Try new experience
with our app

INSTALL

Musim Rindu Bersemi 

Musim Rindu

“Kamu yakin setelah lulus akan langsung pulang? tanyaku pada pria yang sedari tadi sibuk merapikan dokumen pentingnya. 
“Tiara, sebenarnya aku berat meninggalkan Paris, apalagi kamu di sini” ia tertunduk. 
“Tapi, aku sudah berjanji bulan ini akan pulang ke Indonesia” imbuhnya. 
“Baiklah. Aku akan berusaha sebaik mungkin menyelesaikan tugas akhirku. Supaya bisa segera menyusulmu” ujarku sambil terkekeh. 
“Aku yakin kok kamu pasti bisa” balas Andrew sembari mengusap rambutku. 
Tak terasa, dua musim telah berlalu, dan kini kami harus terpisah pulau.Bukannya aku cengeng, tapi ntah kenapa saat malam menjelang, hatiku selalu menginginkannya, tepat di sampingku. 
 

Aku pun berusaha menepis segala cemburu, dan sesaknya rindu saat hanya melihat wajahnya di layar ponsel. Terkadang, saking sibuknya kami pun tidak sempat menyapa, apalagi bercanda gurau. 
Saat-saat itulah mulai percikan api kecil mulai membuat hubungan kami goyah. 
“Ya, aku paham. Ini adalah resiko LDR” ujarku menenangkan diri. 
Tapi, apa benar yang ia katakan? 
Kenapa ia tiba-tiba menghilang? 
Bukan kah aku sudah berusaha agar tak tersulut cemburu? 
Salahkah aku?

Pertanyaan demi pertanyaan yang membuat rasa percayaku mengikis. Begitu pula dengan sikapnya yang tiba-tiba dingin, dan menghilang tak tahu kemana. 
Sempat ia bercerita sebelumnya, usaha orangtuanya sedang di ujung tanduk. Mungkin karena itu ia harus berbakti. Mengerahkan seluruh akal pikiran, serta waktunya. 
Sekali lagi, aku berusaha mengerti. Namun, rindu ini semakin menyiksaku. 
“Apa iya ini adalah musim rindu?” kataku dalam hati. 
Saat itu, aku tak terlalu jelas mengingat sebab pertengkaran kami di tengah malam. Itu adalah percakapan terakhir kami, dan setelah itu… pagi menjelang seolah semalam tak terjadi apapun. 
 

Aku pun berusaha membiasakan diri untuk tidak merindunya lagi. Juga mencari kesibukan lain, agar aku bisa bertahan hidup sendiri serta melupakan sosoknya.