Try new experience
with our app

INSTALL

Kasih Tak Sampai 

Kasih Tak Sampai

- PERTEMUAN BERMAKNA -

  Kini Agas, Kurnia dan Lastri sudah jarang berkumpul. Mereka sibuk dengan tugas-tugas perkuliahan yang menyita waktu mereka. Namun, di hari ulang tahun Agas kali ini, Ibu meminta Agas merayakannya di rumah saja. Agas pun menyanggupi. 

 

“Akhirnya, setidaknya dalam acara nanti aku bisa melihat Kurnia” 

 

  Tanpa ku sadari, aku berharap dan menantikan kehadiran Kurnia. Segala persiapan ulang tahun Agas pun dilakukan. Ibu sudah sibuk di dapur memasak beraneka masakan. Pun aku kini sudah bisa bantu Ibu memasak. Selain itu, di ruang tamu sederhana kami hanya dihiasi beberapa balon saja. Tidak terlalu meriah. Satu per satu teman Agas datang. Dan ia –Kurnia, pria yang ku damba telah tiba. Ia datang memakai baju kemeja kotak-kotak berwarna biru gelap, dan celana kain lengkap dengan ikat pinggang. Penampilannya tiada pernah mengecewakanku. Selalu berkharisma. Acara ulangtahun pun mengalir apa adanya. Tampak beberapa saudara dekat kami juga hadir. Di saat Kurnia ingin mengambil lauk, posisi kami berdekatan. Tanpa ku sadari ia berada tepat di belakangku. 

 

“Masakan ini kamu yang masak juga?” tanyanya mengagetkanku. 

 

Hah?” aku gelagapan, senang tak karuan. 

 

“Terima kasih ya, ayam betutu yang kamu masak sangat enak. Terima kasih sudah mau belajar masak juga. Akhirnya kamu bisa bebas dari trauma” kata Kurnia. 

 

“Memangnya Agas bilang ya kalau itu aku yang masak?” 

 

“Bilang dong. Katanya kamu seharian betul hari itu di dapur hahaha” 

 

Pipiku memerah, dan kami tertawa bersama. 

 

“Andai saja saat itu aku bisa mengungkapkan perasaanku. Bahwa makanan itu tidak hanya sebagai kado teristimewa, namun juga tanda kasih ku padamu, Kurnia”. 

 

  Jauh dari lubuk hatiku terdalam, aku yakin Kurnia juga merasakan hal yang sama denganku. Sudah beberapa kali ia juga turut membantuku dalam menyelesaikan tugas yang buatku terlampau memusingkan. Sikapnya yang perhatian, dan peka terhadapku juga membuatku tambah yakin. Namun, sayangnya aku tak bernyali menyatakan itu. 

 

Jakarta, 10 oktober 2019 

Aku masih memandangi hujan yang kian reda. Sembari pikiranku masih melayang mengingat sosok Kurnia. 

 

“Andai saja waktu bisa ku putar kembali, andai saja aku saat itu menyatakan cintaku, mungkin aku bisa lega kini. Namun, rupanya semesta belum berpihak padaku”. 

 

  Selepas acara ulangtahun Agas kala itu, Kurnia pulang lebih dulu. Dia mendapat kabar Ibunya dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi sekarat. Ibu Kurnia telah lama sakit dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Sudah beragam cara baik dari pengobatan medis hingga pengobatan alternatif ditempuh, namun belum juga sembuh.