Try new experience
with our app

INSTALL

GIVE ME A LOVE SIGN! 

GIVE ME A LOVE SIGN!

Chapter 2

  Sesampainya aku di kelas, tatapanku tertuju pada satu orang. Sosok pria dingin yang sama sekali tidak berkutik dari bangkunya dan tidak menoleh kemanapun kecuali memandang melalui jendela yang membuat rambutnya sedikit berterbangan, seolah di ruangan ini hanya ada dia. 

  Aku duduk di bangku ku yang sebelahan dengan bangku Aeros, pria dingin itu. Aeros menoleh ke arahku dan menatapku tajam. Aku pun balik menatapnya seolah berharap Aeros tidak lagi bersikap dingin kepadaku. Lalu dia mengalihkan perhatiannya ke ponselnya, dia mulai mengetikkan sesuatu. Tak lama setelah itu, ponselku berbunyi. Ada notifikasi yang masuk. Aku ragu untuk membukanya karena tidak mau semua orang melihat ketakutanku. Tapi aku mencoba memberanikan diri melihat notifikasi komentar itu. “Aku tidak suka kau menatap orang lain!” Anonym11. Aku kembali reflek melempar ponselku ke meja.

“Akhh..” semua orang langsung menatap ke arahku yang tiba-tiba teriak. Rara menghampiriku dengan wajah panik.

“Nin, lo kenapa?”

  Tanganku gemetar saat ingin meraih ponselku, tapi aku sadar disaat semua orang panik melihatku. Aeros malah pergi dan aku teringat sebelum aku mendapatkan notifikasi itu, Aeros sedang mengetik di ponselnya. Aku mengambil ponselku berbarengan ketika Rara juga ingin mengambil ponselku. Aku pergi mengejar Aeros. Rara terdiam membiarkanku pergi.

“Aeros, tunggu!” panggilku setengah teriak ketika melihat Aeros berjalan menuju lapangan basket. Aeros seketika menghentikan langkahnya. Aku berlari mendekati Aeros.

Ku tunjukkan isi komentar yang ada di sosial media ku dihadapan Aeros.

“Lo kan yang nulis-nulis komentar ini di sosial media gue?!” Aeros hanya diam menatapku dengan heran, lalu tersenyum sinis tapi Aeros masih tidak menjawab pertanyaanku.

“jawab! Apa maksud lo ngelakuin ini semua?!” aku masih histeris di depan Aeros. Aku tidak bisa lagi menahan amarahku tapi Aeros masih saja diam.

  “Lo pikir ngapain gue ngelakuin itu? Emang gue punya alasan ngelakuin hal receh itu?” jawaban Aeros membuatku semakin marah, namun aku sadar memang Aeros gak punya alasan untuk melakukan hal itu walau kenyataannya Aeros dan aku pernah menjalin hubungan karena setelah hubungan kami berakhirpun, Aeros jarang bicara denganku apalagi menunjukkan kalau dia masih mencintaiku karena aku tau, kami berpisah pun itu semua karena kesalahanku. Aku terdiam, sadar kalau Aku sudah tergesa-gesa menuduh Aeros tanpa bukti hanya karena ketakutanku yang berlebihan. Aeros pergi meninggalkanku, dadaku sesak. Bayanganku berputar, mencoba mengingat-ingat kejadian apa yang sudah ku lewati sampai aku bisa setakut ini hanya karena komentar yang terus menerorku.

  Tubuhku yang lemas ku paksakan kembali ke ruang kelas untuk mengikuti pelajaran. Aku duduk dan menundukkan kepalaku di meja. Pak Dimas memanggil namaku untuk menjawab pertanyaan yang baru saja Ia lontarkan. Aku tidak menghiraukan Pak Dimas, pikiranku masih kacau. Berulang kali Pak Dimas memanggilku, namun aku tidak menjawab.

“Saya bisa jawab Pak.” Suara Aeros terdengar, aku mengangkat kepala ku dan melihat kearahnya. Aku merasa bersalah pada Aeros.

  Bel istirahat berbunyi, menghampiri Aeros yang masih terduduk disana. Namun saat aku mulai dekat, Rara menarik tanganku dan mengajakku ke kantin. Aku bahkan belum sempat menyampaikan maaf ku pada Aeros.

“Lo ngapain tadi masih deketin Aeros?!” wajah Rara tampak kesal.

“Gue cuma mau minta maaf.”

“Gue gak suka lo deket-deket sama Aeros!” kata Rara yang membuatku terkejut. Rara suka sama Aeros dan cemburu denganku?

“Lo suka sama Aeros?.” Aku menjawab Rara dengan pertanyaan yang sepertinya menyudutkan dirinya.

“Gak mungkin gue suka sama Aeros, Aeros kan mantan lo.” terlihat jelas kepanikan di wajah Rara ketika menjawab pertanyaanku itu.

  Aku dan Rara berjalan di koridor. Aku melihat Aeros ada disana sedang berdiri menatap ke lapangan, dan dia masih menggunakan earphonenya. Saat aku ingin berjalan ke arah Aeros, Rara menahanku. Namun dengan lembut aku melepas tangan Rara, tanpa tau apa maksud Rara menahanku menghampiri Aeros.

“Gue bisa bicara sebentar sama lo?” tanyaku perlahan menatap penuh harap, yang kemudian Aeros melepas earphonenya.

“Apa?” jawabnya singkat.

“Gue mau minta maaf, soal tadi. Gue salah udah nuduh lo yang teror gue.”

“syukur kalo lo sadar.” Aeros pergi begitu saja setelah menjawab permintaan maafku.

  “Gue kan udah bilang, lo jangan nekat deh deket-deket sama dia. Kenapa sih lo gak pernah dengerin apa yang gue bilang?!” aku bingung apa yang terjadi sama Rara hingga membuat Rara begitu marah denganku hanya karena minta maaf pada Aeros. Rara beranjak dari hadapanku, Aku masih terdiam. Bingung. Apa yang salah dengan Rara?

***