Try new experience
with our app

INSTALL

Menjadi Manusia Dewasa  

Transisiku

Usiaku saat ini genap 17 tahun. Aku adalah salah satu mahasiswi semester satu di universitas ternama dikota bandung. Alhamdulillaah aku masuk ke universitas ini tanpa seleksi atau testing, atau biasa juga disebut jalur SNMPTN. Jaman ibuku dulu ini dikenal dengan sebutan PMDK. Aku bersyukur sudah sampai ke tahap ini, tak lain karena campur tangan Allah swt, dukungan ayah dan ibuku serta keluarga besar ibu dan ayahku. Syukur alhamdulillaah di semester awal ini Aku tinggal di asrama universitas selama satu tahun. Selanjutnya tinggal disebuah kos kosan di sekitar kampus. 

 Hari ini , Aku berangkat ke bandung untuk melalukan registrasi ulang sekaligus serah terima asrama dari penghuni lama ke penghuni baru. Kami sekeluarga berangkat dengan penuh suka cita. Ayah dan ibuku, serta si kembar tidak terlihat lelah meskipun menempuh perjalanan jauh. 

 \tSelesai \tregistrasi, \tkami \tmenuju \tasrama \tuntuk membereskan dan melengkapi peralatan yang aku butuhkan selama di asrama. Asrama ini terdiri dari empat lantai. Memiliki fasilitas yang cukup memadai. Ada pos security, tempat fotocopy, kantin asrama, mesjid asrama. Semua penghuni baru sudah mulai berdatangan. Sama sepertiku, mereka juga diantar keluarganya masing-masing. Sebagai sesama orangtua mahasiswa baru atau disingkat menjadi maba, seperti biasa ibuku bertegur sapa atau sekedar mengobrol ringan dengan orang tua maba lainnya. Kata ibu, sebelumnya kita merasa menjadi maba dari kota yg paling jauh, tapi ternyata ada yang lebih jauh. Ada yang dari Padang,  Medan, Palu, Flores juga ada. Disitulah aku merasa sangat bersyukur kepada Allah swt, aku tidak perlu menyebrang pulau untuk sekedar menuntut ilmu. Memang hanya Allah lah Sang Perencana terbaik. 

 Selesai berbenah diasrama, kami berkeliling keliling kampus, sekalian mencari dimanakah fakultas tempatku belajar. Suasana kampus ini sangat asri, rindang, banyak pepohonan besar. Kata ayahku, dulu ayah pernah mengantar teman bisnisnya yang mengambil program S2 di kampus ini. Sehabis menuanaikan sholat dzuhur di masjid raya kampus, sambil duduk beristirahat, Ayahku sempat berangan-angan, akankah salah satu dari anaknya bersekolah disini?. 

 Rupanya, angan-angan itu menjadi kenyataan. Itu artinya doa ayahku benar benar terkabul. Dengan begitu, Tidak ada lagi yang aku fikirkan selain ingin mewujudkan semua impianku, cita citaku. Membahagiakan kedua orangtuaku dan mengayomi kedua adikku. Sebagai anak sulung, aku harus memiliki bahu yang kuat, mental yang tangguh dan pemikiran yang visioner. Lalu, Bagimana dengan urusan pacar atau jodoh?. 

 Aku tak mau terlalu berharap angan angan dan harapanku akan terwujud. Perasaanku masih sama seperti beberapa tahun yang lalu, tak pernah berubah. Aku masih menyimpan surat dari Rio, aku juga masih menyimpan semua kenangan kebersamaan kami. Tapi aku tidak mau menjadi orang yang egois, memaksakan keinginan agar Rio tetap menjaga perasaannya untukku. 

“ geugeu sayang.. ibu ga melarang lo kalo nanti ada pria yang deketin kamu nak” ibu memulai obrolan santai, saat kami duduk duduk di depan kantor rektorat. 

“ maksud ibu pacar?”. 

“ Iyaa, pacar”. 

“ hmmm, gimana nanti, suatu saat akan ada masa dimana seorang pria yang sholeh meminta izin kepada ayah dan ibu untuk melamarku “ aku tersenyum. 

“ Amiin sayaang..” begitu ucap ibu yang dilanjutkan ucapan ayahku. “ Tapi ingat, calon suamimu nanti harus siap dengan tiga hal, iman, ilmu dan finansial “. 

“ Siap boss! “ jawabku disertai tawa kami bersama. Setelah puas berkeliling kampus, kami kembali ke asrama. 

 Tiba saatnya, keluargaku pulang kembali ke rumah. Semua bersiap siap menuju ke area parkir mobil, ayahku sudah menunggu dibelakang setir, aku, ibu dan si kembar saling berpelukan, sambil menitikkan air mata ibu mengelus kepalaku “ sayang, jaga dirimu baik baik, jangan lupa sholat 5 waktu dan membaca al Quran setiap hari, kabari ibu setiap hari ya..” Aku hanya menangis sambil memeluk ibu dan adikku. Ada rasa sedih dan terharu ketika mereka melambaikan tangan dari dalam mobil. Tinggal aku sendiri,memulai kehidupan baruku di tempat yang baru. Akan jarang aku rasakan momen momen kebersamaan kami di meja makan, atau momen saat kami berebut sikat cuci karena berbarengan mencuci sepatu dan kaos kaki, atau sering salah satu diantara kami menyembunyikan remote control, takut acara kesayangannya di televisi akan berpindah chanel. Air mataku terus mengalir, saat inilah aku merasa menyesal sering berselisih faham dengan orang tuaku, semoga ayah dan ibuku sehat dan panjang usia, dan semoga adik adiku menjadi anak anak yang manis dan sholeh. 

 Beberapa hari kemudian, tibalah masa ospek universitas dimulai. Hiruk pikuk di asrama dimulai dari sebelum shubuh. Semua kelengkapan ospek sudah aku persiapkan sejak semalam. Ini benar benar menjadi pengalaman baru dan menyenangkan bagiku, tapi juga sangat memacu adrenaline. Berangkat pagi-pagi sekali, pulang sudah hampir gelap, begitulah proses ospek yang ku jalani. Selama tiga hari ospek universitas berlangsung, sangat melelahkan, tapi aku tidak pernah mau mengeluh. Aku ingin menikmati semua proses ini dengan baik. 

 Setelah masa ospek universitas selesai, masih ada masa ospek di fakultas masing-masing. Khusus di fakultasku, semua maba wajib berjalan kaki dari gerbang utama sampai ke fakultas yang dituju. Ada kostum yang wajib dipakai selama ospek ini, Aku diwajibkan memakai kemeja bergaris vertikal, warna bebas, asalkan sopan dan tidak mencolok. Tak tanggung tanggung! Ospek fakultas berlangsung setengah semester atau enam bulan. 

 Enam bulan aku menjalani ospek fakultas, berjalan kaki dari gerbang utama sampai ke fakultasku adalah luar biasa, belum lagi tugas yang seabreg. Fakultasku terletak di area tertinggi diantara fakultas fakultas yang lain, bisa dibayangkan berjalan kaki setiap hari dengan tanjakan dan turunan tajam, membuatku kehabisan energi ketika sampai di asrama. Aku sering kelelahan dan mengantuk, tapi aku tidak mau mengeluh. Aku harus kuat!. 

 Aku berusaha semaksimal mungkin menyesuaikan segala kegiatan dan tuga- tugas dengan baik. Hampir setiap hari aku tidur larut malam. Aku tak ingin mengeluh atau berniat menyerah, ketika rasa bosan dan jenuh datang menghampiri, segera aku tepiskan. Aku bayangkan saja wajah ayah ibuku, adik-adikku, sudah pasti semangatku berkobar lagi. Tapi Allah maha pengasih dan penyayang, selalu ingin ummatnya mendekat dan bersujud. Allah selalu tau bagaimana cara menyayangi ummatnya. 

 Jadwal kuliah yang padat, tugas yang seabreg, jam tidur yang tak menentu, membuat daya tahan tubuhku menurun. Akhir akhir ini aku sering jatuh sakit. tidak ada nafsu makan, badanku lemas. Tapi aku tidak terbiasa mengabaikan tanggung jawabku. Semua tugas aku selesaikan, dengan sisa-sisa tenagaku. Sering aku berangkat ke kampus dalam kondisi demam. Sampai di asrama masih disuguhkan tugas dan tugas lagi. Akhirnya tubuhku menjadi sangat kurus. . 

 Masuk semester 2, aku semakin sibuk. Di semester inilah cobaan mulai datang menghampiriku. Semangat juangku mulai luntur, aku mulai jenuh. Aku mulai merasa kalo disini di fakultas ini adalah bukan passionku. Berulang ulang aku fikirkan, akhirnya aku putuskan untuk mengikuti seleksi SNMPTN tahun depan, aku berniat pindah jurusan. Aku berfikir bagaimana caranya aku meminta izin ayah ibuku untuk pindah jurusan?, bagaimana kalo mereka tidak mengizinkan?. Akhirnya aku mencoba menelepon ayahku selepas sholat maghrib. 

“ Assalammualaikuum..” 

“ Waalaikum salaam, gimana kabarmu nak?” kata ayah menjawab salamku. 

“ Alhamdulillaah baik yah, ayah ibu sama ade ade sehat? “ 

“ Alhamdulillaah sehat, bagaimana kuliahmu nak? “ Aku mulai lupa apa yang mau aku ungkapkan. Mendadak fikiranku ngeblank!. Aku berusaha lagi mengumpulkan keberanian untuk menyampaikan keinginanku. Aku menarik nafas dalam dalam, lalu aku ceritakan semua maksudku kepada beliau. 

“ kamu yakin mau pindah jurusan ? “ ponselpun beralih ke tangan ibu, terdengar suara ayah ikut bicara dari kejauhan. 

“ Inshaallah udah yakin bu “. 

“ sudah Geugeu fikirkan masak masak ?”. 

“ Sudah bu, ibu dan ayah mengizinkan kan?”. 

“ kata ayah, kalau itu sudah jadi keputusan kamu, kami mendoakan saja, dan kamu harus menjalani dengan sungguh sungguh di jurusan baru kamu nanti.” Kami menutup percakapan ditelepon dengan saling mendoakan. Sekarang aku sudah lega, tinggal aku persiapkan saja semuanya. Semoga dijurusan baruku nanti sesuai dengan apa yang aku cita-citakan. 

 Besok pagi seperti biasa, selesai sholat shubuh aku mencuci pakaianku. Sudah 2 hari ini mendung terus, membuat cucianku semakin numpuk. Cuaca kota ini memang terkenal sejuk, apalagi dalam keadaan mendung, terasa sangat dingin. Jam 6 pagi aku pergi sarapan pagi di kantin asrama. Berbagai menu tersedia disini, harganya pun sangat bersahabat dengan kocek mahasiswa. Tepat jam 6.30 aku berangkat kuliah. Aku berangkat bersama teman satu fakultas, tapi dia tinggal di lantai 2, sedangkan aku dilantai 4. 

 Sampai di fakultas, aku tidak langsung masuk kelas, aku duduk ditaman dekat gedung 3, sekedar merapikan pakaian dan jilbabku. Tiba-tiba ponselku berbunyi, ada notifikasi pesan yang masuk. Rupanya dari om ku yang dulu kuliah di sini juga, terdengar ucapan salam dari sebrang sana, membuka percakapan kami. 

“ Walaikum salaam om..”. 

“ gimana kabarmu Aisha?”. 

“ baik om, kabar om dan tante gimana?”. 

“ baik alhamdulillaah,” . 

“ kenapa ingin pindah jurusan Ai” tiba tiba om ku bertanya, seperti dengan sengaja tidak membiarkanku menjawab lebih dulu, beliau langsung mencecarku dengan nasehat nasehat yang tegas. 

“ jangan berfikir mau pindah jurusan, itu namanya kemunduran bukan kemajuan, bagaimana dengan perjuanganmu setaun ini? Ospek yang melelahkan, tugas yang seabreg, itu adalah bagian dari perjuangan kamu. Jangan terburu buru menyimpulkan fakultas lain lebih ringan, itu semua belum tentu, Jangan patah semangat dan mudah menyerah, kelak kamu akan temukan jawabannya” begitu ciri khas omku berbicara, selalu to the point. Tak suka bertele tele. 

 Tidak lama setelah obrolan di telepon tadi, aku masuk kelas karena perkuliahan akan dimulai. Kali ini aku tidak berkonsentrasi penuh. Pikiranku berkecamuk antara keinginanku dan nasehat dari omku. Aku kembali memikirkan apakah rencana aku ini benar, atau hanya terbawa suasana?. Om ku benar, aku terlalu terburu buru menyimpulkan tentang fakultas yang baru. Belum tentu juga semuanya akan baik baik saja. Selepas sholat dzuhur aku ingat ingat kembali kata- kata omku tadi pagi. Akhirnya aku putuskan untuk tetap melanjutkan proses belajarku di fakultas ini. 

 \tKeesokan harinya aku telepon ibu kembali, aku sampaikan akan mengurungkan niatku pindah jurusan. Ibu dan ayahku berucap syukur tak terhingga. Aku minta doa restu ibu dan ayahku selalu, agar aku dapat berjuang dengan sungguh sungguh dan melewati masa masa sulit ini dengan kebesaran jiwa dan kelapangan hati.