Contents
E34-43 2 Yang Mulia
5. 38. Berkas-Berkas Kasus
Jenderal Sauqy dan Cendani sudah sampai di kota kuno.
"Cendani, kamu mau pasmina? Izinkan aku membelikannya!" kata Jenderal Sauqy.
"Kalau ada yang panjang dan lebar seperti yang hamba pakai, hamba mau!" ujar Cendani.
Jenderal turun dari kuda dan bertanya.
"Pak ada yang selebar dan sepanjang yang dipakai calon istri saya?" tanya Jenderal Sauqy kepada pedagang kerudung. Pedagang pasmina menunduk sejenak kepada Jenderal Sauqy lalu melihat ke pasmina Cendani.
"Ada, Jenderal!" Pedagang kerudung mengeluarkan semua yang sesuai.
"Ada banyak, mau yang mana?" tanya Jenderal Sauqy kepada Cendani.
"Terserah, Jenderal!" jawab Cendani.
"Semuanya, Pak!" kata Jenderal Sauqy kepada pedagang kerudung.
"Jenderal, satu saja!" kata Cendani.
"Masukkan kotak semuanya, Pak!" perintah Jenderal Sauqy kepada pedagang kerudung.
"Baik, Jenderal!" jawab pedagang kerudung. Pedagang kerudung membungkus semua pasmina yang sesuai keinginan Cendani. Sama seperti pedagang yang lain, bungkusnya berupa kotak kertas.
"Ada yang mau kamu pakai sekarang?" tanya Jenderal Sauqy.
"Baiklah, ambilkan satu saja, yang mana saja, Jenderal!" kata Cendani. Jenderal Sauqy mengambil yang penuh corak warna.
"Ini biar kamu selalu ceria dan tersenyum, tidak sedih - sedih lagi!" kata Jenderal Sauqy sambil memberikan pasmina ke Cendani. "Yang lain tolong kirimkan saja ya pak ke istana Rubi, kamar taman atas nama Cendani!" perintahnya kemudian kepada pedagang kerudung.
"Baik, Jenderal!" Pedagang itu tiba-tiba penasaran. "Jenderal akan menikah dengan Putri Yang Mulia Sultan Singa?" tanyannya memberanikan diri.
"Insya Allah, Pak, satu pekan lagi, kalau tidak ada halangan!" jawab Jenderal Sauqy dengan sangat yakin.
"Alhamdulillah! Putri Cendani sangat berani membela kebenaran, dan menghadapi penjahat, jodoh yang cocok buat seorang Jenderal!" kata pedagang itu.
"Mari Pak, Assalamualaikum!" ucap Jenderal Sauqy.
"Waalaikumsalam!" jawab pedagang kerudung.
Jenderal Sauqy tidak naik ke atas kuda. Ia berjalan kaki menuntun kudanya.
"Jenderal, kenapa jalan, keburu ashar?!" seru Cendani
"Aku takut, tidak bisa menahan diri!" jawab Jenderal Sauqy.
"Tapi kapan sampainya kalau jalan kaki?" kata Cendani. Jenderal Sauqy naik ke atas kuda dan segera memacu kuda.
Kantor pertahanan keamanan, ruang kerja Sultan Sauqy.
Mereka baru masuk ke ruangan itu terdengar suara adzan.
"Aku mau ke masjid, kamu mau ikut?" tawar Jenderal Sauqy. Cendani mengangguk dan segera mengambil mukenah.
Mereka akhirnya telah selesai sholat ashar dan bertemu di depan masjid.
"Cendani!" seru Sultan Sauqy.
"Menunggu hamba?" tanya Cendani.
"Kita pergi bersama, kembali ke kantor juga bersama!" kata Jenderal Sauqy. Cendani tersenyum dan mengangguk. Sambil berjalan perlahan mereka berbincang.
"Cendani, kamu sungguh suka tempatnya tadi?" tanya Jenderal Sauqy.
"Sangat ... suka!" Cendani tersenyum. Cendani kemudian teringat hal lain. "Jenderal, apa hamba boleh tahu lanjutan kasus Ratu Farah?" tanyanya memberanikan diri karena sangat penasaran.
"Tadi pagi sudah disidangkan," terang Jenderal Sauqy. Cendani terkejut hingga berhenti berjalan. Jenderal Sauqy berbalik menghampiri Cendani.
"Kenapa aku tidak tahu dan tidak ke persidangan? Apa sengaja seperti saat sidang Ratu Lia? Lalu hasilnya?" Cendani merasa seperti itu.
"Perpisahan," terang Jenderal Sauqy.
"Lalu Yang Mulia Sultan Singa bagaimana?" tanya Cendani mengkhawatirkan Sultan Singa.
"Yang Mulia akan baik-baik saja. Lagi pula Ratu Farah itu dinikahi karena politik," terang Jenderal Sauqy.
"Kalau Ratu Lia?" tanya Cendani kemudian.
"Yang Mulia Sultan Singa yang melamar beliau," terang Jenderal Sauqy.
Sultan Singa yang juga baru dari masjid menghampiri mereka.
"Kalian membicarakan aku?" tanya Sultan Singa yang tahu mereka sedang membicarakan dirinya. Sultan Sauqy dan Cendani menunduk sejenak.
"Ananda, Jenderal Sauqy, aku dengar, setelah duhur, kalian pergi berdua ke hutan?" tanya Sultan Singa. Cendani mengangguk.
"Benar, Yang Mulia!" jawab Jenderal Sauqy.
"Untuk apa, Ananda, Jenderal Sauqy?" tanya Sultan Singa heran. Cendani memandang Jenderal Sauqy.
"Mencari tempat pesta pernikahan, Yang Mulia. Cendani memberi syarat pestanya di hutan!" terang Jenderal Sauqy dengan gemas.
"Jauh tempatnya?" tanya Sultan Singa.
"Tidak, Yang Mulia! Jaraknya sangat dekat. Kami dalam waktu singkat bisa pergi dan pulang," jawab tegas Jenderal Sauqy.
"Jarak dekat?" Cendani mengingat sesuatu yang lain tentang sebuah kasus. "Yang Mulia Sauqy, apa kasus pembunuhan yang ditangani Jenderal Fais dan Jenderal Kautsar, yang hamba ikut, sudah selesai?" tanyanya kemudian.
"Belum," jawab Jenderal Sauqy.
"Ah, iya, itu, jarak dekat, bisa pergi dan pulang! Menurut penyelidikan tidak ada tanda-tanda perampokan dan kemungkinan orang dekat pelakunya. Akan tetapi mereka semua ada di tempat berbeda dan ada saksi. Orang dekat yang bisa melakukan pembunuhan berarti yang jaraknya dekat, bisa pergi, bisa pulang dalam waktu singkat!" kesimpulan penyelidikan Cendani.
"Bagaimana dengan saksi?" tanya Jenderal Sauqy.
"Mungkin ada saatnya saksi itu pergi sejenak, entah ke mana. Waktu yang sedikit itu, pelaku kembali ke rumah dan terjadilah. Lalu pelaku segera kembali ke tempatnya semula, sebelum saksi kembali," terang Cendani.
"Masya Allah!" ucap Sultan Singa takjub dengan kemampuan Cendani.
"Aku akan memberi tahu Jenderal Fais dan Jenderal Kautsar!" ujar Jenderal Sauqy.
"Jenderal Sauqy, coba biarkan Ananda Cendani melihat setiap berkas-berkas kasus!" perintah Sultan Singa.
"Baik, Yang Mulia!" jawab Jenderal Sauqy.
"Segera kembali ke kantor dan tunjukkan!" perintah Sultan Singa. Jenderal Sauqy dan Cendani menunduk sejenak lalu bergegas kembali ke kantor.
Kantor pertahanan keamanan, ruang Jenderal Sauqy.
"Cendani, coba kamu baca berkas kasus yang ini!" perintah Jenderal Sauqy.
"Jenderal, tadi hanya kebetulan!" tegas Cendani.
"Coba baca dulu, kalau kamu nantinya tidak bisa, tidak apa - apa!" kata Jenderal Sauqy.
"Baiklah!" Cendani menyetujui. Cendani akhirnya membaca dan mempelajari sebuah berkas kasus.
"Kasus pembunuhan seorang pria berusia 30 tahun. Ditemukan beberapa benda di sekitar jasad. Buku, pena, berkas - berkas, saputangan, sebuah anting, dasi, kemeja, celana panjang." Cendani membaca berkasnya lalu melihat foto instag hitam putihnya. Cendani memandang Jenderal Sauqy.
"Bagaimana?" tanya Jenderal Sauqy.
"Menurutku pembunuh memang harus membunuhnya, jika tidak dia yang celaka," pendapat Cendani.
"Kenapa begitu?" tanya Jenderal Sauqy.
"Lihatlah fotonya, Jenderal!" menunjukkan foto instag hitam putih yang ditumpuk dengan berkasnya menggunakan klip. "Kemeja, dasi, celana panjang, berserakan, apa coba maksudnya?" tanya Cendani. Jenderal Sauqy berpikir sejenak dan dengan mudah mengerti.
"Korban memaksakan penyatuan? Berarti pelakunya wanita?" tebak Jenderal Sauqy.
"Mungkin saja, Jenderal. Jenderal bisa periksa itu anting siapa," ide Cendani.
"Berarti aku tinggal memerintahkan jenderal yang menangani kasus ini, untuk mencari pemilik sebuah anting ini!" Jenderal Sauqy menatap Cendani dengan senyuman. "Aku rasa pelaku harus dimaafkan!" ujarnya kemudian. Cendani mengangguk.
Jenderal Sauqy terpanah sembari menyentuh dagu Cendani lalu bibir Cendani dengan jari-jemarinya.
"Tapi tentunya biar sidang yang melakukan itu. Yang Mulia Sultan Singa sangat adil. Insya Allah wanita itu akan mendapatkan pengampunan." Kata Jenderal Sauqy sambil terus memandangi Cendani dengan senyuman. Cendani mengangguk.
"Masya Allah, Cendaniku tersayang!" Jenderal Sauqy tidak berhenti memandangi Cendani dengan takjub. Cendani jadi merona dan jantungnya berdebar tidak karuan.
"Lanjut yang lainnya!" Jenderal Sauqy memberikan berkas lagi.
"Pembunuhan anak remaja belasan tahun. Ditemukan banyak botol minuman beralkohol disekitarnya. Tidak ada barang berharga yang hilang." Cendani membacanya. Cendani berpikir.
"Mungkin ini akibat mabuk-mabukan! Siapa saja teman mabuknya? Pelaku Insya Allah ada di antaranya!" analisa Cendani dengan yakin.
"Akan aku perintahkan jenderal yang menangani untuk menyelidiki siapa yang ikut mabuk bersama korban! Bisa tolong kamu panggilkan Jenderal Fais, Jenderal Kautsar, Jenderal Adam, Jenderal Adnan, Jenderal Yusya, dan Jenderal Yunan! perintah Jenderal Sauqy.
"Baik, Jenderal!" Cendani berdiri menunduk sejenak lalu bergegas pergi.
"Masya Allah! Masya Allah! Berikan gadis itu untuk hamba, Ya Allah!" pinta Jenderal Sauqy kepada Allah SWT.
Beberapa saat kemudian jenderal-jenderal itu datang. Jenderal-jenderal menunduk sejenak pada Jenderal Sauqy. Kemudian Cendani juga datang dan menunduk sejenak.
"Jenderal Fais dan Jenderal Kautsar! Dari pemikiran Putri Cendani, aku mendapatkan hasil penyelidikan kasus pembunuhan yang kedua Jenderal tangani. Jawabannya adalah jarak. Orang dekat yang bisa melakukan pembunuhan adalah yang jaraknya terdekat dengan kediaman, di mana jasad korban ditemukan. Bisa pergi, bisa pulang, dalam waktu singkat. Soal saksi, menurut pemikiran Cendani, bisa saja ada waktu sejenak, di mana saksi pergi entah ke mana. Di saat itulah pelaku pergi menemui korban, lalu kembali ke tempat saksi sebelum saksi kembali."
"Memang ada yang dekat, cukup lima belas menit dari lokasi korban ditemukan. Akan hamba dan Jenderal Fais periksa apa saksi sempat pergi sejenak!" kata Jenderal Kautsar.
"Jenderal Kautsar dan Jenderal Fais boleh pergi!" kata Jenderal Sauqy. Jenderal Fais dan Jenderal Kautsar menunduk sejenak lalu pergi.
"Jenderal Adam dan Jenderal Adnan kasus pembunuhan pria berusia 30 tahun. Coba kedua Jenderal perhatikan foto yang pernah kalian ambil!" kata Jenderal Sauqy. Jenderal Adam mengambil foto di meja.
"Kemeja, dasi, dan celana panjang berserakan. Menurut pemikiran Cendani, korban kemungkinan sedang memaksakan penyatuan. Oleh karena itu pelaku terpaksa membunuhnya. Jadi kemungkinan pelaku adalah wanita. Ini sebuah anting wanita yang kalian temukan!" Jenderal Sauqy memberikan bungkusan plastik berisi anting. "Coba cari siapa pemiliknya! Tapi jika benar, jika wanita itu kalian temukan, mohon kedua Jenderal jangan kasar, perlakukan penuh hormat, karena dia hanya membela diri."
"Baik, Jenderal!" jawab serempak Jenderal Adam dan Jenderal Adnan.
"Jenderal Adam dan Jenderal Adnan boleh pergi!" kata Jenderal Sauqy kemudian. Jenderal Adam dan Jenderal Adnan menunduk sejenak lalu pergi.
"Jenderal Yusya dan Jenderal Yunan memegang kasus pembunuhan remaja belasan tahun. Ditemukan banyak botol minuman beralkohol. Kemudian tidak ditemukan barang berharga yang hilang. Menurut pemikiran Cendani, pembunuhan terjadi karena mabuk-mabukan. Cari siapa saja, yang ikut mabuk bersama korban! Menurut Cendani, pelaku kemungkinan teman mabuk korban!"
"Sepertinya pemikiran Cendani benar!" kata Jenderal Yusya.
"Jenderal Yusya dan Jenderal Yunan boleh pergi!"
Jenderal Yusya dan Jenderal Yunan menunduk sejenak lalu pergi.
Jenderal Sauqy mendekati Cendani lalu memeluk erat Cendani.
"Aku sangat mencintaimu, sangat!" ujar Jenderal Sauqy. Jantung Cendani berasa tidak karuan. "Aku bisa mendengar suara jantungmu!" Jenderal Sauqy melepas pelukannya lalu mengecup lama kening Cendani.
"Katakan! Kamu mau minta hadiah apa? Kamu sudah membantu menyelesaikan tiga kasus sekaligus dalam sekejap, jadi kamu harus mendapatkan hadiah!" kata Jenderal Sauqy.
"Hamba tidak ingin hadiah apa pun, Jenderal! Jika hamba bisa membantu hamba sudah senang!" ujar Cendani. Jenderal Sauqy memeluk Cendani lagi.
"Aku ingin segera menikahi mu!" ujar Jenderal Sauqy sembari tetap memeluk Cendani.
"Satu pekan sangat cepat Jenderal. Tidak lama lagi," kata Cendani yang sedang berada di dalam pelukan calon suaminya.
"Buatku masih sangat lama, apa lagi hasrat ku sering saja muncul menyiksaku," kata Jenderal Sauqy. Jenderal Sauqy melepaskan pelukannya.
"Begini, Cendani, mau atau tidak, aku akan memberikan Cendani hadiah! Jika Cendani tidak mau menyebutkan hadiah yang diinginkan, maka aku sendiri yang akan memilihkan hadiahnya! Tidak boleh menolak, ini perintah!" tegas Jenderal Sauqy.
"Baiklah, akan hamba terima hadiahnya, tapi terserah Jenderal saja mau memberi apa!" kata Cendani menyetujui. Jenderal Sauqy sangat senang dan kembali memeluk Cendani.
"Terima kasih, Cendani!" ucap Jenderal Sauqy sembari mempererat pelukannya.