Contents
TIRAI PESISIR UTARA
Chapter 1
01. INT. AULA GEDUNG TUA – SORE Sekelompok remaja latihan pementasan sandiwara legenda Bahurekso. GUSTI (30thn) memperhatikan adegan yang disutradarainya. Pemeran lainnya konsentrasi sendiri-sendiri. RANTANSARI (HAYU/21 thn) Nyuwun sewu kakang, punapa sampun trep satunggaling satriyo dara dhumateng isining manahipun piyambak, iba luhuripun manawi Kakang milih bebener, ingkang sampun tumandak wonten ing ati sanubari panjenengan, punapa boten langkung prayogi manawi Kakang nuruti dhumateng ati nurani… [maaf kakang, apa sudah mantap sebagai ksatria membohongi dirinya sendiri, bukankah lebih mulia kalau kakang memelih kebenaran yang ada didalam nurani sendiri, bukankah akan lebih baik kalau kakang mengikuti hati nurani sendiri?]
BAHUREKSO ( JAYA/25 thn) Aku ora reti….[aku tidak tahu…] GUSTI Stop stop stop Jaya! Ini kan perasaan yang sangat mendalam “aku ora reti..” Bahurekso diutus Raja dari Kraton Jogja, untuk memboyong Gadis dari sebuah desa dari keluarga terhormat untuk dijadikan selir Raja Bahurekso dalam pilihan yang berat, gundah, bimbang karena Bahurekso jatuh cinta dengan Rantansari. JAYA Gusti, aku tahu maksudnya tapi aku tidak langsung Disini ada pengulangan kalimat yang sama “Aku ora reti”. GUSTI Okey, aku minta perasaanmu dari awal sudah ada perasaan diantara… ini semua dilema aib antara kehormatan rajamu dan dirimu sendiri tadi perasaan itu terlalu datar, harus lebih kuat, sekalipun itu laten Di sudut lain masuk PAK AMRIZAL (50 thn) diikuti WAWID (22 thn) dan YANTI (19thn) memperhatikan latihan. BISRI (28thn) mendekati Pak Amrizal. Simoh memperhatikan kedatangan mereka. BISRI Gimana keadaan Najib, Pak? PAK AMRIZAL Kamu sudah siapkan pemain pengganti Najib? BISRI Sudah Pak. Tapi keadaan Najib bagaimana? Bisri sejurus memperhatikan Pak Amrizal hendak memulai cerita.
FLASHBACK TO 02. INT. KAMAR NAJIB – SIANG Wajah NAJIB (20 thn) berkeringat. Matanya membelalak hampir putih semua. Pucat dan makin gahar. Seluruh badannya seperti mengeras dan kaku. Lengannya memerah mengeras. Suaranya bukan suara Najib yang sebenarnya, tapi suara yang lebih besar darinya. Seperti suara perempuan tua yang tenaganya masih kuat. Kamar ini sangat berantakan dipenuhi lendir-lendir dari air liur makhluk yang berada dalam diri Najib. Ibunya Najib cemas dan gemetaran dalam pelukan Wawid.
NAJIB (JIN PEREMPUAN) Opo wis podo digdoyo! Wani ngiyak wadine wong sing ono alam kelanggengan!Ojo podo sembrono!! [ Apa sudah pada sakti,Berani mengusik pribadi orang yang sudah di alam yang abadi. Jangan sembrono ] KLINK Iyo njaluk pangapurane sing akeh, tapi iki dudu salahe Najib Tulung ojo disikso koyo kuwi, lungo kowe kadek kene. Opo penjalukmu [ iya minta maaf yang banyak, tapi ini bukan salah Najib Tolong jangan disiksa dia begitu,pergi kamu dari sini. Apa permintaanmu] NAJIB (JIN PEREMPUAN) Aku njaluk patine wong sing wani sembrono!! [aku minta kematian bagi orang yang berani sembrono] KLINK Ora ono sing sembrono nang kene [tidak ada yang sembrono disini]
NAJIB (JIN PEREMPUAN) Aku njaluk patine Gusti!! [ aku minta matinya Gusti ] Najib yang kesurupan itu masih diatas lemari merangkak seperti kalajengking raksasa yang sedang marah. Klink si paranormal itu berusaha menghalau kekuatannya. Pak Amrizal dan Yanti tampak prihatin. BACK TO 03. INT. AULA GEDUNG TUA – SORE Pak Amrizal coba tenang dengan menghela nafas perlahan. Bisri sejurus berfikir lalu melirik kearah Gusti. Teman-temannya penuh tatapan menanti berita apalagi yang hendak disampaikan. PAK AMRIZAL Najib tidak mungkin ikut pentas YANTI Gusti mesti melakukan ritual itu biar selamet semua Saya jadi ngeri kalau sudah begini, semua rumor itu jadi beneran.
WAWID Kalau dari awal kita melakukan ritual itu Semua ini tidak akan terjadi, kalau sudah begini Semua bisa panik, apa kamu tidak bisa bujuk dia lagi Bis? BISRI Tidak satu dua kali aku bujuk dia ritual, Tetep saja dia nganggap itu semua musyrik Dia bilang, dia tidak akan menyekutukan Allah..Apapun resikonya.. WAWID Bisri aku ngerti , tapi kalau dibiarkan begitu lama-lama Najib bisa mati Bisri menatap Pak Amrizal yang sama-sama berfikir keras.
CUT TO 04. INT. KAMAR NAJIB – SIANG Najib terus meronta-ronta sekuat tenaga ketika Klink dan asistennya berusaha menangkapnya. Klink terus memberikan perlawanan dan berusaha membekuknya. Asisten Klink dilempar terpental. Pak Amrizal dan Yanti kaget. Klink maju membekapnya tapi malah dibanting dan dihentak-hentakkan ke meja. Ibunya Najib gemetaran getir nangis-nangis dipeluk Wawid yang sama perasaannya. Klink melawan dan berhasil membalik membantingnya. KLINK Keluarrrrr!!!! Aku abisin kamu disini!!! Iki dudu panggonanmu!!! Pergi!! [ini bukan tempatmu, pergi] Asisten klink bergegas membantu.Klink mengeluarkan botol yang ada penyumbatnya. Assistennya menutup kedua telinga Najib kuat-kuat. Najib meronta sebisanya dalam kuncian Klink. Bergegas Klink mengeluarkan kemenyan yang diremas-remas oleh tangannya. Sedang tangan satunya lagi memegang patahan kayu yang dibakar dan mengeluarkan asap yang didekatkan ke hidung Najib. Makhluk yang ada didalam diri Najib seperti nahan kesakitan menyeringai. Tangan Klink yang memegang kemenyan itu memukul dahi Najib keras-keras. Mulut Najib nganga mengeluarkan asap.
CUT TO 05. INT. AULA GEDUNG TUA – SORE Sekelompok remaja itu telah melingkar sedang meeting dipimpin Pak Amrizal. Hayu, Yanti, Wawid, Jamilah, Bisri, Simoh, Rozak dan Jaya yang nampak paling serius dibanding anggota lainnya. PAK AMRIZAL Gusti saya mohon pengertianmu. Terus terang, Mau tidak mau kita harus melakukan ritual yang semestinya Itu sudah menjadi syarat kita mementaskan lakon Bahurekso GUSTI Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya seperti sudah saya bilang berkali kali, ini komitmen saya nyanggupi nggarap pementasan ini, Tapi saya tidak akan melakukan bentuk ritual apapun JAYA Kita ini mesti melakukan ritual seperti yang dianjurkan. Jadi itu suatu keharusan. Kamu tidak perlu membantah WAWID Kamu sebaiknya besok lihat bagaimana keadaan Najib yang sebenarnya BISRI Benar, biar besok Gusti lihat keadaannya Najib. Saya tidak mau memihak siapapun tapi beri Gusti kesempatan untuk menilainya sendiri SUBANDI Kalau boleh jujur, lama-lama saya jadi ngeri Orang tua saya juga tambah khawatir.
Kita semua tentunya kan mau cari selamat kan? JAMILAH Saya juga JAYA Seharusnya semakin jelas buat kamu Gusti Diantara anggota kita juga merasa khawatir dengan kondisi ini ROZAK Kita semua tidak ingin celaka hanya karena pentas ini ceroboh Karena pentas ini tidak ada ritual yang semestinya. Najib sudah menjadi korban. Dan itu terjadi karena kecerobohanmu GUSTI Kalian tidak perlu khawatir kalau kalian lihat kembali iman kalian ROZAK Ga usah sok alim kamu!! Nganggap kami sudah ga beriman!! BISRI Jangan emosimu Rozak, kita harus hati-hati Nanti kita bisa sama-sama keliru ROZAK Ga usah banyak mulut kamu Bis Suara bangsat seperti kamu juga yang bikin Gusti merasa ada yang mendukungnya BISRI Aku nggak ngebela siapa-siapa ROZAK Monyet kamu !!! PAK AMRIZAL Sudah.. sudah.. Gusti saya harap kamu turut prihatin dengan keadaan ini. Kami tidak bermaksud merubah keyakinanmu, ritual yang kami minta dari kamu, hanya bentuknya saja dari kamu bukan kamu harus menyakininya. Kasihan Najib, nggak bisa sembuh dia karena kesalahan kita semua GUSTI Orang sakit itu kehendak Allah, kalau belum sembuh ya tidak bisa sembuh seperti mau kita. Bukan karena balak dari mitos Bahurekso yang selama ini menjadi kepercayaan, yang tidak masuk akal, itu cuma kebodohan orang kuno! JAYA Lihat sana apa yang dialami Najib!! Keadaan menjadi memanas. Pak Amrizal dalam kecemasan tinggi.
FLASHBACK TO 06. INT. RUANG TENGAH RUMAH NAJIB – SIANG Korden pintu kamar Najib terhempas angin melambai-lambai. Suasana jadi mencekam saat Klink juga terpental ke pintu itu. Pak Amrizal, Yanti, Wawid dan Ibunya Najib ketakutan semua. Najib mencekik asisten Klink hingga tak bisa berkutik.
KLINK Lepaskan dia!! Klink merapal lagi. Asisten Klink kritis hampir kehabisan nafas. NAJIB (JIN PEREMPUAN) Aku ora wedi karo kowe!! Tak pateni kiye nek kowe ora lungo [aku tidak takut sama kamu! Aku bunuh anak ini kalau kamu tidak pergi] Klink menghempaskan dirinya kearah Najib hingga keduanya terbanting ke lemari kaca. Kepala Najib berdarah. Asisten Klink terengah-engah berdiri perlahan mengambil tali tambang. KLINK Bantu aku ngiket. Cepat iket dia. Iket dia!! Pak Amrizal dan Yanti segera menghambur memberikan pertolongan asisten Klink dan mengikat Najib bersama-sama sekuat-kuatnya. NAJIB (JIN PEREMPUAN) Aku ora bakal metu kadek Najib sampai Gusti tak pateni!! Gowo mrene Gusti, gowo mrene tak potes-potese!!! [ aku tidak bakal keluar dari raga najib sampai Gusti aku bunuh! Bawa kesini Gusti, bawa kesini aku patah-patahin ] Klink mengikat mulutnya kuat-kuat dengan kain yang sudah diberi sesaji. Pak Amrizal tercenung mendengar kalimat Najib diulang-ulang dalam bekapan itu
CUT TO 07. INT. AULA GEDUNG TUA – MALAM Situasi makin tegang. Saling bersikeras dengan pendapat masing-masing hingga hampir berkelahi kalau tidak dipisahkan Pak Amrizal dan teman-teman yang lain. GUSTI Setan memang akan ngadu kita sampai kita semua berantakan! JAYA Kamu tidak usah memikirkan keyakinanmu sendiri, Kita disini sama-sama. Punya tanggung jawab yang sama. BISRI Sudah Jay, jangan emosi GUSTI Saya hanya jalan dengan orang yang sejalan dengan saya. Siapapun yang tidak sejalan silahkan keluar dari pementasan ini. BISRI Gusti kita harus selesaikan semua dengan baik-baik ROZAK Kalau kamu yang tidak sejalan mestinya kamu yang tidak disini kita semua disini sepaham kecuali kamu BISRI Sudahlah semua tahan diri masing-masing GUSTI Syirik itu bisa membuat kalian jadi kafir! Tolong pahami maksud saya! Rozak memukul Gusti. Dan sebaliknya Gusti membalas. Suasana tak terkendali itu bisa parah kalau tidak segera dipisahkan. Tiba-tiba angin besar berhembus keras sekali membuat pintu gedung itu terhantam keras sekali. Petir menyambar-nyambar. Lampu-lampu neon berkedap-kedip hingga seketika mati, semua jadi panik terutama para pemeran perempuan berteriakan. ROZAK Siapa yang bisa ngusir kegelapan ini!? Nggak ada. Nggak ada yang bisa nyegah selain ritual itu PAK AMRIZAL Rozak, diam kamu!! ROZAK Tapi Gusti tidak percaya kalau Najib kerasukan Jin Bukan sakit biasa seperti yang dia tahu Bapak sudah lihat sendiri kan, kalau Najib suaranya Jin perempuan! Semua tambah takut oleh ucapan itu
CUT TO 08. EXT. PESISIR UTARA – SENJA / MALAM Obor-obor telah mengelilingi area dekat sebuah Pura Hindu yang menghadap ke pantai. Di situ telah ramai orang melingkar untuk menyaksikan pertunjukan Sintren yang sedang berlangsung. NUR (22 thn) yang menjadi penari Sintren itu diikat badannya dengan tali ijuk. MAK JEMBLING (50 thn) mengambil kemenyan sambil mulutnya komat-kamit meniupkan asap kemenyan dari anglo itu kearah wajah Nur. Spontan Nur pingsan. Anggota pertunjukan sintren lainnya segera menangkap Nur yang mau jatuh itu dan beramai-ramai dimasukkan kedalam kurungan ayam yang terbungkus kain merah. Mak Jembling membawa anglo meniupkan asap kearah kurungan dimana Nur berada didalamnya. Beberapa penonton terkejut. Dari dalam kurungan Nur keluar sudah berdandan pakaian Sintren dan tali ijuknya sudah terlepas semua. Lalu Nur menari-nari trans tanpa berkeringat. Setiap sapu tangan dari laki-laki yang dilempar ke tubuh Nur, setiap kali itu juga Nur terpingsan. Namun setelah di rapal dengan kemenyan dia bangkit lagi dan mengembalikan sapu tangan itu pada pemiliknya. Lalu mengajak menari pemilik sapu tangan itu.
CUT TO 09. EXT./ INT. AULA GEDUNG TUA – MALAM Bisri membukakkan pintu besar itu. Beberapa perempuan sudah keluar termasuk Wawid. Tiba-tiba petir berkilatan. Cahayanya memperlihatkan sudut gedung itu tampak prajurit Mataram memakai topi kerucut (yang di daerah Pekalongan penampakan seperti ini disebut Pucung. Pengawal den ayu lanjar sang ratu penjaga laut utara). Teriakan perempuan itu membuat semua kaget. Bisri tersentak kaget. Dia bergegas keluar tapi pintu gerbang menghantam mukanya hingga setengah pingsan. Jamilah yang terkejut segera menolong Bisri. Sebagian berkerumun kearah Bisri. Simoh dan Yanti menghampiri Wawid yang tercenung di depan. Wawid masih tercenung ketakutan sambil memandangi kearah penampakan itu. Tapi kilatan yang menerangi tempat itu sudah tidak memperlihatkan apa-apa kecuali tempat sampah dan kursi rusak. SIMOH Wawid, Kenopo kowe ? Kenopo wid?[Wawid kenapa kamu? kenapa wid?] WAWID Aku.. aku.. aku .. weruh pucung Weruh pucung, nembe ono, nembe othok ono pucung [aku ..aku ..aku ..melihat pucung Melihat pucung, baru saja ada, baru saja ada pucung] SIMOH Nangdi? Nangdi? [dimana? Dimana?] WAWID Nangkono.. nangkono… mau nangkono…[disitu.. disitu…tadi disitu..] YANTI Opo Mbak? Weruh opo Mbak?[apa mbak.. lihat apa mbak] HAYU Wawid.. wawid.. nyebut Wid [wawid..wawid.. sebut nama tuhan wid] WAWID Nangkono.. pucung nang kono..kuncungan [disitu, pucung disitu, pocongan..] SIMOH Ndi-ndi.. ora ono opo-opo nangkene Wis-wis do bali ojo kesuwen nang kene [mana-mana.. tidak ada apa-apa disini Sudah pada pulang, jangan kelamaan disini] YANTI Wis Mbak.. wis Mbak… Nyebut.[sudah mbak..sudah.. ingat nama Tuhan]