Try new experience
with our app

INSTALL

GIVE ME A LOVE SIGN! 

GIVE ME A LOVE SIGN!

Chapter 3

  Ku rebahkan tubuhku di tempat tidur, kejadian hari ini begitu membuatku lelah. Tiba-tiba terlintas dipikiranku sikap Rara yang aneh. Perkataan Rara terdengar sama seperti yang dimaksudkan oleh pengirim komentar anonym itu. Tapi tidak mungkin. Rara juga tidak punya alasan untuk melakukan itu kepadaku.

Mataku hampir terpejam, namun dering ponselku berbunyi. Kali ini bukan notifikasi komentar, tapi direct message yang dikiriman pemilik akun anonym11 itu.

“Guegak akan biarin lo berpaling dari gue!” tulisnya. Tanganku kembali bergetar, tapi ku beranikan diriku untuk membalas pesannya.

“kalo lo berani, tunjukkin diri lo di depan gue.”

Tak lama setelah aku membalas, pesannya kembali muncul.

“lo tenang aja, ga akan seorang pun yang bisa milikin lo selain gue! Gue akan nyingkirin semua orang yang ganggu gue sama lo, termasuk Aeros!”

“lo siapa?!” setelah aku menulis pesan itu, dia tak lagi membalas. 

  Esok paginya, aku masih menatap ruang chatku dengan anonym11. Berharap dia membalas pesanku dan menunjukkan siapa dirinya. Rara menepuk pundakku, Ia menundukkan kepalanya dan meminta maaf.

“Maafin gue Nin. Gue gak ada maksud apa-apa. Gue cuma gak mau lo deket sama Aeros dan bikin lo sakit hati lagi.”

“It’s okey, Ra.” Aku menjawab permintaan maaf Rara tapi pandanganku tidak lepas dari ruang chat di ponselku. Rara melihat ruang chat ku dan bertanya..

“itu siapa? Orang yang neror lo?” aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Rara.

  “orang itu kayanya sayang banget sama lo.” Aku menyerngitkan dahi menatap Rara yang mudahnya mengatakan seperti itu, padahal Rara tau kalau aku sering mendapat komentar teror ini.

  Tiba-tiba Aeros menarik tanganku dan membawaku pergi. Anehnya aku tidak meronta untuk melepaskan tanganku dari Aeros, malah aku merasa kehangatan yang dulu pernah aku rasakan ketika Aeros setiap hari menggenggam tanganku.

Aku terpaku ketika Aeros menatapku. Namun dari matanya aku bisa melihat kegelisahan yang dirasakan Aeros.

“Lo jangan salah paham maksud gue tarik lo kesini. Gue cuma mau ingetin lo, gak semua orang di dekat lo itu orang baik.”

“maksud lo?” tanyaku.

  “Gue cuma mau kasih tau itu.” melihat Aeros hendak pergi, dengan cepat aku meraih tangannya. Aku tidak kuat menahan air mataku dan menangis dibelakang Aeros. Aeros kemudian melepaskan tanganku dan pergi. Aku terjatuh, karena tubuhku terasa lemas. Ku tundukkan kepalaku dan terus menangis. Aku sudah tidak peduli apa yang orang-orang bicarakan ketika melihatku seperti ini. Lalu sebuah tangan menjulur ke arahku. Perlahan dari kakinya sampai wajahnya terlihat. Aeros kembali, memberikan tangannya padaku. Dan untuk beberapa waktu aku hanya diam dan terus menunduk.

  Entah karena kesal atau apa, aku tidak tau alasannya. Aeros mengangkat dan menggendongku. Mataku tertuju pada mata Aeros yang tajam menatap ke depan. Ku peluk leher Aeros dengan erat dan ku tenggelamkan wajahku di dadanya.

  “Makasih..” ucapku pada Aeros yang sudah membawaku ke UKS. Aeros hanya mengangguk, dan kembali sibuk menuangkan air hangat lalu diberikan kepadaku. Tanganku reflek menarik kemeja Aeros.

“Please temenin gue. Gue takut.” Pinta ku penuh harap pada Aeros. Aeros lalu duduk disebelah ranjangku. Ia lalu membantuku untuk minum dari gelas yang sedari tadi Ia pegang.

  “semalem gue dapat teror itu lagi.” aku menunjukkan isi dm dari anonym11 ke Aeros. Tujuanku memberitau Aeros karena orang itu sudah membawa-bawa Aeros. Aku tidak ingin hal buruk menimpa Aeros hanya karena masalahku dengan orang misterius itu. Tampak wajah Aeros sangat marah ketika membaca pesan itu yang kemudian perhatiannya dialihkan kepadaku. Aku menangis dan ketakutan. Perlahan aku merasakan Aeros mendekat ke arahku. Lalu Ia memeluk dan menepuk pundakku. Aeros memang tau betul bagaimana cara menenangkanku disaat seperti ini.

“Lo gak perlu takut. Ada gue.” Katanya sembari menepuk pundakku.

 

***