Try new experience
with our app

INSTALL

Killing Or Living 

Chapter 3

Killing Or Living

 

  Saat itu pulang sekolah, sudah larut karena ada kelas tambahan. Hujan masih mengguyur. Marion dan yang lain tampak tertawa dilorong kelas. Satu persatu teman Marion pulang. “Duluan yak, lo gak papa kan Yon gue tinggal?”, tanya salah satu teman Marion. “Gak papa lah, bentar lagi juga jemputan gue dateng”, jawab Marion.

 

  Mendengar itu teman Marion pun pergi meninggalkannya. Kini Marion tinggal sendirian. Marion merasa ada yang mengamatinya, Marion melirik ke kiri kanan dan belakangnya tapi tak ada siapa-siapa. Marion semakin gusar. Tanpa Marion sadari, Kamara sudah berada dibelakangnya dan memukul tepat ditengkuk Marion dengan sebuah balok kayu. Marion jatuh pingsan, Kamara pun menyeret Marion ke gudang sekolah.

 

  Marion sudah diikat dikursi, mulutnya dilakban. Marion sangat kaget melihat Kamara adalah orang yang memukulnya. Kamara tertawa melihat ketakutan dari mata Marion. “Kenapa? Kamu mau ngomong sesuatu?”, tanya Kamara mengejek. Kamara membuka tutup mulut Marion.Sontak Marion mencaci Kamara. “Emang anjing lo yah, pelacur lo, ngapain lo iket gue? Kalo gue udah bebas bakal gue bunuh lo anjing!” Plak! Kamara menampar Marion dengan sangat keras. “Orang kayak kamu emang harusnya mati, percuma hidup cuma buat nyakitin orang lain, gak salah aku pilih kamu” jelas Kamara. Marion yang mendengar itu tampak bingung sekaligus marah. “Ngomong apa sih lo jing.., lepasin gue gak? tolong toloooong”, teriak Marion. “Percuma, udah tengah malem, gak akan ada yang nolong kamu” sahut Kamara diiringi tawanya. “Selamat tinggal, mulai hari ini gak akan ada lagi yang terluka karena mulut busuk kamu Marion” jelas Kamara diiringi tusukan pertama pada tubuh Marion. Marion pun menjerit kesakitan.

 

  Kamara menusuk Marion bertubi-tubi, darah menciprati wajah Kamara, Marion merintih kesakitan sampai dia pun mati. Kamara sangat puas. Dia tertawa melihat orang yang selama ini membullynya mati. Kamara pun tanpa sengaja melihat ke kaca yang sudah lapuk digudang itu. Betapa kagetnya dia saat melihat wajahnya sudah bersih dari jerawat dan putih bersinar. Kamara sangat senang melihatnya.Mulai detik itu satu persatu nyawa teman yang sering membullynya melayang dan Kamara pun berubah menjadi gadis yang cantik jelita. Kamara semakin tenggelam bersama buku misterius itu.