Try new experience
with our app

INSTALL

Musim Rindu Bersemi 

Kembali Bersemi

Sejak saat itu, aku tidak pernah lagi mau tahu apa-apa tentang Andrew. Walau, aku dengar ia kembali ke Paris untuk melebarkan usaha orangtuanya. Tekadku sudah bulat. Aku akan bekerja dengan sungguh dan lulus T E P A T   W A K T U. 


Grand-mère!” 
Panggilan seorang bocah laki-laki berusia sekitar 3 tahunan membuyarkan lamunanku.
Dari sudut yang lain, Madamme Alice menoleh dan memeluk anak itu. Aku pun tersenyum melihat tingkah lucunya. 
Son nom est Agra. Mon petit fils” ujar Madamme Alice memperkenalkan cucunya. 


Agra. Nama yang indah, seindah kedua bola matanya. Juga, lesung pipi anak itu yang mengingatkan ku pada Andrew. 
“Aku rindu… “ bisiku pelan seolah menyerah, dan mengakui aku merindukan cinta pertamaku. 
Sejak Andrew pergi, tiada lagi lelaki yang bisa menggetarkan hatiku. Tiada lagi canda gurau yang seolah membuat cepatnya waktu berlalu. 
“Ya, aku benar-benar rindu. Seandainya semesta berpihak padaku sekali lagi,  Aku ingin menatap kedua matanya, dan mengecup bibirnya” harapku dengan sungguh. 
 

Tring… 


Bel tanda pengunjung masuk berdenting. Sesosok laki-laki yang memakai celana denim, kaos polos yang dibalut mantel chesterfield datang menghampiri. 
Senyumnya tak asing bagiku, juga kedua lesung pipi itu. 
Sorot bola matanya yang khas, berjalan perlahan menuju ke arahku.
“Benarkah yang ku lihat ini?” tanyaku tak percaya. 
“Terima kasih, Semesta. Kini ku tahu, cintanya tidak pernah terkubur dengan utuh. Masih bersemi, setidaknya sekali lagi” ucapku sambil memandangi wajah lelaki itu.


-END-