. Suci mengisi ponsel itu dengan nomor Tuan Buyung, Iip dan Lisita. Setelah mereka berangkat Suci melakukan tugas pertamanya sebagai pembantu.


 

Matahari mulai naik satu tombak, Lisita baru bangun dan mau berenang.


 

"Ayam Jantan kamu udah makan belum? Tuh minta sana sama pembantu baru!" kata Lisita lalu masuk ke kolam renangnya. Werkudara bergeming dan mengepakkan - ngepakkan sayapnya.


 

Suci sedang membereskan ruangan demi ruangan sambil memikirkan Iip yang akan menjernihkan masalahnya dengan seorang gadis.


 

"Siapa sih gadis itu?" batin Suci bertanya. "Siapapun dia tidak boleh memiliki Iip! Suci mau Iip! Iip punya Suci!" ujar batin Suci. Ia menumpahkan sabun pel menginjaknya. "Aukh ... !" pekik Suci yang jatuh duduk.


 

Sekolah Sofi sudah bebas. Mereka juga boleh pakai baju bebas. Berangkat siang juga tidak apa - apa. Acara di sekolah juga hanya pertandingan olahraga santai antar kelas untuk mengisi kegiatan dihari - hari tenang. Sofi memakai midi dress berlengan panjang pemberian Iip. Ia padukan dengan leging dan sepatu sport hitam. Membuatnya semangat datang sekolah dan memberi support untuk yang sedang bertanding, tidak seperti kemarin yang membosankan padahal sama saja.


 

"Gara - gara pakai midi dress ini, kayaknye lo jadi semangat nonton olahraga!" sindir Lisa.


 

"Hehehehe ... !" tawa kecil ceria Sofi.


 

"Terus lo udah jelas belum siapa tuh cewek?" tanya Lisa.


 

"Belum, tapi siapapun dia, buat apa hayo Ayam Jantan kasih midi dress ini buat gue, Lia? Ayam Jantan pilih gue apa dia?" tanya Sofi sambil tersenyum.


 

"Bener juga, tapi bisa juga playboy, Sof!" pendapat Lisa. "Mendingan lo perjelas, siapa dia dan lo apa bagi si Ayam Jantan!" saran Lisa kemudian.


 

Smartphone Sofi berdering bergetar. Sofi memeriksa tertera nama Ayam Jantan Iip.


 

"Lisa, bagaimana ini Lisa?" panik - panik disco senang deg deg hati Sofi dan getar - getar tangan kakinya.


 

"Angkat lah, Sof!" seru Lisa.


 

Sofi menggeleng.


 

"Lo suka apa kagak?"


 

Sofi mengangguk.


 

"Ya udah angkat ... !" gemas - gemas Lisa. Sofi geleng. "Ribet banget sih lo gitu doang!" greget Lisa. Sofi tersenyum nyengir. Lisa merebut smartphone Sofi dan mengangkatnya tapi keburu mati. "Yah lo sih! Ya kalau lo nya begini tuh cewek siapa, bakal bisa dapetin dia, Sofi!"


 

Sofi jadi manyun dan menyesal karena tidak berani mengangkat.


 

Sementara itu Suci dapat ide agar Iip tidak berhubungan dengan siapapun itu.


 

"Aku akan telepon Iip buat antar ke pasar!" ide Suci sambil senyum - senyum. "Sekalian pancaran sama Iip!" ujarnya sambil tersenyum semakin mengembang. Suci segera membereskan peralatan pelnya dan pergi ke kamarnya.


 

Kamar Suci.


 

Suci mengambil ponsel jadul pemberian Tuan Buyung. Kemudian memilih nomor Iip.


 

"Halo Iip kamu bisa antar aku belanja dapur?" tanya Suci.


 

"Belanja? Iya wis ayo abdi antarkan!" jawab Iip berat hati.


 

Sementara di sekolah.


 

"Biar gue telepon balik Ayam Jantannya!" ujar Lisa lalu menyentuh nomor Ayam Jantan Iip.


 

Smartphone Iip bunyi lagi dari nomor yang tadi coba ia telepon.


 

"Halo, Ayam Jantan!" sapa Lisa.


 

"Assalamualaikum, apa ini teh Neng Geulis Sofi?" tanya Iip Sopan.


 

"Waalaikumsalam, iya ini Neng Geulis Sofi," jawab Lisa.


 

"Alhamdulillah, tapi kok suaranya beda?" heran Iip. Lisa bergeming. "Halo, Sofi!" sapa Iip.


 

"Halo bisa ketemuan?" tanya Lisa. Sofi di sebelahnya melotot terkejut.


 

"Insya Allah saget," jawab Iip. Kapan?" tanyanya kemudian.


 

"Sekarang, bisa?" tanya Lisa.


 

"Sebenarnya bisa tapi lagi mau belanja," terang Iip jujur kue kucur.


 

"Iya tidak apa - apa kan kita bisa ketemuan di tempat belanja," kata Lisa.


 

"Iya ya bener leres, abdi setuju!" jawab Iip semangat perjuangan.


 

"Iip mau belanja di Mall apa di pasar? Mallnya di mana kalau pasar, pasarnya di mana?" tanya Lisa.


 

"Terserah Neng Geulis Sofi wae, abdi manut Neng Sofi saja!" ujar Iip.


 

"Di Mall GKM bisa?" tanya Lisa.


 

"Oke berangkat!" jawab Iip.


 

"Sampai ketemu di GKM Ayam Jantan!" kata Lisa semangat perjuangan.


 

"Sampai jumpa di GKM Neng Geulis Ayu Sofi!" kata Iip.


 

Mereka sama - sama menutup telepon.


 

"Hihihihi ... !" tawa Lisa puas.


 

"Gila lo pakai janjian segala!" protes Sofi.


 

"Jangan lambat nanti diembat orang, Neng Geulis Ayu Sofi Margareta!" kata Lisa sambil mencolek dagu Sofi dan tertawa kecil. "Ayo berangkat ke Mall GKM!" ajak Lisa sambil menarik tangan Sofi.


 

Iip segera ngebut ke rumah Tuan Buyung untuk menjemput Suci.


 

"Eh mau ke mana kamu?" tanya Lisita.


 

"Mau belanja dapur Nona, Iip di depan sudah menunggu!" kata Suci.


 

"Tunggu saya ikut!" kata Lisita langsung ke kamarnya dan mengambil tasnya.


 

"Sial maunya pacaran malah ada obat nyamuk!" gerutu hati Suci.


 

"Ayo berangkat!" kata Lisita.


 

Lisita dan Suci ke depan menghapiri mobil.


 

"Nona Lisita, Suci, kali ini belanjanya wajib di GKM!" kata Iip.


 

"Memang kenapa, Ip?" tanya Lisita.


 

"Baju yang kemarin, Nona!" terang Iip.


 

"Oh oke, saya jadi penasaran pingin lihat selera kamu!" kata Lisita paham maksud Iip dan ikut semangat perjuangan + penasaran. Sedangkan Suci gagal paham.


 

Mobil segera melaju kencang ke GKM.


 

Sesampainya di GKM mereka menuju ke supermarketnya, karena tujuan Suci adalah belanja dapur.


 

Sofi dan Lisa juga telah sampai di GKM. Merekapun segera menuju ke supermarketnya.


 

Suci memegang troli sedangkan Lisita memilih - milih yang akan dibeli dan memasukkannya ke troli. Iip membantu Lisita memasukkan ke keranjang dan mengambilkan barang - barang yang berat atau sulit dijangkau Lisita.


 

"Iip katanya kamu janjian sama itu? Kamu lebih baik tunggu saja di pintu masuknya super market!" saran Lisita. "Saya ke toilet dulu ya! Kalian boleh masukkan makanan atau apa kesukaan atau keperluan kalian!" kata Lisita kemudian bergegas ke toilet.


 

Iip jadi berbelanja berdua dengan Suci. Sofi dan Lisa masuk ke supermarket.


 

"Kita beri tahu dia kalau lo udah ada di sini!" kata Lisa.


 

"Jangan Lisa kita cari saja!" maunya Sofi.


 

"Ih lo! Ya udah terserah lo!" kata Lisa greget.


 

Keduanya memutuskan mencari. Terlihatlah Iip sedang berbelanja bersama seorang gadis.


 

"Ayam Jantan pakai kaos berkerah dan celana bahan!" kata Sofi menunjukkan kepada Lisa. "Iiitu sssiapanya?" tanya Sofi kembali manyun.


 

"Tanyalah sama dia, jangan ambil kesimpulan sendiri!" kata Lisa.


 

Sofi geleng, matanya jadi berkaca - kaca.


 

"Pergi yuk!" ajak Sofi.


 

"Eh jangan, baru datang belum bertemu!" larang Lisa. Sofi geleng, air matanya jatuh tak tertahan. Ia segera lari ke toilet.


 

Toilet.


 

"Aduh lupa tisu!" keluh Lisita. Lisita menelpon Iip. "Iip, beli tisu, langsung bawa ke toilet sekarang, cepat!" perintah Lisita tegas.


 

Supermarket.


 

"Ada apa?" tanya Suci.


 

"Tisu!" jawab Iip. Iip buru - buru ambil sebuah tisu dan langsung ke kasir.


 

Setelahnya langsung ke toilet. Tak sadar ia melewati Sofi yang sedang sedih di sudut sepi di luar toilet. Iip menelepon Lisita. Lisita menemui Iip untuk mengambil sekotak tisu.


 

"Itu dia kan?!" tunjuk Lisa terkejut.


 

"Iitu cewek yang di butik!" kata Sofi. "Siapa dia? Dia tampak jauh lebih cantik dari yang tadi!" katanya kemudian dan jadi minder.


 

Lisita masuk lagi ke toilet sedangkan Iip mau kembali ke Supermarket. Iip melihat Sofi dengan midi dress. Sofi dan Iip jadi bertatapan sama - sama terdiam, terkejut dan terpanah.