Contents
Amorf part 1: Friendzone
Empat
Nat keluar dari kamarnya dengan kaus bergambar kartun dan celana trainingnya. Ia menuruni tangga, melihat Mamanya dan Aira sedang bercakap-cakap.
“Mama kok ngizinin orang ini masuk kamar Nat sihh?” protes Nat sambil menggigit roti.
“Aira kan cuma pengen ngebangunin kamu dan ngajak jogging aja.” kata Mama sambil mengoleskan selai kacang pada roti.
“Kalo Nat diapa-apain sama dia gimana?”
“Yee… GR aja lo, Nat. Emang gue mau ngapain elo?” Aira menjulurkan lidah.
“Siapa tau aja. Lo kan Mister Cabul!”
“Huussh! Gak boleh sompral, Nat. Udah sana… lari pagi. Mumpung udaranya masih seger.” kata Mama.
Nat meneguk segelas susu kemudian ia dan Aira pamit pada Mama. Mereka berlari-lari kecil keluar rumah diikuti oleh Aira. Aira menatapnya sambil cengengesan jahil memamerkan gigi-giginya yang putih berjejer rapi, Nat buang muka sok marah. Tapi mana bisa Nat nyuekin Aira? Sampai kapan Nat bisa tak acuh kepada Aira—salah satu sahabat terbaiknya?
“Ke rumah gue dulu, Nat. Ada yang mau gue tunjukin,” kata Aira sambil menarik tangan Nat masuk ke rumahnya.
Nat memandang sekelilingnya. Rumah Aira bercat putih bersih dengan banyak lukisan di dinding. Nat memandang foto keluarga Aira… Aira kecil sungguh lucu. Ia tidak menyadari kapan Aira mulai beranjak dewasa. Tanpa dia sadari, Aira sudah menjadi pria tinggi yang tampan dengan senyuman yang sangat ia sukai. “Bokap nyokap lo mana, Ra?” tanya Nat akhirnya.
“Lagi nugas. Nihh…” Aira menyerahkan kotak berukuran sedang kepada Nat, membuyarkan lamunannya.
“Apaan nih?”
“Buka aja. Cepetan, eh!”
Nat membuka kotak itu dan melihat benda berbentuk hati berwarna perak. Nat terkesiap. Refleks ia memeluk Aira, “Makasih, Ra. Kotak musik gue.” Aira hanya senyum-senyum. Nat salting lalu melepas pelukannya. Ia membuka kotak musiknya, dan memutar kuncinya, kotak musik itu melantunkan nada lagu First Love. “Jadi… udah gak marah lagi kan sama gue?” tanya Aira.
Nat menggelengkan kepalanya. Gila aja gue marah sama cowok kayak lo, batin Nat sambil tersenyum. “Enggak, dong! Yuuk jogging!”
“Males, ah!”
“Lho? Kok males? Katanya supaya sehat?”
“Itu alesan gue aja lagi. Supaya bisa ngajak elo. Abisan elo susah banget diajaknya.”
Nat meninju pelan bahu Aira.
“Kita baekan ya, Nat,” ujar Aira mengacungkan jari kelingkingnya.Hanya orang aneh saja yang tidak mau mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Aira. Dan Nat bukan orang aneh.
NOTE: Bersambung ke AMORF (PART 2: Cemburu)