Contents
E11-40 Ayam Jantan Berkokok Cinta
12. Tanda Tanya
Rumah Sofi Margareta bada ashar.
Lisa membonceng Sofi sampai depan pagar rumah Sofi. Sofi turun dari motor lalu melepaskan helmnya dan memberikannya ke Lisa.
"Terima kasih Lis!" ucap Sofi dengan tampang manyun.
"Lo dari tadi sejak di mall kok manyun? Apa karena baju yang lo suka tadi kagak kebeli?" tanya Lisa.
"Bukan karena baju, Lisa!" jawab Sofi dengan masih manyun.
"Terus karena apa dong?" tanya Lisa.
"Gue tadi melihat cowok yang gue ceritain ke lo! Dia lagi sama cewek cantik sekali! Cewek yang tadi membeli baju yang gue pingin!" terang Sofi. Lisa terkejut mendengarnya.
"Cowok itu lihat kamu kagak?" tanya Lisa.
"Sepertinya kagak Lis! Tuh cowok lagi sibuk ama baju - baju milik tu ceweknya!" jawab Sofi apa adanya.
"Iya sudah ntar kite bahas lagi by phone! Assalamualaikum!" kata Lisa.
"Waalaikumsalam!" jawab Sofi masih dengan manyun. Hati - hati!" pesannya kemudian.
"Iye!" jawab Lisa lalu pergi.
Sofi masuk ke dalam rumahnya.
"Non Sofi, ini ada titipan dari temannya Non Sofi!" kata Mbok sambil memberikan tas belanjaan bermerek butik yang isinya baju.
"Dari siapa Mbok?" tanya Sofi.
"Aduh maaf, Mbok lupa Non nama mereka! Mereka berdua laki sama perempuan Non! Mereka tampaknya lebih tua dari Non Sofi!" kata Mbok menerangkan. Sofi memikirkan siapa gerangan yang dimaksud si Mbok.
"Terima kasih Mbok!" ucap Sofi lalu pergi ke kamarnya.
Kamar Sofi Margareta.
"Inikan tas belanja butik Line Modis yang tadi aku datangin!" ingat Sofi. Sofi melihat isinya. "Inikan baju yang aku inginkan tadi!" seru Sofi terkejut, senang campur aneh, masih ada manyun cemburu, dan deg deg rasa buat Iip. Semua itu diaduk jadi satu masakan. Jadilah benaknya tanda tanya penasaran. Ia segera ganti baju ke kamar mandi dan sholat ashar.
Sementara itu Iip telah mengantarkan Lisita sampai rumahnya. Setelah membantu Lisita menurunkan belanjaannya Iip pamit kembali ke kantor Tuan Buyung.
"Nona boleh abdi minta tolong?" tanya Iip.
"Minta tolong apa?" tanya Nona Lisita.
"Tolong kasih makan Werkudara Bumi Legawa," jawab Iip.
"Iya, nanti akan saya makan ayam kamu tuh!"
"Jangan Nona!" larang Iip dengan khawatir.
"Maksud saya akan saya kasih makan, Iip!" kata Lisita membetulkan kalimatnya.
"Hehehe, iya wis makasih atas semuanya, Nona! Assalamualaikum!" ucap Iip.
"Waalaikumsalam!" jawab Lisita.
Kantor Tuan Buyung.
Suci sudah datang lagi sambil membawa tas berisi pakaian buat menginap di rumah Pak Buyung. Iip dan Suci kembali duduk - duduk di halaman samping kantor itu.
"Neng Suci teh sampun pamit kalian orang tua?" tanya Iip.
"Sudah, Iip," jawab Suci.
"Ya wis tunggu saja! Pak Buyung akan pulang kantor bada Isya!" terang Iip semangat karena bakal ada temannya tinggal di rumah gedong Pak Buyung.
"Di rumah Tuan Buyung ada siapa saja, Ip?" tanya Suci.
"Rumah Tuan Buyung gedong, guede, tapi yang tinggal cuma Tuan Buyung kalian Nona Lisita terus ditambah abdi! Abdi juga baru kemarin kok kerja sama Tuan Buyung!" terang Iip semangat perjuangan.
"Oh jadi kamu itu baru kerja sama Tuan Buyung!"
"Iya baru, jadi kita sama - sama baru, hanya jarak satu hari saja!" kata Iip semangat.
"Terima kasih tadi kamu sudah memberi petunjuk aku untuk kerja pada Tuan Buyung. Terus terang, terang terus, aku memang lagi bingung cari uang biar adikku terus bisa lanjut sekolahnya. Biar dia tidak seperti aku putus sekolah sejak SMP," terang Suci.
"Kalau kamu mau kan bisa kejar paket B," kata Iip.
"Apa itu kejar paket B?" tanya Suci. Terdengar suara adzan mahgrib.
"Suci abdi tak lungo menyang masjid sediluk ya!" pamit Iip yang langsung berdiri pergi.
"Aku juga mau mahgrib! Aku ikut!" kata Suci lalu segera berdiri dan mengikuti Iip sembari menenteng tas beratnya.
Bada mahgrib di kamar Sofi Margareta.
Lisa menelpon Sofi.
"Lo udah mahgrib?" tanya Lisa.
"Udah! Lo?" tanya balik Sofi.
"Gue udah!" jawab Lisa. "Eh gimana tadi cowok yang lo taksir?" tanya Lisa kemudian.
"Eh Lis, gue dapat kiriman tau baju yang tadi gue pingin di butik Line Modis! Entah siapa yang kirim? Dari siapa coba? Mbok gue yang menerimanya lupa namanya! Kata si Mbok yang kirim dua orang, laki sama perempuan yang tampaknya lebih tua dari gue!" terang Sofi semangat berbunga - bunga karena ia berharap itu dari Iip dan kata hatinya dari Iip.
"Menurut gue ya pasti dari cowok itulah, Sof!" pendapat Lisa yang membuat Sofi semakin deg deg berbunga.
"Terus cewek cantik tik tik super itu siapanya, Lis?" tanya Sofi sambil manyun lagi saat teringat cewek itu.
"Kali saudaranya yang tinggal di Jakarta, Sof!" pendapat Lisa.
"Saudaranya ya?" tanya Sofi memastikan dan hatinya mulai sedikit tenang.
"Kalau dia bukan saudaranya buat apa coba mau memberikan baju itu buat lo, Sof?" tanya Lisa.
"Iya ya, lo bener juga Lis!" kata Sofi memahami.
"Maka dari itu jangan ambil kesimpulan dahulu sebelum jelas! Jangan keburu manyun dulu, Sofi!" pesan Lisa.
"Terus sekarang gue gimana, Lis?" tanya Sofi.
"Lo kan punya nomornya, telepon aja atau WA buat ucapin terima kasih, juga sekalian terima kasih buat saudaranya tuh cowok!" ide Lisa.
"Em ... lo bener juga! Oke gue bakal telepon dia buat ucapin thanks!" ujar Sofi. "Gue tutup dulu ya teleponnya, Lis!"
"Oke!" jawab Lisa.
"Assalamualaikum!" ucap Sofi.
"Waalaikumsalam!" jawab Lisa.
Sofi mengeluarkan selembar uang kertas pecahan lima puluh ribuan. Ia mencatat nomor smartphone Iip di smartphonenya lalu menyentuh kontak baru dan menyimpannya dengan nama kontak Ayam Jantan Iip. Sofi senyum - senyum dan tertawa kecil menuliskan nama kontak itu. Jantungnya ikut merasakan deg deg deg, padahal hanya menuliskan nama itu di kontak smartphonenya. Deg deg deg sampai tangannya bergetar dan sangat tampak jelas getarannya.
"Gara - gara ayam jantan itu, gue jadi buyutan, padahal masih ABG!" keluhnya menanggapi tangannya yang bergetar karena deg deg deg.
Sofi mau menyentuh nomor Ayam Jantan Iip ke aplikasi WA tapi tangannya bergetar hebat.
"Ini yang ada mode getar HP atau tangan gue sih?" tanya keluhnya. Suara adzan isya. "Isya dulu lah!" keputusannya kemudian. Akhirnya ia sholat Isya dulu tapi juga tidak bisa konsentrasi deg deg deg. Hati dan pikirannya melayang tidak ke mana - mana hanya ke Ayam Jantan Iip. "Aduh, bener - bener deh keterlaluan mengganggu amat sih, Amat aja kagak keterlaluan!" keluhnya dalam hati saat sholat, karena Ayam Jantan Iip mengganggunya terus termasuk saat sholat. "Astaqfirullahaladzim! Astaqfirullahaladzim!" ucap batinnya kemudian sambil lanjut sholatnya.
Selesai sholat isya Sofi hendak mencoba menyentuh nomor bernama Ayam Jantan Iip. Ia ragu, malu, takut, deg deg, tapi pingin dan berasa harus menyentuh nomor itu. Sofi tidak sengaja menyentuh nomor itu dan membuat smartphonenya tanpa ia sengaja melakukan panggilan. Sofi lari ketakutan mau ke luar dari kamarnya ternyata pintunya tertutup dan ia pun harus meringis karena mencium pintunya sangat dalam romantis menggairahkan.
Restoran dekat kantor Tuan Buyung.
Sementara itu selesai Isya Pak Buyung mengajak Iip dan Suci makan malam dahulu di restoran dekat kantornya.
"Kalian pesan saja yang kalian suka!" perintah Tuan Buyung. Iip dan Suci saling pandang. "Ayo pesan tidak usah malu atau sungkan!" kata Tuan Buyung.
"Inggih Tuan!" kata Iip.
Suci bergeming hanya menanggapi dengan tersenyum tipis dan mengangguk.
"Nih buku menunya!" kata Pak Buyung memberikan buku menu ke Iip. Saat itulah nomor Iip berbunyi karena tidak sengaja tersentuh Sofi. "Angkat, bunyi tuh Ip!" kata Pak Buyung.
Iip mengambil smartphonenya di dalam sakunya. Ia melihat nomornya tidak dikenalnya dan tidak tertera dalam Hpnya.
"Oh iya biar saja, ternyata mboten penting kok, Tuan!" kata Iip tidak enak smartphonenya bunyi lalu ia pun segera menolak panggilan.
Kamar Sofi.
Setelah mengusap - usap wajahnya yang terbentur pintu cukup keras, ia segera kembali menghampiri smartphonenya yang berada di tempat tidurnya. Ia melihat panggilan itu berhenti yang menandakan tidak diangkat atau dimatikan oleh Iip.
"Kok dimatikan? Kenapa?" tanya kecewa Sofi Margareta. "Apa gue mengganggu kamu wahai Ayam Jantan Iip?" tanya Sofi pada nomor itu yang tertera pada smartphonenya. Sofi jadi manyun lagi.
"Kata Lisa, gue tidak boleh langsung menyimpulkan sebelum tahu jelas! Lagi pula tadi tidak sengaja kepencet, jadi hasilnya ya ditolak, no no no! Coba lagi, kali ini serius!" ujar Sofi lalu menyentuh nomor itu lagi untuk telepon lewat WA.
Restoran dekat kantor Tuan Buyung.
Tuan Buyung, Iip, dan Suci sedang makan malam. Smartphone Iip bunyi lagi.
"Iip angkat, jangan bilang tidak penting, jangan sepelekan apa - apa!" pesan Tuan Buyung mengingatkan.
"Kalau Iip tidak mau angkat biar Suci saja!" ujar Suci.
"Sok angkat, nomornya soalnya saya tidak kenal dan tidak tertera!" kata Iip sambil memberikan smartphonenya ke Suci. Suci menerima smartphone Iip dan mengangkat panggilan Sofi.
"Halo!" kata Suci.
"Apa kamu saudara Ayam Jantan?" tanya Sofi.
"Saudara Ayam Jantan?" tanya Suci balik.
"Maksud gue apa kamu saudara Iip?" tanya ulang Sofi.
"Bukan saya cewek Iip!" jawab Suci. "Kamu mau apa? Jangan main - main ya?" peringatan Suci. Sofi langsung menutup panggilannya.
"Apa katanya?" tanya Iip.
"Tidak bilang apa - apa, cuma tanya apa kamu saudara Ayam jantan terus ia tanya lagi apa kamu saudara Iip, terus saat aku ancam putus, berarti bener telepon tidak bener tadi," terang Suci. Iip mengangguk Tuan Buyung juga mengangguk.
Kamar Sofi Margareta.
"Dia bukan saudara tapi ceweknya, pakai ngancem gue lagi!" kata Sofi manyun lagi sampai berkaca - kaca.
"Assalamualaikum!" seru Pak Werkudara dan Ibu Reta kedua orang tua Sofi. Sofi segera menghilangkan sedihnya dan ke luar dari kamarnya untuk menyambut kedatangan kedua orang tuanya.
Restoran dekat kantor Tuan Buyung.
"Iip kamu kan memang punya ayam jantan!" kata Pak Buyung mengingatkan. Iip manggut. "Berarti dia kenal kamu Iip! Siapa saja yang kenal kamu dengan ayam jantan?"
"Ayam itu baru Iip beli Tuan, yang tahu kedua orang tua abdi sama orang kampung yang jadi saksi Iip beli, Tuan," jawab Iip. Iip langsung teringat dan terbelalak. "Inalillahi jangan - jangan pujaan hati kulo, Tuan!"
"Kami sudah punya istri?" tanya Suci dengan hati tidak suka.
"Masih PDKT hehehe!" jawab Iip. Suci memendam tidak suka dengan jawaban itu.
"Aku sudah bilang sama kamu tadi jangan sepelekan! Bisa gagal PDKT kamu, Iip!" kata Tuan Buyung. Iip langsung tepok jidatnya. Terus ia teringat jawaban Suci saat menerima telepon itu yang menyatakan ia cewek Iip. Iip jadi tepok jidat lagi.
"Waduh bagaimana ini jika tadi teh beneran Neng Geulis Sofi?" tanya Iip menyesal.
"Coba kamu telpon balik kalau bisa video call!" saran Tuan Buyung. Iip menurut saran Pak Buyung dan melakukan vidio call.
Sementara itu Sofi sedang dalam pelukan manja Papa dan Mamanya.
"Tuan, Nyonya, Nona, makan malamnya sudah siap!" kata si Mbok.
"Ayo kita cuci tangan dan makan!" ajak Ibu Reta.
Smartphone Sofi, di dalam kamar Sofi, di atas tempat tidurnya, sedang buyutan terus.