Try new experience
with our app

INSTALL

E34-43 2 Yang Mulia 

7. 40. Survival

Hutan, pagi menuju siang.


 

"Kita akan berjalan ke mana Jenderal?" tanya Cendani.


 

"Coba ke sana!" kata Jenderal Sauqy.


 

Beberapa saat berjalan Jenderal Sauqy melihat tanaman pandan yang sangat lebat.


 

"Cendani kita bisa menganyam tanaman itu untuk menjadi pakaian!"


 

"Yang Mulia bisa?"


 

"Akan aku coba! Di awal ikut militer pernah belajar dan harus bisa cepat. Gunanya untuk seperti saat ini. Memangnya kamu gadis hutan tidak bisa?"


 

"Bisa sedikit! Tapi tidak pernah membuat baju. Aku masih punya baju bekas almarhumah ibundaku! Paling tanaman itu hamba buat alas."


 

Jenderal Sauqy mengambil sebanyak - banyaknya pandan dan menganyamnya. Beberapa saat kemudian.


 

"Jadi!" seru Jenderal Sauqy. "Pakailah dan jemur gaunmu! Kalau sampai masuk angin apalagi asma kambuh bisa tambah repot!"


 

Cendani mengangguk. "Terima kasih, Jenderal!" Cendani menyukai gaunnya. Tapi mau memakainya ragu.


 

"Kenapa?"


 

"Di sini tidak ada ruang yang tertutup."


 

"Aku tidak akan mengintip dan aku juga akan sibuk membuat baju untuk diriku!"


 

"Hamba percaya pada Yang Mulia!"


 

Cendani sedikit menjauh dan memakainya.


 

Cendani telah kembali. "Yang Mulia!" serunya. Jenderal Sauqy memperhatikannya.


 

"Begini kamu tidak akan sakit karena baju basah. Lihat, bajuku juga jadi! Aku pakai dahulu!"


 

Cendani menjauh, memalingkan wajah dan badannya.


 

"Cendani!" sapa Jenderal Sauqy setelah selesai memakai pakaian.


 

Cendani membalik badan dan berjalan mendekat.


 

"Celana tanggung dan hanya vest atasnya?"


 

"Ia pegal tanganku kalau panjang - panjang, apa lagi setelah menganyam gaun mu. Ini pasminanya! Aku membuatnya sesuai ukuran yang biasa kamu pakai."


 

Jenderal Sauqy memakaikan pasmina.


 

"Kita duduk dulu dan berpikir! Melangkah tanpa berpikir nanti malah tambah tersesat!"


 

Cendani dan Jenderal Sauqy duduk dan berpikir. Berdekatan, berdua membuat Jenderal Sauqy gelisah. Jenderal Sauqy memeluk Cendani lalu menatap dekat wajah Cendani.


 

"Aku sudah tidak tahan!"


 

"Jangan, Yang Mulia!"


 

"Apakah kamu akan membunuhku seperti kasus itu, jika aku memaksa mu?"


 

"Hamba tidak akan sanggup membunuh Yang Mulia!"


 

"Kenapa?"


 

"Karena Yang Mulia pernah menyelamatkan nyawa hamba dengan darah Yang Mulia dan hamba sangat mencintai Yang Mulia."


 

Jenderal Sauqy membuat Cendani berbaring.


 

"Jangan, Yang Mulia!"


 

Jenderal Sauqy memeluk Cendani. Cendani menutup matanya.


 

"Baiklah, terserah Yang Mulia!" kata Cendani sambil menutup matanya.


 

"Bibir?"


 

"Apapun untuk Yang Mulia!"


 

"Kamu sudah cinta buta!" Jenderal Sauqy hanya memandangi Cendani yang sudah dalam pelukannya. "Oh Tuhan kuatkan hamba, hamba sangat menyayanginya, hamba harus melindungi kehormatannya!" tegas batin Jenderal Sauqy. Jenderal Sauqy mengontrol dirinya, bangkit dan melepas pelukannya. Cendani membuka matanya.


 

"Yang Mulia tidak menyentuh hamba. Hamba tidak merasakan apa-apa. Kecupan juga tidak ada."


 

Jenderal Sauqy menyentil lembut dahi Cendani.


 

"Jangan cinta buta seperti itu! Apa kamu lupa kamu hampir mati demi kehormatanmu? Bagaimana jika aku tidak bisa mengendalikan diri, dan kamu juga tidak mengendalikan diri?"


 

"Terima kasih, Yang Mulia sudah menjaga kehormatan hamba!" Cendani bangkit sambil mendekati wajah Jenderal Sauqy menutup mata, menggeleng - gelengkan kepalanya sambil menyentuhkan hidungnya ke hidung Jenderal Sauqy dengan gemas.


 

"Hei, jangan malah menggoda!" Jenderal Sauqy menyentil lagi dengan lembut dahi Cendani. "Pakai pasminamu dan kita duduk berjauhan!"


 

Cendani dan Jenderal Sauqy duduk berjauhan.


 

"Yang Mulia, sepertinya sudah masuk duhur ya?"


 

"Iya sudah! Aku akan sholat dulu!" Jenderal Sauqy pergi ke sungai dan sholat di dekat sungai. Kemudian ia kembali. "Kamu tidak sholat?"


 

"Tidak ada mukenah Jenderal! Pakaiannya juga seperti ini, tidak menutup sempurna!"


 

"Sini biar aku ikat rambutmu menjadi pendek dengan pandan - pandan ini!" Jenderal mengikat. "Sekarang rapatkan pasminanya ke seluruh tubuh, walau tidak layak tidak apa - apa, darurat, menurutku, dari pada ditinggalkan!"


 

"Kalau ditinggalkan?"


 

"Takutnya ada setan lewat dan aku bisa benar - benar memangsa mu! Kalau kamu tidak mau ya tidak apa - apa! Terserah!"


 

"Baiklah, hamba akan ke sungai!" Cendani pergi.


 

Jenderal Sauqy duduk dan berpikir lagi.


 

"Sungai? Tapi sangat deras. Tapi aku lihat di pinggir - pinggir dan di tengah - tengahnya banyak pohon yang sepertinya kokoh. Melawan arus!"


 

Cendani telah kembali.


 

"Ayo kita kembali ke sungai lagi! Kita akan melawan arus! Tapi melalui pinggir! Nanti berpeganglah kepadaku yang kuat dan aku akan berpegang pada pohon - pohon di pinggir sungai!"


 

"Hamba tidak bisa berenang."


 

"Tenang, aku akan memelukmu!"


 

"Yang Mulia akan hasrat lagi!


 

"Bismilah tidak, Insya Allah!"


 

"Pakaiannya?"


 

"Kita ganti saja lagi, kalau sampai kota begini aku tidak sanggup! Boot mu sangat berguna melindungi kakimu di saat seperti ini! Kalau sampai kota aku akan memesan yang banyak untukmu!"


 

Cendani dan Jenderal Sauqy melawan arus sungai yang deras dengan berjalan sambil berenang menepi dan berpegangan pada pohon - pohon. Cukup jauh melawan arus akhirnya mereka sampai di tempat semula Cendani jatuh. Mereka ke luar dari sungai.


 

"Penjahat - penjahat itu dan keretanya sudah tidak ada. Itu di sana kuda kita!" Kata Jenderal Sauqy memperhatikan sekitarnya.


 

"Syukurlah, Alhamdulillah!" ucap Cendani lega


 

"Alhamdulillah!" ucap Jenderal Sauqy.


 

Cendani dan Jenderal Sauqy segera naik ke kuda dan memacu kudanya. Akhirnya mereka sampai di istana Rubi. Semua yang melihat heran melihat pakaian mereka basah kuyup.


 

"Kamu pergilah ke kamar mu dahulu! Aku akan langsung ke kantor dan meminjam pakaian ke camp Prajurit!"


 

Cendani segera ke kamar mandi lalu mengulang sholatnya.


 

Ruang kerja Sultan Singa. Suara pintu diketuk.


 

"Masuk!"


 

Pelayan masuk dan menunduk sejenak.


 

"Hamba mau melaporkan bahwa hamba baru saja melihat Tuan Putri dan Jenderal Sauqy datang dari luar istana dalam keadaan basah kuyup!"


 

"Apa yang terjadi?"


 

"Hamba tidak tahu, saat melihat mereka hamba langsung lari ke sini!"


 

"Di mana mereka sekarang?


 

"Sepertinya Tuan Putri pergi ke kamarnya kalau Jenderal Sauqy sepertinya ke arah kantornya!"


 

Sultan Singa bergegas ke kamar taman. Sultan melihat Cendani sedang sholat. Sultan menunggu. Cendani selesai dan terkejut ada Sultan Singa. Cendani segera melipat asal dan menggantung mukenahnya, juga sajadahnya. Cendani segera memberi hormat.


 

"Seorang pelayan melaporkan, jika Ananda dan Jenderal Sauqy datang ke istana dalam keadaan basah kuyup. Kalian dari mana dan apa yang terjadi?"


 

"Kami ke negeri Kapur mengantarkan undangan. Saat pulang dihadang gerombolan preman yang sangat banyak dan sedang mabuk - mabukan. Saat Jenderal melawan mereka, hamba dibawa lari ke hutan. Saat hamba kabur, hamba jatuh ke sungai yang arusnya deras, hingga terbawa arus sampai jauh. Jenderal Sauqy menolong hamba. Setelah itu kami kembali masuk ke sungai, melawan arus, untuk ke tempat sebelumnya. Setelah itu kami pulang."


 

Sultan Singa menghampiri Cendani dan memeluk erat.


 

"Syukur, Alhamdulillah, kalian selamat!"


 

"Alhamdulillah!"


 

"Kalian ada yang terluka?"


 

"Hanya badan tidak nyaman karena memakai baju basah."


 

"Aku akan pergi sebentar untuk meminta Farhan membuatkan makanan dan minuman hangat!" Sultan menarik Cendani ke tempat tidur dan membuatnya berbaring lalu menyelimutinya.


 

"Biar hamba sendiri, Yang Mulia!"


 

"Jangan menolak!"


 

"Terima kasih, Yang Mulia!" ucap Cendani.


 

Sultan Singa pergi.


 

Kantor pertahanan keamanan.


 

Semua orang heran. Seorang jenderal bertanya.


 

"Jenderal kenapa?"


 

"Sepertinya kalian harus memberantas gerombolan preman tukang palak yang sering mabuk - mabukan di jalan sepi itu! Mereka baru saja menghadang kami hingga Cendani dibawa lari ke hutan! Cendani kabur hingga terjebur di sungai yang arusnya deras! Cendani terbawa arus jauh sekali! Beruntung Allah SWT masih melindungi, hingga aku berhasil menyusulnya dan menangkapnya! Setelah ke luar dari sungai aku memutuskan masuk lagi ke sungai, melawan arus, untuk mencapai tempat sebelumnya! Akhirnya kami bisa sampai istana Rubi!" tegas Jenderal Sauqy.


 

"Hamba akan kerahkan prajurit militer sekarang juga!" Jenderal itu menunduk sejenak lalu bergegas pergi.


 

"Prajurit pinjamkan aku baju di camp militer!"


 

Prajurit menunduk dan bergegas pergi.


 

"Bagaimana dengan Tuan Putri Cendani?" tanya jenderal lain lagi.


 

"Alhamdulillah, dia baik - baik saja dan berada di kamarnya!" tegas Jenderal Sauqy.


 

Setelah berganti pakaian Jenderal Sauqy menemui Sultan Singa sambil membawa sebuah kotak kayu.


 

"Yang Mulia berada di kamar taman!" tegas pajurit yang menjaga di depan ruang kerja Sultan.


 

Jenderal Sauqy pergi ke kamar taman. Di kamar taman sedang ada Cendani, Sultan Singa, dan Farhan.


 

"Minumlah Ananda!" Sultan Singa membantu Cendani meminum susu hangat. "Sekarang makanlah supnya!" Sultan Singa menyuapi Cendani.


 

"Assalamualaikum!" ucap Jenderal Sauqy.


 

"Waalaikumsalam!" jawab Sultan Singa.


 

"Waalaikumsalam!" jawab Cendani setelah menelan makanannya.


 

"Bagaimana keadaanmu, Yang Mulia?" tanya Sultan Singa.


 

"Alhamdulillah, hamba baik!"


 

"Minumlah susunya ada satu gelas lagi! Aku sengaja menyuruh Farhan membuatkan untuk kalian berdua!"


 

Jenderal Sauqy melihat susu yang masih utuh di troli. Jenderal Sauqy menaruh kotak kayu di meja, mengambil susu dan duduk.


 

"Bismillahirrahmanirrahim!" Jenderal Sauqy meminumnya. "Terima kasih Yang Mulia, Farhan!" ucap Jenderal Sauqy.


 

"Makanlah juga sup nya, Jenderal!" perintah Sultan Singa.


 

"Baik, Yang Mulia!" Jenderal mengambil semangkuk sup. "Bismillahirrahmanirrahim!" Jenderal memakannya.


 

"Undangan sudah jadi?"


 

"Sudah, Yang Mulia!" jawab Jenderal Sauqy setelah menelan supnya. "Ini hamba membawa satu!" Jenderal Sauqy menaruh mangkuk, lalu mengambil kotak kayu, dan menyerahkan kepada Sultan Singa.


 

Sultan Singa membuka kotak kayu.


 

"Tulisannya di belakang kayu," terang Jenderal Sauqy.


 

Sultan Singa membalik Cermin. Sultan Singa tersenyum sangat menyukai undangannya.


 

"Yang lainnya?" tanya Sultan Singa kemudian.


 

"Insya Allah hari ini akan datang gaun. Besok akan datang souvenirnya, terakhir sembakonya karena baru dipesan."


 

"Farhan, bagaimana cateringnya?"


 

"Hamba menyewa chef - chef profesional, Yang Mulia."


 

"Jangan mengecewakan aku lagi!"


 

"Tidak akan, Yang Mulia!"