Contents
Musim Rindu Bersemi
La Vie En Rose
Paris, Februari 2017
Ujian praktika membuatku berhari-hari pulang larut. Bahkan di hari Sabtu aku mesti tetap ke kampus. Aku pun selalu mencari jalan yang sekiranya masih ramai, tidak seperti jalan pintas yang selalu aku lintasi.
Tepat di ujung sudut jalan itu, terdapat sebuah café klasik nan mungil . Suara musik dari dalam café itu membawaku masuk ke dalamnya. Tampak seorang pria duduk memainkan gitar yang dipangkunya. Suaranya nan merdu melantunkan lagu La Vie en Rose. Matanya menatap tajam ke arahku. Aku terpana melihat indah matanya.
“Merci beaucoup” katanya mengucap terima kasih, tanda akhir performance nya hari itu.
Kedua lesung pipinya pun terlihat saat ia tersenyum.
“Le coup de foudre” kataku dalam hati.
Ya, sesuatu yang sebelumnya tak aku yakini ada, tapi hinggap begitu saja di dada. Orang menyebutnya cinta pada pandangan pertama. Aku memang bukan sosok gadis yang gampang jatuh cinta. Bagiku, studi yang utama. Jujur saja, di usiaku yang baru 20 tahun, belum pernah sama sekali aku berpacaran, apalagi memikirkan cinta.
Aku pun ingin menghampiri, dan memberikan sebuah Citron Presse, sejenis minuman lemon hangat untuknya. Tapi, ugh! Aku tak cukup bernyali. Melihat senyumnya saja sudah cukup bagiku. Satu hal yang ku tahu, dialah yang telah menggetarkan jantungku.
“Apakah karena ini bulan penuh cinta maka aku menemukannya?” bisiku dalam hati.
“Ah, sudahlah! Jangan banyak berhalusinasi” kataku pada diri sendiri.
Semenjak pertemuan itu, entah mengapa sepulang kampus, aku selalu datang ke café itu. Pertemuan demi pertemuan terjadi.
“Kali ini semesta benar-benar berpihak padaku” ucapku meyakinkan diri.
Aku dan Andrew pada suatu waktu berhadapan, dan percakapan kami pun dimulai. Aku pun baru menyadari bahwa kami berdua sama-sama berasal dari Indonesia!
“Pantas saja aku merasa wajahmu ngga asing” candaku.
“Benarkah?” jawabnya singkat.
Namun bibirnya tertarik ke atas dan memperlihatkan lesung pipi itu.
Hari demi hari, berlalu. Kami kian dekat dan sering bertemu. La Vie en Rose membawa ku pada cinta pertamaku. Winter kala itu terasa berbeda karena ada sesosok pria di sampingku.