Try new experience
with our app

INSTALL

Musim Rindu Bersemi 

Bonjour!

Tring… Bel pintu berdenting. 


  “Bonjour madamme, comment ça va?” sapaku mengucap salam dengan senyum. Sejak awal semester lalu, aku bekerja paruh waktu di toko roti, tepat di bawah asramaku. Tujuanku jelas. Aku tidak mau memberatkan orangtua, walau aku pun menerima beasiswa jua. 


  Tugasku tidak terlalu berat. Aku hanya membersihkan rak, menyusun roti, dan memeriksa tanggal kadaluarsa. Lalu memisahkan roti yang sudah tidak bisa terjual. Tak lupa, aku juga mengenakan sarung tangan dan mengisi kembali hand sanitizer yang harus selalu tersedia di dekat pintu masuk. 
Aku beruntung, walau di tengah situasi dunia sedang tidak mudah, aku masih bisa menyambung hidup.  Aku pun tidak perlu ke kampus. Cukup duduk di depan laptop, dan belajar mandiri.


  Di semester akhir ini aku bertekad akan berusaha yang terbaik agar studiku cepat selesai. Sudah lama aku rindu memeluk Ibu, makan masakannya, bertemu Ayah dan bermain atau terkadang bertengkar dengan adikku. 
Berkat toko roti ini aku tidak pernah merasa sendiri. Pengunjung hilir mudik sejak pagi. Satu di antaranya, Madamme Alice. Wanita usia 60an yang tinggal tidak jauh dari toko. Pagi ini raut wajahnya tampak lebih sumringah. Ia pun memilih roti sambil bersenandung. 
 

When you kiss me heaven sighs 
And tho I close my eyes 
I see la vie en rose

  Lagu yang membawaku menerawang ke masa lalu.  Masa di mana aku masih bisa mendengar lagu itu di sebuah café mungil di sudut jalan. Seorang penyanyi pria, yang kemudian ku tahu namanya Andrew, tidak pernah absen menyanyikan lagu itu tiap malam minggu.