Contents
AMERTA
AMERTA
Terlihat seorang gadis berseragam khas pegawai mini market yang sedang berjalan pulang menyusuri lorong gang pinggiran ibu kota. Sesekali gadis berambut panjang itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jarum jam menunjuk ke angka sepuluh lebih lima belas menit. Tiba-tiba, terdengar dering ponselnya. Nomor tak dikenal itu lagi-lagi meneleponnya. Beberapa hari belakang ini, dia sering mendapat telepon mau pun pesan dari nomor asing yang menanyakan keberadaan ayahnya. Padahal dia sendiri pun tak tahu lelaki paruh baya itu ada di mana. Dengan raut wajah kesal, gadis itu akhirnya menerima panggilan itu.
"Salah sambung!" bentak gadis itu kemudian segera memutus panggilan telepon lalu mematikan ponselnya sebelum sang lawan bicara menyelesaikan perkataan.
Andin mengumpat dalam hati. Ayahnya sudah sebulan tak menghubunginya dan kabur entah ke mana setelah meminjam pinjaman online. Tak tahu uangnya dipakai untuk apa. Mungkin untuk berjudi atau mabuk-mabukan. Karena itu kebiasannya setelah ibu meninggal tiga tahun lalu.
Tak terasa kakinya telah sampai di depan gang tempat jajaran rumah petak yang salah satunya dia sewa. Andin mampir ke warung Bu Irah, sang pemilik kontrakan untuk membeli obat nyamuk.
"Baru pulang, Ndin?" sapa Bu Irah.
Andin tersenyum ramah. "Iya, Bu. Mau beli obat nyamuk satu."
"Itu saja, Ndin?" Wanita berusia setengah abad itu memastikan sambil menyerahkan belajaan Andin.
"Iya, Bu." Andin menerima kresek hitam berisi pesannya lalu memberikan selembar uang dua puluh ribuan kepada Bu Irah.
Bu Irah menyerahkan kembalian receh pada gadis itu. "Oh iya, Ndin. Tadi sore ada kurir kirim barang. Karena kamu belum pulang jadi dititipin di sini. Sebentar, ya."
"Ratih...," panggilnya pada sang anak.
"Iya, Bu," jawab Ratih dari dalam rumah.
Sang ibu memberi perintah. "Ambilin paketannya Andin yang tadi sore di meja makan."
Beberapa saat kemudian muncul perempuan berumur kisaran dua puluhan akhir membawa paket yang dimaksud dengan balita laki-laki yang mengekorinya.
"Tumben belanja online, Ndin," kata Ratih saat memberikan paket itu pada Andin.
"Iya, Mbak. Mumpung kemaren ada promo 10.10," balas Andin. Kini gadis itu beralih ke balita gemas yang ada di hadapannya. "Eh, Haikal belum tidur?"
"Tadi sudah tidur tapi bangun lagi."
Setelah mengobrol beberapa saat dengan mereka, Andin pun pamit pulang ke kontrakannya juga. Dia memang akrab dengan keluarga Bu Irah. Bahkan Andin sudah menganggap pemilik kontrakannya itu sebagai ibunya.
Tiba di kontrakannya, Andin disambut oleh Molly, kucing peliharannya. Rasa penat seharian bekerja seolah sirna dengan melihat kelucuan bintang berbulu cokelat itu. Andin bermain-main sebentar dengan si kucing kemudian membersihkan diri dan bersiap untuk tidur.
Molly berlari mendekati Andin lalu tidur di sampingnya saat gadis itu naik ke atas kasur. Saat Andin berlahan menutup mata, bayangan seorang laki-laki yang tak dikenalnya hadir di dalam mimpi. Seorang laki-laki asing yang selalu muncul di beberapa hari terakhir ini. Dia melihat laki-laki itu sedang bersedih, bahkan kadang kala Andin melihatnya menangis. Sebenarnya siapa laki-laki itu?
Awalnya, Andin hanya menganggap mimpi tentang laki-laki itu hanya sebagai bunga tidur saja. Namun, lama kelamaan timbul rasa iba dan penasaran tentang laki-laki itu.
Menjelang subuh, Andin tiba-tiba bangun. Dia melihat jam dinding, sudah pukul setengah empat subuh. Lalu dia melirik ke arah samping, tak menemukan Molly di tempatnya. Kemudian Andin bergerak mencari keberadaan kucingnya itu. Rupanya Molly sedang duduk di lantai. Tiba-tiba muncul lubang aneh di dinding kamarnya. Seperti portal menuju dunia lain di film-film fantasi. Molly kemudian masuk ke dalam lubang bercahaya ungu itu. Karena penasaran, Andin pun ikut masuk menyusul si kucing peliharaan. Selang beberapa detik, portal itu pun menghilang. Lubang itu membawa mereka ke sebuah kompleks perumahan elit dengan cuaca terik padahal sebelum masuk ke sana, matahari pun belum muncul. Andin bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi padanya.
Molly berlari menuju salah satu rumah dengan pagar tinggi yang tak jauh dari tempat Andin berdiri. Kucing itu pun melesat masuk melewati celah dan berhasil masuk ke sana seolah terbiasa melakukannya. Andin yang khawatir dengan peliharaannya itu, berniat menyusul. Tetapi tak bisa. Karena pagar rumah itu dijaga satpam.
Andin pun berusaha meminta izin masuk pada petugas itu untuk mencari kucingnya. Laki-laki berseragam itu mengamati Andin dari ujung kepala sampai kaki. Andin yang hanya mengenakan setelan kaos dan celana pendek tanpa alas kaki membuat petugas keamanan itu semakin meragukan Andin. Akhirnya, sang security itu enggan mempersilakan gadis itu masuk dan mengusirnya.
Andin bersikeras masuk untuk mengambil Molly tetapi satpam itu tetap pada pendiriannya. Terjadi perdebatan di antara keduanya. Hingga mobil putih pemilik rumah datang dan satpam itu membukakan gerbang. Andin tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Gadis itu lari masuk mencari Molly.
Andin terkejut ketika melihat Molly menyambut seseorang yang keluar dari mobil putih itu. Laki-laki berkemeja polos warna biru langit itu bahkan langsung menggendong Molly. Andin seketika menghampiri laki-laki itu bermaksud untuk mangambil Molly. Belum sempat niatnya terlaksana, petugas keamanan menangkapnya. Andin berusaha melepaskan diri dari satpam itu.
Laki-laki sang pemilik rumah pun menyadari keributan itu, lalu menghampiri mereka. Dan betapa kagetnya mereka satu sama lain. Andin terkejut karena melihat sosok laki-laki yang belakangan ini menghantui tidurnya. Sedangkan Al terperanjat karena melihat sosok gadis yang dia rindukan kini berada di hadapannya.
"Andin...," ucap Al lirih.
Andin sempat heran, kenapa laki-laki itu tahu namanya. Siapa sebenarnya laki-laki di depannya ini. Karena dia bahkan tak pernah kenal atau pun bertemu dengan laki-laki itu.
Al memerintahkan petugas keamanan itu untuk melepaskan Andin. Terlihat jelas di air wajahnya, kesedihan sekaligus kerinduan yang mendalam kepada gadis itu. Laki-laki itu mengajak Andin untuk masuk ke rumahnya. Andin duduk di sofa ruang tamu yang sangat mewah, dia bahkan tak pernah melihat rumah yang penuh kelimpahan seperti ini sebelumnya. Bahkan membayangkannya pun dia tak perah. Laki-laki yang kini di depannya itu hanya diam mengamati Andin dengan rasa sedih sembari mengelus Molly yang berada di pangkuannya.
Al menanyakan asal usul Andin. Perempuan itu pun bingung harus menjelaskannya karena terdengar tak masuk akal. Tetapi pada akhirnya Al mengizinkan Andin untuk tinggal sementara di rumahnya sampai Andin menemukan cara pulang. Karena alamat yang diberikan Andin nyatanya tak ada di sana.
Awalnya Al mengira Andin adalah kekasihnya yang telah meninggal karena kecelakaan setahun lalu yang ternyata selamat dan kehilangan ingatan. Namun, setelah diperiksa oleh dokter, keadaan gadis itu baik-baik saja. Tak ada luka atau trauma pasca kecelakaan. Kepribadian Andin juga bukan seperti tunangannya dulu. Andin yang saat ini tinggal di rumahnya itu jauh lebih ceria dan lebih berani. Gadis itu pun sangat menyukai Molly. Lain halnya dengan Andin kekasihnya yang alergi dengan bulu kucing.
Andin merasa dia harus pulang, sudah seminggu tinggal di rumah mewah Al. Dia beberapa kali ke tempat pertama kali dia muncul, berharap portal ungu itu ada. Tetapi tak ada apa pun di sana. Dia harus segera menemukan portal itu untuk bisa pulang ke kontrakannya.
Sampai suatu hari mobil sedan hitam masuk ke pelataran rumah mewah Al. Rupanya itu adalah ibu dan kakak perempuan Al. Mereka datang karena mendengar kabar bahwa Andin telah ditemukan. Ketika Andin melihat mereka, gadis itu sangat terkejut. Karena ibu dan kakak perempuan Al mirip dengan Bu Irah dan Mbak Ratih pemilik kontrakannya. Hanya pakaian mereka yang sedikit berbeda. Penampilan mereka terlihat berkelas, jelas berbeda dengan pemilik kontrakannya itu.
Ibu dan kakak perempuan Al memeluk Andin dengan penuh kasih sayang. Mereka juga tampak rindu dengan gadis itu. Andin bingung, keluarga ini bersikap begitu baik saat melihatnya. Kakak perempuan Al yang juga bernama Ratih sama dengan nama anak pemilik kontrakan tempat Andin menyewa pun menceritakan bahwa sebenarnya Andin adalah tunangan Al. Andin meninggal sehari setelah acara pertunangannya dengan Al karena kecelakaan.
Mendengar hal itu, Andin jadi tahu sebabnya mata Al terlihat sedih sekaligus rindu saat pertama kali bertemu dengannya. Mengetahui fakta bahwa ada Andin yang lain, membuat gadis itu semakin penasaran, sebenarnya di mana dia berada saat ini. Dia akan mencari tahu siapa Andin yang mirip dengannya itu. Andin mencari informasi di internet dengan ponsel yang dipinjamkan Al padanya dan menemukan sebuah teori tentang dunia paralel. Atas kejadian-kejadian yang dia temukan di sini, gadis itu menyimpulkan bahwa dia terjebak di dunia paralel itu. Dunia di mana semuanya sangat berbeda dengan dunia asalnya.
Saat Al pulang dari kantor, Andin mengajak laki-laki itu mengobrol. Beberapa hari ini hubungan mereka semakin dekat. Entah mengapa timbul benih-benih asmara di hati keduanya. Andin bertanya perihal tunangan Al yang mirip dengannya itu. Akhirnya Al menceritakan semuanya tentang kekasihnya itu pada Andin. Gadis itu bahkan diajak ke makam tunangannya dan ke rumah orang tua kekasihnya itu.
Sampai di kediaman orang tua Andin, gadis itu tercengang karena menemukan ibunya masih hidup. Bahkan ibunya terlihat sehat dan jauh lebih muda dari ingatan terakhirnya tentang beliau. Di sana juga ada sang ayah. Laki-laki paruh baya itu terlihat lebih segar. Ketika melihat Andin, mereka terkejut tetapi segera memeluk gadis itu. Mereka bersyukur anaknya telah kembali.
Keluarga Andin di dunia paralel ini benar-benar jauh berbeda dengan kehidupannya di dunia asalnya. Di sini, keluarganya tampak harmonis dan berkecukupan. Bahkan di sini, Andin memiliki adik laki-laki bernama Ziyan yang masih SMA. Tak terasa Andin tak kuasa membendung air mata. Dia merasa bahagia hidup di tengah-tengah keluarga ini.
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa sudah tiga bulan Andin tinggal di dunia paralel itu. Sesuai teori yang pernah dia baca sebelumnya, kondisi badan Andin berangsur-angsur melemah. Karena di dunia ini dia seharusnya sudah meninggal. Maka, dia harus segera menemukan cara pulang ke dunianya sebelum dia benar-benar meninggal.
Andin mengingat-ingat kembali tentang awal dia masuk portal ungu itu dan terlempar ke sini. Dia ingat bahwa dia pergi mengejar Molly saat portal itu terbuka di jam setengah empat subuh. Akhirnya, Andin pun memberi tahu pada Al tentang rencana kepulangannya besok pagi. Walau pun sebenarnya tak rela kehilangan perempuan yang dia cintai untuk yang kedua kalinya, Al mengizinkan Andin untuk pulang. Dengan syarat, dialah yang harus mengantar gadis itu sampai portal ungu. Al tak ingin melihat Andin terus menerus menahan sakit.
Sebelum subuh mereka sudah tiba di tempat portal itu pertama kali membawa Andin dan Molly. Dan benar saja, portal bercahaya ungu itu terbuka di depan mereka semua. Akhirnya dengan tertatih Andin dan Molly masuk ke sana. Sebelumnya Andin berjanji akan ke sini lagi untuk menemui Al. Laki-laki itu pun memegang janji gadis itu. Sebenarnya Al juga ingin ikut ke dunia Andin, tetapi entah mengapa badannya tak ikut tersedot ke dalam lubang itu.
Andin dan Molly kembali ke kamar kontrakan seperti awal mereka pergi. Tubuh Andin mendadak bugar. Andin melirik jam dinding yang jarumnya ke angka delapan. Andin pun memeriksa keadaan isi kontrakannya. Tempat tinggalnya itu masih sama saja seperti terakhir kali. Ketika Andin keluar dari kontrakannya untuk memeriksa keadaan luar, dia bertemu dengan Bu Irah. Pemilik kontrakannya itu menanyakan keberadaannya tiga hari terakhir yang jarang keluar. Andin menyimpulkan bahwa dia hanya hilang tiga hari di dunia ini padahal dia sudah tinggal di dunia paralel selama tiga bulan. Terpaksa Andin berbohong tentang kepergiannya tiga hari itu pada Bu Irah.
Kini dia melihat Bu Irah seperti melihat ibu Al di dunia paralel. Andin pun bertanya, apa Bu Irah punya anak selain Mbak Ratih. Namun, Bu Irah menjelaskan, suaminya sudah meninggal saat Ratih masih balita, bagaimana mungkin dia memiliki anak lagi jika sampai saat ini dia belum menikah lagi. Inilah sebabnya Al tak bisa masuk ke dalam portal ungu itu. Karena di dunia ini dia memang tak pernah dilahirkan.
Malamnya, Andin sangat merindukan Al. Biasanya sebelum tidur, mereka meluangkan waktu bersama untuk sekadar bercerita. Namun kini, dia tak bisa. Karena faktanya, Al di dunianya memang tak pernah lahir jadi laki-laki itu tak bisa ke dunia Andin. Dia pun memutuskan untuk ke dunia paralel itu saat dia libur bekerja.
Enam hari sekali Andin akan pergi ke dunia Al dan tinggal di sana seharian untuk bertemu kekasih dan keluarga yang dia sayangi. Walau pun enam hari di sini sama seperti enam bulan di sana, tetapi Al tetap setia menunggu pujaan hatinya itu. Tak ada yang bisa memisahkan cinta mereka walau dunia mereka berbeda.
-Selesai-