Contents
Kisah Cinta Jimmy & Jenny
akhir kisah cinta
Jalanan menuju Jogjakarta sangat lengang, tidak banyak yang ingin melakukan perjalanan. Seakan orang-orang tau bahwa akan ada pria yang sangat menyedihkan lewat. Dia bersama mantan calon Istrinya bertemu dengan pacar mantan Istrinya itu. Dasar bodoh sekali dia. lihat laki-laki dia datang!
Aku berhenti sejenak untuk mengisi bensin di daerah yang aku tidak tau namanya. Jenny sedang ke toilet, ingin rasanya aku meninggalkannya di pom ini. aku ingin seperti slogan tempat pengisian bahan bakar itu. Mulai dari nol ya! tapi siapa yang tega, siapa yang tega meninggalkan Jenny bahkan aku Jimmy Wardoyo rela untuk mengarungi lautan kesedihan demi untuk menemaninya bertemu kekasihnya. Sial kau Mada,akan kubunuh kau saesampainya aku di Jogja! gerutuku.Jenny datang dengan wajah yang sedikit segar karena dia sudah mencuci wajahnya. Setelah beberapa saat kita di dalam mobil Jenny memutar lagu kesukaannya. Ya, lagu dari penyanyi favoritnya Carla Bruni. Jadilah Carla Bruni menjadi peneman perjalanan kami. Romantis bukan?
“Kamu lapar Jen?” tanyaku sambil melihat lurus ke jalanan.
“Kalau lapar di belakang ada makanan. Aku tadi beli saat kita berhenti di pom.”
Jenny mengambil makanannya di belakang. Suara berisik mengikuti saat dia membuka makanannya.
“Jim, bagaimana Ibu?” tanyanya menyelidik.
“oh, Mama baik-baik saja. Kata Gita dia sudah siuman dari pingsannya. Dia sekarang di rumah.” Kataku menenangkan. Jenny melihat keluar jendela mobil pandangannya mengiba.
“Aku merasa bersalah Jim, Ibu sudah sangat baik padaku tapi karena perbuatanku ini membuatnya malu.” Jenny berbicara dengan nada sedih.
“Jen, tidak ada seorang Ibu yang tega meninggalkan Anaknya dalam kesendirian. Walau kamu bukan anaknya tapi Mama menganggapmu sebagai anaknya sendiri. Kamu sama Gita adalah anak kesayangan Mama.” Jawabku menguatkan. Tak terasa kami sudah sampai di Jogjakarta kota bagi para pelajar dan pecinta, karena keduanya tidak bisa dipisahkan. Mada adalah seorang designer creative di sebuah perusahaan swasta di Jogjakarta. Setiap bulan sebelum akhirnya Jenny mau menikah denganku. Jenny selalu menyempatkan waktu datang ke Jogja untuk bertemu Mada. Sebenarnya hubungan mereka tidak selalu baik, Mada bukanlah lelaki yang setia moto hidupanya adalah “live, sex and rock and roll” sangat tidak cocok dengan Jenny yang mengagumi Carla Bruni. Mada memiliki sifat impulsife itu yang menjadi dasar kenapa dia mencitai moto seribu umat impulsive di seluruh dunia itu.
Kubelokan mobilku melewati jalan malioboro, jalannya para seniman katanya. Banyak seniman Indonesia lahir dari jalan malioboro diantaranya adalah Ebiet penyanyi melankolis dan sangat mencintai alam, lalu ada Mbah Nun, kata orang dia seniman yang alim dan satu nama terkahir yang pasti Mada Madani. Ya Mada adalah salah satu produk seniman Malioboro. Seniman impulsif. Akhirnya aku tiba di tempat tinggal Mada. kuparkirkan mobilku di ujung jalan laluaku turun dari mobil sementara Jenny masih di dalam mobil mempersiapkan segalanya. Jenny akhirnya turun aku melihat air mukanya berbeda dari sebelumnya. Kulihat ada harapan di wajahnya, aku melihat kehidupan juga. Aku tersenyum dan bangga akhirnya bisa mengantarkannya.
“Aku tunggu di mobil saja Jen.” Jenny mengangguk pelan tapi dirinya masih berada di dekatku meyakinkanku. Aku tau dia tidak tega terhadapku.
“sudahlah Jen, kau masuk saja aku menunggu di sini saja. Aku akan pergi setelah kau mengijinkanku pergi.” Aku berkata seolah kami tidak akan bertemu lagi. Jenny tersenyum lalu perlahan masuk ke dalam. Setelah di ujung jalan hanya bayangan Jenny yang terlihat. Aku putuskan untuk merokok untuk menghilangkan penatku setelah semalaman menyetir dari Jakarta ke Jogja. Tiba-tiba aku mendengar suara “brakk” suara itu kencang sekali aku menoleh ke sumber suara. Jenny lari sambil menangis dan memelukku tiba-tiba. Aku kaget dan terheran, “hey kau kenapa Jen?” Jenny menangis sejadinya, aku berusaha menenangkan. Dari arah munculnya suara aku melihat Mada hanya pakai celanan pendek tanpa kaos. Darahku mendidih aku mengira Mada telah melakukan tindakan yang tidak senonoh kepada Jenny. Seperti gunung yang erupsi aku memuntahkan semua amarahku aku lari ke arah Mada lalu menghajarnya tanpa memberi ampun. “Sial kau, berani kau bertindak seperti itu kepada Jenny” satu pukulanku langsung merangsek mengenai hidungnya hingga hidungnya mengeluarkan darah. Mada berusaha menangkis tapi pukulanku lebih dulu mengenainya, sementara Jenny masih berusaha melerai kami. Dari dalam rumah Mada muncul seorang perempuan cantik dengan rambut yang kusut seperti baru tidur dia mengenakan pakaian yang sepertinya diambilnya dengan cara terburu-buru. Dengan logat Jogjanya dia mencoba melerai.
“mas e udah mase kamu apakan tunanganku ini mas. Tulung mas sudah mas.” Dia mengiba kepadaku. Sementara Jenny tak jauh dari tempatku juga menangis. Dengan tatapan penuh amarah dan mengancam aku berkata, “Kau jangan pernah ganggu Jenny lagi!” aku beranjak dari tempat itu aku menggandeng Jenny ke dalam mobil lalu kami tancap gas, hari itu juga aku memutuskan untuk kembali ke Jakarta.
Dalam perjalanan ke Jakarta tidak banyak yang terjadi hanya tangis dari Jenny yang kudengar. Seperti biasa aku menghiburnya dengan cerita katak yang sedang kawin cerita seperti dulu sering ku karang untuk menenangkan Jenny saat menangis. Selebihnya hanya lagu Carla Bruni yang menemani perjalanku dengan Jenny ke Jakarta. Setelah kejadian di Jogja aku mencoba menaklukan hati Jenny, aku akan kembali menjadi Qais yang menrebut cinta Laila. Akan kutaklukan kau Jen untuk terakhir kalinya.
Matahari terbit dari timur dan hilang di ufuk barat, hari berganti hari bulan berubah tahun akhirnya aku akan menikah aku akan menikah dengan perempuan pilihanku sendiri. Perempuan yang selama ini aku idamkan. Lailaku! Semua orang menjadi sangat sibuk termasuk Mamaku. Acara pernikahan kami akan di adakan di daerah puncak.
“ Mas cincin kamu tadi dibawa sama Jenny sudah dikasih ke kamu?” tanya Gita khawatir. Aku hanya menggelang dan menjawab.
“Mungkin dia sedang di jalan kali. Tunggu saja toh acara belum dimulai.” aku menenangkan Gitatetapi di dalam perasaanku akupun menunggu dengan cemas.
Akhirnya semua tamu sudah datang dan tinggal mempelai wanitanya. Mama bilang kalo mempelai wanita sudah akan sampai dan Jenny ada di rombongan itu. Aku sudah tidak sabar aku bangkit dari tempat duduk berdiri di pelaminan layaknya pangeran. Rombangan itu tiba, Jenny muncul dengan dandanyan yang cantik. Dia menjadi pendamping mempelai wanita Favoritku di sampingnya Putri Ayu calon calon Istriku terlihat sama cantiknya dengan kebaya khas Jawa yang membalut tubuhnya. Alunan musik jawa terdengar mengayun mengiringi langkah kaki Putri. Kulihat Jenny tersenyum kepadaku dengan senyuman Eisntein kesukaannya. Aku membalas senyuman itu. Perlahan Putri Ayu naik ke atas altar pelaminan, Jenny mendekat kepadaku dan memberi cincin beserta bunga kepadaku. Di depanku kutatap dalam wajah Putri Ayu perempuan yang akhirnya kupilih menjadi Istriku. Kuucapkan janji suci di depan puluhan orang yang datang. Jenny dari kejauhan melihat ke arahku menitikan air mata terharu. Dari bibirnya aku melihat dia berbicara dengan lirih “selamat, Jim.” Aku hanya mengangguk tersenyum.
Sekian…