Contents
Menjadi Manusia Dewasa
Bunga Daffodil
Kamu tahu Daffodil?, yupss bunga berwarna kuning cerah yang memiliki nilai filosofis “awal”. Di sini lah kisah remaja Geugeu dimulai.... Here we gooooooo....
“ Aisha...” ada suara anak perempuan memanggilku,setengah teriak..
“ hey yuli..gimana kamu udah liat papan pengumuman tes nya?” tanyaku pada yuli.sambil ku gamit tangannya, aku ajak yuli melihat papan pengumuman dihalaman sekolah Madrasah tsanawiyah negri di kota ini.
Selepas lulus dari Sd aku putuskan melanjutkan ke madrasah Tsanawiyah negeri, atas anjuran ayah dan ibuku. Kenapa ga smp negeri aja? Terbersit pertanyan itu dikepalaku ..”boleh kalo mau ke smp negeri,tapi sore hari nya harus lanjut mengaji ya supaya ilmu dunia dan ilmu akhirat seimbang..” begitu ucapan ibuku. Rasanya agak ribet juga kalo pulang sekolah harus pergi mengaji. Jadi yaa mending di mtsn, ilmu agama dan ilmu umum dipelajari bersamaan.
Salah satu syarat masuk ke mtsn adalah, testing tertulis dan lisan...mirip masuk ke pesantren juga sih. Hari kamis dan jumat jadwal testing yg sudah ditentukan pihak sekolah. Hari kamis tes tertulis meliputi 5 mata pelajaran ..masing2 dua puluh soal dengan durasi waktu 90 menit. Hari jumatnya tes lisan seputar pelajaran agama dan tes mengaji.
Alhamdulillah aku bisa menyelesaikannya tanpa kesulitan yang berarti, meskipun begitu aku tetep merasa ga terlalu pede, karena peserta lain selesai lebih cepat dari waktu yang sudah di tentukan. Aku bertawakkal saja semoga hasil tesnya memuaskan, toh ibu dan ayahku juga tau aku ga pernah abai dengan kewajiban belajarku, jadi kalo aku ga lulus testing beliau ga akan kecewa, insyaallah..
“ yes yes yes.. namaku ada “ yuli menjerit pelan sambil berjingkrak, mendapati namanya tertera dipapan tulis, yaa yuli lulus!.Hmm dadaku mulai berdegup kencang, sudah dua kali aku cari-cari tapi nihil namaku ga ada. Akupun Hampir menyerah! Satu kali lagi aku amati nama nama yang tertera dengan seksama di papan pengumuman. daaaaan...akhirnya namaku ada juga. Mungkin tadi aku ga fokus atau grogi.
“yeeeee Aisha..ini loh nama kamu ada juga” yuli menarik tanganku sambil menerobos kerumunan anak-anak lain yg mencari namanya. “ Alhamdulillaah...yes, kita satu sekolah yul..akhirnyaaa he he” kami berdua mengucap syukur tak henti hentinya, karena kami berhasil satu sekolah. Harapan dan doa kami berdua dikabulkan Allah, agar bisa satu sekolah dan berangkat sama sama karena kita tetangga dekat. Setelah kami berdua yakin nama kami tertera dipapan, aku dan yuli menuju ruangan penerimaan siswa baru, untuk mendaptkan informasi seputar daftar ulang
Hari ini, senin tepatnya pukul 7.30 pagi aku dan yuli beserta orang tua kami sudah berada di ruang Penerimaan
Siswa Baru untuk pelaksanaan daftar ulang. Lumayan mengantri tapi semuanya teratur dan rapi. Dalam form daftar ulang sudah tertera informasi lengkap, dari mulai biaya, waktu pelaksanaan ospek dan tanggal mulai masuk sekolah.
Alhamdulillah ternyata kita satu kelas, kelas 1 C. Setelah cukup informasi kami semua pulang ke ru mah sekitar pukul 10.15 wib. Karena kami harus mempersiapkan keperluan ospek hari senin besok. Kelengkapan yang kami siapkan adalah seperti, balon, tali rapia,pita dan jepitan rambut, karton, sterofoam dan sedikit makanan kecil.
Ada perasaan senang, haru bahagia, ngerasa sudah gede aja hehe. Semangat berseragam putih biru meninggalkan masa sd yang penuh kegetiran tapi juga menyenangkan. Semua momennya masih tergambar jelas difikiranku..baik suka maupun duka. Tapi selintas ada sesuatu yang tidak pernah hilang dari ingatanku, sesuatu yang membuat aku bertanya tanya, akankah terulang semua kejadian pahit ini ya
Allah...akankah ada bullying di sekolah baru ini?
Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah..setelah selama satu minggu menjalani ospek. Seperti biasa setelah sarapan pagi dan pamit kepada ibu dan menciumi kedua adik kembarku, aku berangkat sekolah diantar ayahku. Karena ayahku juga berangkat ke bengkel selalu di pagi hari. Sampai di gerbang sekolah ada yuli yang sudah menungguku. Tadinya aku mengajak yuli berangkat sama sama, tapi rupanya yuli diantar kakaknya yang duduk dikelas 3 sma.
Tepat pukul 7 bel berbunyi pertanda masuk sekolah. Kami berlarian ke tengah lapangan karena hari ini hari senin,jam pelajaran pertamanya adalah upacara bendera. Kami berbaris rapi sesuai kelas masing-masing. Aku melihat sekeliling barisanku, sambil aku lihat satu persatu peserta, mungkin saja ada yg aku kenal selain yuli....Dan sampailah mataku diujung barisan paling belakang, wajah yang tak asing bagiku .Rio! yah dia rio, bertubuh tinggi dan berkulit bersih,rambutnya yang ciri khas selalu rapi dan kelimis.
Rio adalah teman sekelasku di SD. Waktu aku pindah ikut ibu dan ayah sambungku aku bersekolah di sdn 1 Patraman. Disinilah awal aku mengenal sosok Rio. Bernama lengkap Mario Rizky Alamsyah. Sebenarnya sih ada 3 laki laki temanku di SD yang selalu baik padaku selain teman perempuan sebangkuku Diandra. Rio, Frasta dan Dion. Rio yang paling berkesan dalam ingatanku. Aku masih ingat ketika aku di bully oleh genk centil di SD.Rio selalu membela aku, rio juga yang mengadukan perlakuan gank centil itu ke wali kelasku.
Perkenalan aku dan rio berawal saat hari pertama aku masuk sekolah. Aku memperkenalkan diri sebagai murid baru. Namaku Aisha Ghania...mendengar aku menyebut nama, sorak soraipun terdengar,ada yang mengejek,ada juga yang merespon baik. Cuma Rio yang menyambut perkenalanku dengan senyum. Ketika jam istirahat tiba Rio mengulurkan tanganya tanda berkenalan. Aku juga berkenalan dengan teman sebangku ku bernama Diandra. kami selalu sama sama, dan saling bertukar cerita.
Diandra anak yang cantik dan tomboy, stylenya yang selalu keren membuat dia terlihat disegani oleh temen teman yang lain, termasuk oleh gank centil si pembuli. Sedangkan Rio adalah tipikal anak yang friendly dan mudah bergaul. Beberapa kali Rio membantuku saat aku di buly oleh gank centil. Genk yang dipimpin oleh luna ini adalah gank yang paling berani menurutku. Mungkin karena genk ini beranggotakan anak-anak yang tajir. Pada awalnya mereka bersikap ramah padaku, dan akupun merasa nyaman berada di sekolah ini.Tapi kenyamanan itu hanya berlangsung satu minggu saja. Hari-hari berikutnya penuh dengan tragedi bully yang membuatku hampir menyerah ingin kembali pindah ke rumah nenekku. Aku ga tau apakah bullyying itu sifat asli mereka atau hanya terbawa suasana merasa diri berkuasa di kelas.
Mereka mulai usil dan menyebalkan. Ada balon yang berisi air dipecahkan tepat di atas kepala dan membuatku basah kuyup. Hari berikutnya tak kalah menyebalkan! Tempat dudukku diberi lem tebal, sial sekali lem itu nempel banget di belakang rokku. Difitnah mengompol.... kata-kata kasar sudah menjadi makanan sehari-hari, kerudungku yang dilumuri saos sambal, jam tanganku yang diinjak sampe remuk, alat tulisku yang di tenggelamkan di bak mandi, sepatuku yang disembunyikan sebelah, tas ku diisi dengan batu batuan, punggungku ditempel tulisan aku orang gila, tulisan itu aku bawa sampe rumah. Dan Allah adalah sebaik-baiknya penolongku. Diandra dan Rio selalu membelaku. Semua genk bullying itu habis dimaki maki Diandra. Tak ada satupun yang melawan. Sedangkan Rio selalu sigap menghiburku. “ kamu gapapa aisha? “ selalu kata itu yang Rio tanyakan, memastikan aku gapapa. Beberapa teman menyuruhku memberitahu ibu ambar tentang prilaku gank centil kepadaku.Tapi aku merasa tidak punya keberanian,aku takut disebut anak cengeng dan pengadu. Jangankan lapor ke bu ambar, mengadu kepada ayah ibuku saja aku tidak mau. Aku tidak tega membuat ibuku khawatir. Padahal setiap pulang sekolah ibu selalu bertanya tentang suasana sekolah dan teman teman baruku.
Ajaib!
\tHari itu hari jumat,ketika tiba tiba ibu ambar walikelasku memanggil kelima anggota gank centil untuk berdiri didepan kelas.kami semua terkejut. Raut wajah semua murid terlihat bingung,semua bertanya tanya,ada apa ini?
“ Hari ini ibu sedang berbaik hati kepada kalian berlima, sebelum pulang sekolah kalian membantu pa sulis petugas perpustakaan membereskan buku-buku baru ya.,,kalian tanya pa sulis tugas kalian apa ya,nanti pa sulis akan menjelaskan, yang lain boleh bersiap siap untuk pulang” bu Ambar menutup pembicaraan di depan kelas.
“ huuuu,haha selamat lembur di perpustakaan yaaa” begitu temen-temanku mengejek mereka berlima. Sepertinya ada diantara mereka juga yang tidak suka dengan genk ini. Keesokan harinya semua masih menjadi teka-teki. Kami saling bertanya satu sama lain, kenapa anak genk itu ditugaskan diperpustakaan sekolah.Tiba tiba kami dikejutkan dengan pertanyaan pa sulis yang melintas persis didepan kelasku.
“ siapa anak yang jam tangannya diinjak sama luna sampe hancur?” tanya pa sulis. Kami langsung bergerombol mendekati pa sulis, agaknya teka teki genk centil akan segera terjawab.
“ ko bapa tau?” sahut ajeng.
“ tau dong, makanya luna sama csnya di hukum buat bersihin buku-buku di perpustakaan” kata pak Sulis sambil berjalan meninggalkan kelas kami. Aku dan Diandra saling bertatap, kami merasa belum puas dengan jawaban pak Sulis. Seperti satu hati, aku dan Diandra kompak mengejar pak Sulis. Ingin segera menuntaskan rasa penasaran kami. Aku hanya tidak ingin teman temanku mengira aku anak cengeng dan pengadu. “ loh ada apa Diandra?” tanya pa Sulis
“ maaf pa boleh kami tau,bapa tau darimana kalo dikelas kami ada yang jam tangannya rusak” diandra balik bertanya.
“ loh, Cuma tanya itu toh? Sudaaah.. ga usah tau siapa yang cerita ke bu Ambar,kalian harus berakhlak baik jangan mencontoh teman yang bersifat buruk” jawab pak Sulis sambil merapikan posisi kacamatanya.
“ yaah bapa,pliiis pa,kasih tau aku doong,aku janji pa ga bakalan bilang ke siapa-siapa, sueer deh” begitu Diandra mengeluarkan jurus bujuk rayunya ke pak Sulis, aku hanya tersenyum tanda menyetujui perjanjian yang Diandra ajukan.
“ Aduh kamu Diandraa, itu loh temenmu si Rio yang bilang ke bu Ambar...cukup ya, inget janjinya ya” pa sulis meninggalkan kami berdua, seperti tau kalo kami akan bertanya tanya lagi.
Haah? Rio? Aku terhenyak kaget, ga nyangka aja...Rio memang mengetahui ketika aku diseret ke kamar mandi dan jam tanganku diinjak sampai hancur,dia juga tau kejadian2 lainnya, ternyata dia baik juga membantu aku keluar dari permasalahan ini bahkan langsung melaporkan semua kejadian kepada bu Ambar wali kelas kami..syukur alhamdulillaah hukuman itu cukup membuat mereka jera karena setelah kejadian hukuman itu mereka berlima jadi berubah. Semuanya baik dan bersikap layaknya seorang teman.
Matahari pagi mulai terasa hangat menyinari atap genting sekolah dan ratusan anak anak yang khusyu mengikuti jalannya upacara. Selain Yuli dan Rio, tak ada lagi teman teman sewaktu di sd yang aku kenal . Satu persatu susunan acara sudah terlewati. Komandan upacara pun membubarkan upacara. Semua siswa berhamburan menuju kelasnya masing masing. Aku berjalan berdampingan dengan Yuli. Setibanya dikelas aku bergegas mengambil tumbler air minumku..cuaca yang lumayan panas membuatku haus dan dahaga selama upacara.
Hari pertama ini diawali dengan perkenalan oleh wali kelas kami.Beliau bernama ibu Sutianingrum atau bisa dipanggil ibu suti...Usianya sekitar setengah abad, berkulit gelap, berbadan sedang..tapi terlihat bercahaya.. Ibu Suti terlihat sebagai sosok yang ramah dan lembut, dari cara bicaranya mengingatkanku pada nenekku. Selesai beliau memperkenalkan diri, giliran murid murid dipanggil satu persatu sesuai absensi menuju kedepan..menyebutkan nama, asal daerah dan alasan kenapa memilih masuk ke mtsn.
Genap satu minggu sudah aku di sekolah ini, aku mulai merasa senang dengan teman teman baruku. Yuli dan almira mereka adalah sahabatku sekarang. Kami selalu pergi sama sama, ke kantin, ke mesjid atau sekedar duduk duduk dibawah tangga kalo bel istirahat berbunyi.sedang teman laki-lakiku yang mulai akrab adalah Amin, Rio dan Ikbal. Mereka bertiga adalah 3 tipikal orang yang berbeda. Ikbal sang jenius, tekun belajar, Rio adalah sosok yang sudah kukenal sebelumnya, friendly dan pinter juga, dan Amin adalah personal yang paling keren, selalu jadi pusat perhatian siswi-siswi di sekolah ini. Kami berenam aku, Almira, Yuli, Rio, Amin dan Ikbal, tidak hanya bersahabat tapi juga bersaing dalam memperoleh nilai mata pelajaran.Tapi yang paling menonjol diantara kami berenam adalah Ikbal dan aku. Dengan tidak bermaksud sombong dan takabur, tapi kenyataannya seperti demikian. Masing masing dari kami ingin masuk ke kelas unggulan,yaitu kelas A dan B, Aku seperti tak kenal lelah, disetiap waktu senggang aku lebih sering membaca buku diperpustakaan, yang pasti buatku buku adalah candu.
“ Aish..kamu jadi ke perpus?” tanya Almira sambil sibuk membenahi kerudungnya., jam istirahat ini aku sudah berencana membaca buku di perputakaan.
“ iya Al, kalian ke kantin duluan deh, aku nyusul nanti ok?” jawabku singkat..mereka berjalan menuju lorong sebelah kanan menuju ke kantin. Aku berjalan agak cepat menuju perpus,waktu istirahat 30 menit tak mau aku sia siakan.
“assalammualaikum..” aku menyapa ibu Atikah petugas perpustakaan.
“waalaikum salaam,mau pinjam buku atau mau baca aja?” sambut bu Atikah.
“ saya mau baca baca aja bu,,,” jawabku
“ silahkan ,jangan berisik ya!” perintah bu Atikah, aku menganggukan kepala tanda mengerti tatib yang sudah diterapkan disini. Lima belas menit kemudian mereka berlima menyusulku ke perpus. Sambil berbisik bisik mereka mengobrol ngalor ngidul saja sambil memegang buku formalitas saja, seperti biasa hanya aku dan Ikbal yang serius membaca.
Semakin hari persahabatan kami semakin dekat. Tidak ada perassan lebih diantara kita berenam. Sampai suatu hari, di jam pelajaran olahraga. Hari itu pelajaran atletik, kami di panggil satu persatu untuk lari sprint mengelilingi halaman sekolah. Aku tidak tau kenapa mataku berkunang-kunang, keringat dingin mengucur di seluruh tubuhku, rasanya setiap pagi aku tidak pernah lupa sarapan, malahan aku disuapin ibuku sampai habis. Aku terhuyung, pandanganku gelap, setelah itu aku tidak tau lagi.
Aku berusaha membuka mataku, tapi rasanya masih berat, kepalaku pusing, terdengar ada suara orang yang berbicara, aku berusaha mengingat kejadian sebelumnya, perlahan aku baru sadar kalo aku tadi pingsan, dan sekarang ada di ruangan UKS, masih dengan mata terpejam aku menduga kedua orang yang mengobrol itu pasti petugas PMR. Meskipun sudah siuman aku tetap memejamkan mata, saat itulah Almira dan Yuli menghampiri ku, terdengar suara kecemasan dari mereka berdua, sambil mengobrol mereka menunggui aku. Ada obrolan menarik yang membuat aku kaget luar biasa,
Yuli bilang kalo Amin menyukai aku, kata Yuli...sejak dari test masuk MTSN ini Amin mulai menyukaiku, Amin mengakui kalo dia menyukaiku karena aku pinter, dan selalu berpenampilan rapi. Dia penasaran dengan anak yang bernama Aisha Ghania yang nilai testingnya paling tinggi. Sampai Akhirnya kita satu kelas. Mendengar itu tanpa sadar aku langsung terbatuk batuk. Aku berusaha membuka mataku perlahan, Yuli dan Almira mengucap syukur Alhamdulillaah karena aku sudah siuman,mereka tidak tau kalo aku sudah siuman sejak setengah jam yang lalu.
Aku diperbolehkan pulang oleh guru wali kelasku, beliau menelepon ibuku supaya segera menjemputku. Ibu sudah menunggu diparkiran motor,wajahnya terlihat cemas, dan benar saja aku langsung di bawa ke puskesmas terdekat.
Kata dokter aku hanya masuk angin saja,harus istirahat dan banyak makan.kami kembali ke rumah dengan selamat. Aku mengganti pakaianku dulu sebelum berbaring di tempat tidur. Mungkin aku lelap tertidur sampai ga sadar kalo ayahku sudah pulang dari pabrik. Ayah menghampiriku ke kamar, menyusul ibu di belakang.
“ sudah enakan?” tanya ayahku
“ sudah yah,tinggal lemesnya aja” kataku
“ makan dulu trus minum vitaminnya “ begitu kata ayahku sambil berjalan keluar kamar.
Pagi ini aku bersiap pergi ke sekolah, badanku sudah jauh lebih baik. Seperti biasa aku berangkat diantar ayahku. Sampai depan gerbang sekolah aku disambut pelukan hangat dari kedua sahabatku. Dari kejauhan aku melihat trio kwek kwek (sebutan buat Rio, Amin dan Ikbal) melambaikan tangan sambil mendekat.
“ aish ..kamu yakin udah baikan?” tanya Rio dengan nada cemas.
“ ehm..ehm..” yuli tertawa sambil melihat ke arah Amin, aku tidak tau maksud yuli terbatuk batuk.
“ Haduuuh Rio, jangan nyalib Amin doong “ itu ciri khasnya Almira, candaan recehnya membuat persahabatan kami semakin hangat.
“ Hahaha...jadi kalian saingan yah?” sambung Ikbal.
“ Aaaah yo, Maulida mau dikemanain ?” kata Amin. Seperti biasa Rio selalu tersenyum dan tidak mudah tersinggung. Kami berjalan bersama menuju ke kelas.
Hari demi hari ku lalui, bulan demi bulan berlalu tak terasa hampir dipenghujung semester satu, minggu depan kami sudah mulai UAS. Menjelang UAS kami lebih banyak belajar bersama, kadang berdiskusi di kelas, kadang di taman, di mesjid, atau di spot favorite kita, berjejer ditangga. Sesekali aku melihat dengan ujung mata tanpa sengaja, Amin sering berlama- lama menatapku.
Menjelang ujian akhir sekolah, kami berenam selalu saling support satu sama lain. Di semester satu ini aku lebih banyak berdaptasi dengan mapel yang sebelumnya tidak dipelajari di sd, seperti fisika dan biologi atau pelajaran agama seperti bahasa arab, tarikh islam, dan fiqih. Khusus ilmu agama sudah ada dasar yang aku pelajari sewaktu mengaji di rumah nenekku.
Tibalah saatnya ujian akhir semester dimulai. Senin pukul 7.00 wib aku dan sahabatku seperti biasa duduk berjejer di tangga, kami saling memeriksa kelengkapan masing-masing, seperti kartu peserta, alat tulis lengkap dan memastikan kalo kita semua sudah sarapan. Setelahnya kami berdoa bersama dengan khusyu, semoga Allah berkenan memudahkan kami mengerjakan soal soal ujian.
Pukul 7.15 wib.
Bel berbunyi, tanda ujian akan dimulai. Kami berenam berjalan setengah berlari menuju ke kelas masing masing, karena kami terpisah beda ruangan. Aku Almira dan Amin satu ruangan. Sedangkan ikbal, Rio dan Yuli sama-sama di ruang sebelah. Pengawas ujiannya adalah pa Asep muttaqien, beliau adalah guru bahasa arab. Sebelum soal dibagikan beliau memberikan arahan terlebih dahulu,supaya kami mengerjakan dengan teliti dan tidak grasa grusu, dan yang lebih penting lagi adalah jujur alias tidak mencontek.
Bismillaah...dua lembar soal sudah didepan mataku, pelajaran agama dan bahasa menjadi soal pembuka ujian kami. Satu demi satu aku baca soal dengan seksama, 40 soal pilihan ganda 10 soal essay. Sesekali aku menoleh kiri dan kanan sekedar melepas ketegangan. Temen yang lain juga serupa denganku, ada yang sibuk berbisik, ada yang menggigit bolpoint sambil membolak balikan kertas soal. Ada juga yang santai sambil mengantuk, entah karena soal yang terlalu mudah atau soal yang teramat susah.
Ahamdulillah ujian hari ini selesai juga, lumayan menguras fikiran..itu kenapa? karena soal essay yang hanya 10 soal tapi jawabannya hampir satu halaman penuh. “ gimana tadi, bisa?” kata amin sambil berjalan disebelahku, “ lumayan..itu loh essaynya bikin pegel” jawabku singkat, aku ga berani menoleh kearahnya. Kami bertiga keluar kelas bersamaan. Berjalan menghampiri Yuli, Ikbal dan Rio yang sudah stand by ditiang depan kelasku, . Kami langsung saling bertanya jawaban masing masing. Tadi baru selesai satu mapel saja, ada waktu istirahat 15 menit. Lumayaan...
Waktu istirahat yang hanya 15 menit, kami manfaatkan sebaik baiknya. Tidak dengan pergi ke kantin, tapi kami hanya duduk ditangga saja. masing masing membaca buku pelajaran atau tanya jawab sekedarnya saja. Bel masuk sudah berbunyi tanda jam istirahat sudah habis. Kami masuk ke ruangan masing masing untuk ujian mata pelajaran selanjutnya.
Pengawas ujian kali ini adalah ibu Huzaifah, beliau mengajaar biologi. Suaranya yang lantang dan nyaring memecah keheningan didalam kelas, seperti pa Asep Muttaqien, beliau juga memberi arahan terlebih dahulu, baru setelahnya membagikan soal soal. Hampir separuh soal sudah aku kerjakan. Sekitar 20 menit lagi mudah mudahan seleasai, sudah lumayan pegal punggungku.
Akhirnyaaa..
Selesai juga ujian hari ini.Aku membereskaan seluruh alat tulisku, kuletakan lembar jawaban beserta soalnya di meja pengawas. Aku langsung pamit menyalami bu Huzaifah. Begitu juga dengan yang lain. Satu persatu keluar meninggalkan kelas. Aku bersama Almira berjalan bersama menghampiri sahabatku yang sudah menunggu di tangga tempat kita berkumpul.
“ Mir, Amin mana?” tanya Rio kepada Almira , aku baru sadar kalau Amin masih dikelas. Tadi saat aku dan Almira keluar dia masih serius mengerjakan soal. “ masih dikelas,nanti pasti nyusul..”jawab Almira. Kami mengobrol sambil menunggu Amin keluar dari kelas. Tak perlu menunggu lama Amin berlari menghampiri kami. “ kita kemana nih? Langsung pulang? “ tanya Amin sambil merapikan tali sepatunya. “ aku mau ke kantin dulu ah laperrr” jawab Yuli. Sepertinya kita satu frekuensi, perut kita sama sama menagih haknya. “ bener tuh, aku juga laper” kata Ikbal. Kami berjalan bersama menuju kantin yang terletak dibelakang sekolah, dari 6 orang pedagang, hanya ada 2 yang masih membuka kiosnya, adalah mang Maman penjual batagor dan bi Acih penjual makanan ringan.
“ haaaiiii mang Maman...aku mau seporsi ya mang, peddeesss banget yah..!” Almira langsung menghampiri gerobak mang Maman langganan kita. “ oke neng Mira, neng Aisha sama neng Yuli, mau juga?” tanya mang Maman ramah. “ samain deh mang..” jawabku dan Yuli . trio kwek kwek sih sepertinya mereka beli snack aja. Kami makan dan minum sambil ngobrol ngalor ngidul, sesekali tertawa bersama, membuat anak anak lain menoleh kaget. Selesai makan kami bayar masing masing pesanan. Tapi aku kaget, ketika mang Maman menolak pembayaran dari aku.
“ udah ada yang bayarin neng..” kata mang Maman berbisik.
“ hah ?? siapa mang? “ tanyaku kaget.
“Penggemar rahasia neng hihi”. sambil membersihkan meja bekas kami makan, mang maman sepertinya enggan menyebut siapa yang mentraktir aku diam diam.
“ okeh deh maaang...nanti besok besok aku tanya lagi aah” . Ledekku ke mang maman sambil aku tinggalkan meja. “ siiip lah” begitu ciri khas mang Maman kepada anak anak, selalu ramah dan humoris.
Belum hilang dari ingatanku, ketika aku pingsan tempo hari, Yuli dan Almira membicarakan perihal Amin yang naksir sama aku. Sampai sekarang itu belum terjawab. Dan sekarang ada teka-teki baru lagi nih. Siapa pengagum rahasia yang disebutkan oleh mang Maman tadi.
Aku sendiri kadang heran, karena hampir teman satu kelas senang bergaul denganku, sering aku tanya ke mereka kenapa dan apa lasannya, mereka cuma bilang, “ aku nyaman ngobrol sama kamu”, atau ada yang bilang aku ramah,lemah lembut, selalu menebar energi pisitif..bla..bla..bla.
Mendengar komentar mereka tentang aku, kadang membuatku takut, takut menjadi sombong atau takabur. Aku merasa pujian yang mereka lontarkan kepadaku terlalu berlebihan. Ya Allah lindungi hambamu ini dari bisikan syeitan . Merasa sudah cukup perut kita terisi, akhirnya kami pulang. Aku dan sahabatku sama sama menuju halaman parkir sekolah, ternyata orang tua masing masing sudah menunggu. Ikbal, aku, dan Rio sama sama dijemput ibu, yang lain ada yang dijemput kakak dan ayahnya.
Seperti biasa ibu menyambutku dengan senyuman khasnya, sambil menyodorkan helm yang biasa aku pakai, 5 menit kemudian aku sudah meninggalkan sekolah,.. temantemanku yang lain sudah lebih dulu pulang. “ gimana tadi ujiannnya, ada yang sulitkah?” tanya ibu sambil membetulkan possisi kaca spion motorku yang sebelah kiri. “ alhamdulillah bu, sejauh ini soalnya ga terlalu sulit, semoga nilainya memuaskan ya bu” jawabku. “ aamiin ...” begitu jawab ibuku sambil memacu motornya agak kencang, karena langit mulai mendung.
Alhamdulillah, kami sudah sampai di rumah.Kedua adikku menyambutku dengan gembira. Zaki dan Ziana adalah moodbosterku selama ini. Keluguan dan kelucuan mereka selalu membuat seisi rumah menjadi hangat dan ceria.Tak selang berapa lama, ayahku juga pulang. Seperti biasa ayahku selalu pulang setiap jam istirahat siang. Beliau selalu membiasakan diri makan siang di rumah sebagai bentuk menghargai jerih payah ibuku yang sudah memasak. Sebenernya sih bisa saja ayahku membeli makanan di sekitar bengkel. Tapi selagi bisa pulang, pasti ayahku akan menyempatkan pulang untuk sholat dzuhur dan makan siang. Terkecuali ada kepentingan mendesak di bengkel, biasanya ayah akan mengabari kami kalo beliau tidak makan siang di rumah.
Usai sholat dzuhur berjamaah , kami sekeluarga berkumpul di meja makan. Momen ini adalah momen yang paling aku suka. Makan bersama, sambil menceritakan kegiatan hari ini. Ritual ini sepertinya diwajibkan oleh ayahku. Sarapan pagi bersama, makan siang bersama dan makan malam bersama. Ayah tidak memperbolehkan anak-anaknya makan sambil nonton tv, atau makan di sembarangan tempat.
Ayah juga selalu menanyakan kegiatan kami setiap harinya. Aku dan kedua adiku menjelaskan satu persatu bergiliran. Sepertinya cara ini adalah cara ayahku membangun komunikasi yang baik dengan anggota keluarga. Dan cara ini juga terbukti ampuh, Karena kami sekeluarga dapat berbagi pengalaman dan selalu saling support.
Aku sangat bersyukur kepada Allah swt, dengan nikmatnya yang tak terhitung. Aku punya ibu yang lembut dan tegas. Selalu mendidikku dengan baik, mengajariku cara bersikap dan berakhlak baik, bagaimana cara berinteraksi sosial. Ibu selalu menjadi orang pertama yang tau semua keadaanku. Dengan ketajaman perasaannya, tanpa aku bercerita ibu selalu dapat membaca suasana hatiku.
Aku juga bersyukur memiliki ayah sambung yang baik. Tidak semua anak bisa seberuntung aku. Hubungan kami sangat baik, beliau menganggap aku bukan anak tiri. Meskipun aku sering mengharapkan diasuh oleh ayah kandungku, tapi diasuh oleh ayah sambung adalah anugrah Tuhan yang patut aku syukuri.
Semakin hari Aku semakin bersemangat belajar, semoga keinginanku masuk ke kelas unggulan akan terwujud. Kelas unggulan adalah kumpulan anak anak terpilih dengan nilai rata rata 9. Dari tiap kelas akan ada 3 orang yang diambil untuk dipindahkan ke kelas unggulan.Tujuan kelas ini adalah memepersiapkan siswa siswi untuk digembleng menjadi siswa unggulan yang akan mengikuti berbagai kompetisi antar sekolah.Seperti olimpiade sains, cerdas cermat, atau karya ilmiah remaja.
Syaratnya adalah nilai semester satu dan dua harus rata rata 9. Semoga jerih payahku dan perjuanganku tak sia sia.membaca buku setiap hari, mengerjakan latihan soal sebanyak mungkin dan belajar bersama dengan kelima sahabatku.
Pagi ini aku bangun seperti biasa jam 03.30 wib. Kata ibuku “ kalo belajar itu enaknya jam setengah empat pagi, cepat terserap dan mudah difahami, karena suasananya lagi hening atau sepi”. Awalnya aku susah dibangunkan jam-jam segitu, tapi ibuku selalu bersabar dan punya trik jitu agar aku segera bangun. Tapi sekarang aku sudah terbiasa, aku dan ibuku selalu bangun sama-sama. Selesai sholat tahajud aku langsung belajar. Begitulah ibu mengajariku dalam segala hal, termasuk beribadah. Ketika semua sudah terbiasa, aku merasa tidak ada beban untuk mengerjakannya. Aku belajar hingga menjelang shubuh
Selepas sholat shubuh, aku membantu ibuku mengerjakan pekerjaan rumah . Aku beres beres rumah, menyapu dan mengepel. Ibu menyiapkan sarapan pagi untuk kita semua. Setelah selesai aku langsung mandi dan bersiap siap. Rumahku lumayan cukup luas, dengan 4 kamar tidur, dan masing masing kamar tidur tersedia kamar mandi. Bisa dipastikan kami tidak pernah berebut kamar mandi setiap harinya. Lain dengan ayahku, setiap pagi sibuk dengan tanamannya, menyirami atau menggunting daun-daun yang sudah mati. Selesai mengurus tanaman tanamannya, biasanya langsung sibuk dengan laptopnya, atau sesekali menerima telepon dari costumer atau mungkin dari karyawannya. Tidak ketinggalan secangkir kopi selalu menemani ayahku setiap pagi. Ayahku mempunyai hobi bercocok tanam. Ada banyak tanaman bunga dihalaman depan rumahku. Dihalaman belakang ada tanaman macam-macam buah -buahan.
Selesai sarapan aku berpamitan kepada ibu dan sikembar.
Hari ini adalah hari kedua pelaksanaan ujian, ga jauh beda dengan hari kemaren. Begitupula dengan hari hari berikutnya, berjalan lancar dan menyenangkan. Sampailah dipenghujung minggu ujian. Hari terakhir ujian ini kami hanya satu mata pelajaran, yaitu tata boga. Kami praktek memasak denagan menu sesuai arahan wali kelas, satu kelas terbagi 6 kelompok, dengan anggota 6 orang masing masing kelompoknya.
Kami berenam terpisah satu sama lain, aku dan Rio, Almira dan Ikbal, Yuli bersama Amin dengan waktu yang sudah ditentukan kami mulai mempersiapkan alat dan bahan, terdengar suara gaduh di kelas tata boga ini, Ada yang sibuk menulis daftar menu atau menulis step memasak, ada yang sibuk memotong motong sayuran, ada yang sibuk membersihkan tumpahan tepung, ada juga yang sibuk menirukan gaya chef di tv tv nasional. Pengawas ujian tata boga ini adalah wali kelasku, beliau cukup mengawasi dari mulai cara menyiapkan bahan dan alat, cara memasak, kebersihan area memasak dan terakhir cara penyajian.
Kelompokku diberi tugas memasak ayam balado dan sayur bayam bening.
“ kamu bisa Ai,,,?? Tanya Rio yang sedari tadi berdiri berdampingan denganku, sambil sibuk memasak dengan anggota kelompok yang lain, sesekali Rio mengajakku ngobrol. “ aku sih sering bantu ibu aku masak ini..”
“ kamu gimana sekarang kerasan kan sekolah disini?”
“ maksud kamu?”
“ Ai,,aku selalu berharap..kamu seneng di sekolah yang sekarang, aku ingin pastikan tidak ada lagi bullying yang menimpa kamu”..
“ yaa.. aku seneng disekolah ini, karena aku punya teman terbaik seperti kalian berlima “ jawabku singkat.
“ Aku dianggap Cuma teman juga? Haha “ candanya membuat aku merasa salah tingkah. Aku tidak pernah berani menatap mata Rio kalau dia mengajak aku ngobrol, aku ga tau kenapa.
“ kalo pun ada yg berniat membullyy , aku pasti bantu kamu
Ai..” lanjutnya
Ampuunn,jleb banget!!.
“ Makasih yah, kamu udah bela-belain bilang ke bu Ambar, soal kejadian tempo hari.. waktu luna dan teman temannya ngerjain aku ”..ucapku dengan nada suaraku agak bergetar. Aku malu mengungkapkan itu, tapi momen ini yang aku tunggu. Karena sejak kejadian genk centil di beri hukuman oleh bu ambar, aku belum sempat mengucapkan terima kasih.
“ kamu tau darimana, kalo aku yang cerita ke bu Ambar?” tanyanya sambil menata gelas gelas di meja saji. “ dari pak Sulis” jawabku singkat.
“ Sama sama Ai, memang sudah seharusnya kan kita membantu teman yang kesulitan, aku senang bisa bantu kamu “ . Obrolanku berhenti sampai disitu, karena kami bersiap menyajikan masakan yang sudah selesai. Semoga nilainya memuaskan.
Alhamdulillah, ujian akhir semester selesai juga, lega rasanya. Tinggal menunggu hasilnya,semoga tidak ada remedial. Selesai UAS biasanya tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar. Hanya ada pekan olahraga dan seni sebagai pengisi waktu luang. Karena aku suka kesenian aku pilih kegiatan menari.
Menari dan menyanyi adalah salah satu hobiku. Aku tidak terlalu suka olah raga. Buatku menari dan menyanyi bisa memberiku kepuasan tersendiri, aku selalu semanagat dan tidak pernah merasa capek. Bakat menyanyi itu ada dari ibuku. Tapi kalo menari itu karena aku memang suka aja.
Pekan olah raga dan kesenian sudah dimulai hari ini, ada beberapa pertandingan yang di lombakan. Diantaranya sepak bola, bola voli dan bola basket. Amin adalah pemain sepakbola, sementara Ikbal dan Rio adalah pemain bola basket. Disetiap pertandingan Amin selalu menjadi bintang lapangan, anak-anak perempuan pasti riuh kalo si bintang lapangan dengan timnya bermain. Lain lagi cerita Rio dan Ikbal. Meskipun permainan mereka tidak secemerlang Amin. Tapi tetap saja pesona mereka tak kalah dari Amin. Ikbal menjadi idola karena kecerdasannya. Dan Rio menjadi satu-satunya lelaki yang menjadi incaran sang primadona sekolah, siapa lagi kalo bukan Maulida. Si cantik, berkulit putih, bermata bulat, berbadan tinggi semampai.
Sementara itu Jadwal latihan menariku hanya satu jam, persis sebelum si trio kwek kwek berkompetisi. Aku menari di temani Almira dan Yuli. Selesai menari kami bertiga, bisa bersama sama menyemangati mereka. Babak penyisihan bola basket masih berlangsung. Rio dan ikbal belum akan bertanding, jadi kami putuskan menyemangati amin lebih dulu yang sudah mulai babak penyisihan.
Kami berlima berjalan menuju lapangan sepak bola, semua anggota tim terlihat masih pemanasan..Amin tersenyum bergegas menghampiri kami. “ lawanku tim tangguh euy..” ucapnya membuka percakapan. “ tenaaaang kita pasti support kamu “ kata Rio. “ semangat dong min, kan ada Aisha hahaha..!” kata Almira, si tomboy brbadan tinggi besar yang suka iseng ngeledek. “ apaan siich??” kataku sambil tersenyum. “ pokonya semangat min, semoga jadi juara, keluarkan semua kesaktian kamu min!!” cloteh Yuli sambil mencari cari possisi nonton yang enak dan nyaman. Amin tertawa lebar mendengar ledekan yuli, tak lama berselang suara pluit berbunyi tanda pertandingan akan dimulai. Sura riuh penonton bergemuruh, sesekali mereka menjerit kalo melihat Amin menggiring bola.. begitu deh kalo sang cover boy bermain bola.
Kami berlima duduk dekat mesjid, disebelahnya ada semacam tangga yang bisa di pakai tempat duduk, dengan view tepat didepan lapangan, hanya agak jauh sedikit. Tapi kami jelas melihat pertandingan. Aku, Yuli dan Almira duduk berjejer, diapit Rio dan Ikbal. Rio duduk tepat disebelahku, sedangkan Ikbal duduk bersebelahan dengan Yuli.
“ kamu udah sarapan Ai.? “ aku kaget mendengar pertanyaan Rio. Kenapa sih? Dia selalu seperti ini, perhatian terus sama aku. Aku selalu merasa ada sesuatu yang menggetarkan hatiku. “ udah, kamu?” jawabku
“ syukur deh kalo sudah, kalo belum sarapan..nanti aku pesankan nasi kuning ke bi Uum...aku juga udah ko” .
Selalu seperti itu, kenapa?, kenapa? dan kenapa?..pertanyaan yang belum terjawab hingga kini...
RIO..
Kenapa setiap kali aku dekat dengan dia, aku selalu merasa tenang. Dia selalu baik dan perhatian. Selalu tau apa kesukaan dan hobiku. Pribadinya yang humble dan friendly membuatku merasa beruntung berteman dengannya. Aku selalu terkesan dengan semua perhatiaannya yang dia tunjukan. Aku selalu ingat bgaimana dia mengulurkan tangan ketika aku jatuh terduduk saat aku dibuly dulu.
Saat itu ...
Anak anak gank centil bertanya sesuatu padaku. Dan pertanyaan itu adalah pertanyaan yang meurutku tak pantas dipertanyakan oleh anak sekolah seusia kami,pertanyaan itu lebih sering dilontarkan dalam sinetron sinetron striping di tv tv nasional.
Seperti ini mereka bertanya...
“ Aisha! Kamu anak orang kaya bukan?”
“ punya mobil? “ “ Rumahmu gede ga?”
“ duitmu banyak ga?’.
Aku hanya menjawab sesukaku saja..aku tidak berminat meladeni orang orang semacam ittu. Aku hanya ingin bergaul atau mencari teman yg menerimaku apa adanya. Mereka juga tidak segan-segan melontarkan kata sarkasme, terutama saat aku menolak untuk bergabung dengan mereka atau pernah di satu moment mereka dengan sengaja memalakku atau meminta jatah uang jajan sama aku.Tapi aku tidak ingin membiarkan mereka menginjak-nginjak harga diriku. Tujuanku bersekolah adalah untuk belajar, mencari sahabat dan menebarkan kebaikan. Itu akan selalu menjadi prinsip hidupku. Aku tidak mau buang buang waktu hanya untuk meladeni mereka. Aku tau mereka bersikap seperti itu karena aku selalu diam, mereka fikir mudah dikendalikan.
Tentu saja hal itu membuat mereka geram. Seperti layaknya dalam film-film action, mereka menyusun siasat untuk membuly aku habis- habisan. Mungkin mereka merasa aku ini tidak mudah untuk ditaklukan dengan ancaman.
Tibalah saat itu, mereka membuly aku habis habisan.
Ketika bel istirahat berbunyi, gank centil langsung menghampiri aku,salah satu diantara mereka menyemburkan saus sambal di kerudungku,Astagfirullooh...niat banget ini orang ngebuly aku sampe sampe bawa saus sambal. Bzzzz..hari itu Diandra ga masuk sekolah karena sakit, itu alasan kenapa mereka berani lagi ngebuly aku. Sang ketua gank menyeretku ke belakang kelas persis dekat kamar mandi, kerudungku ditarik dilempar ke wc,jam tangan ku dicopot paksa lalu diinjak injak di bawa ke kamar mandi..
“ kalian kenapa sih??” teriakku,sambil menahan tangis, aku ga mau terlihat lemah dan cengeng dihadapan mereka. Aku juga bingung harus apa dan bagaimana, tidak ada orang disitu karena jam istirahat biasanya semua siswa menuju kantin sekolah atau ke perpustakaan. Kerudungku basah dan bau, bajuku acak acakan, jam tanganku rusak. Semuanya tidak ada yang menjawab ..hanya tertawa lebar sambil mengejekku dengan tatapan mata yang sinis,dan kata kata sarkasme yang mereka lontarkan.
\tSelesai \tmembully \tsampai \tpuas. \tMereka meninggalkanku pergi dan akhirnya aku menangis, air mata yang sejak tadi aku tahan akhirnya memuncah jatuh juga, diujung tembok yang berhadapan dengan kamar mandi aku nagis sejadi jadinya. Kesal, geram bercampur jadi satu. Aku beranjak dari tempatku berdiri, mengambil kerudungku, jam tangan yang sudah pecah..aku singkirkan pecahan kacanya, takut mencederai orang yang masuk ke kamar mandi...
Ketika aku hendak memakai kembali kerudungku tiba tiba aku terpeleset jatuh terduduk, saat itu lah ada 3 anak laki laki yang berkejaran, sepertinya sedang bermain petak umpet, seketika aku hentikan tangisku saat aku menyadari mereka temen sekelasku. Rio,Frasta dan dian. Mereka langsung berhenti sejenak, seperti aneh melihatku dengan mata sembab, kerudung basah seragam acak acakan dengan sigap salah satu diantara mereka mengulurkan tangannya, membantuku terbangun karena aku jatuh terduduk.
RIO...
yah dia Rio, Uluran tangan itu mengingatkanku pada saat pertama kali aku mengenalnya..
“ Aisha? Ngapain disini sendirian??” tanya Rio
“ kok nangis??” Frasta menimpali. sementara Dian hanya bengong melihatku, seperti bingung harus ngapain.
“ gapapa “ jawabku singkat.
“ kamu dikerjain sama luna cs ya?” kata Frasta.
“ udah ga usah takut, nanti aku samperin mereka” akhirnya Dian berkomentar juga.
“ eh jangan, udah lah ga usah diperpanjang ya, aku sudah memaafkan mereka, entar aku dikira tukang ngadu lagi” kataku sambil berjalan meninggalkan mereka bertiga. Aku kembali ke kelas dengan kondisi kerudung yang basah, aku harus tegar, ga mau terlihat cengeng dimata luna cs.
Beberapa hari setelah kejadian itu genk centil itu dihukum oleh wali kelasku...Dan akhirnya aku tau siapa yang mengadukan kejadian ini ke wali kelasku. Kalo saja pa Sulis tidak memberitau kami, mungkin sampai sekarang kami tak tahu siapa yang mengadukan kejadian ini ke bu Ambar. Entahlah mungkin karena kejadian itu sangat membekas, jadi aku menganggap Rio adalah my hero sewaktu di SD dulu.
Aku tersadar dari lamunanku...
Ditengah lapangan semua pemain sibuk dengan posisinya masing masing, aku tersadar dari lamunanku,saat almira mencubit tanganku sekerasnya... “aaawwww...” teriaku. “ kamu kenapa Ai??”
“ hey, mikirin apa sih Ai...aku tadi nanya 3 kali “ sambil mencubit tanganku, Almira terlihat cemberut. Pipinya yang chubby kelihatan semakin bulat saja.
“ oh iya, maaf kamu tanya apa tadi Al ?”
“ gajadi ah..keburu lupa”. Sambil menggoyang goyangkan kakinya, Almira menjawab dengan ketus, hmm menyebalkan fikirku.... Aku melirik ke arah Rio yang sedang melihat kita berdua saling bertanya.
“ emang kamu tadi ngelamunin apa sih Ai, aku liat kamu bengong aja sambil senyum senyum sendiri”...kata Rio.
“ hah beneran aku senyum senyum sendiri?” tanyaku pada Rio.
“ beneran,..kaya orang jatuh cinta aja “ kata Almira dengan nada gurauan. “ aku pikir kamu merhatiin Amin, tapi fokus kamu ga ke Amin kayaknya..” celetukan begini sih biasa dari Yuli. Akhirnya mereka berempat tertawa sambil melirik ke arahku.
Almira benar, aku tidak sedang memikirkan Amin..aku hanya sedang asyik memikirkan seseorang disampingku, untungnya sahabat sahabatku ga menyadari hal itu, mereka hanya tau kalo Amin menyukaiku, syukurlah hanya aku yang tau perasaanku sebenarnya.
Pertandingan babak kedua sudah hampir berakhir, aku tidak terlalu menikmati, meskipun sang idola mencetak satu gol, aku nyaris tidak tau kapan gol itu terjadi. Skor pertandingan adalah 3 – 1 untuk kemenangan tim Amin. Seperti anak-anak lain , kami pun bersorak sorai..mengapresiasi kemenangan tim Amin.
“ keren deh kamu min” Yuli menepuk pundak Amin, disusul kami berempat yang menyalami Amin sebagai ucapan selamat atas kemenangann timnya.
“ aku hampir nyerah, lawan kita berat banget..3 orang diantaranya siswa salah satu SSB...ampir aja aku nyerah” jawab Amin. Kami berenam berjalan meniggalkan lapangan. Ikbal menyodorkan tumblernya untuk Amin sambil menggandeng pundaknya.
“ kalian kapan tanding?” bola basket maksud Amin. “ jam sepuluh, bentar lagi” jawab ikbal.
“ semangat coyy!!” begitu Amin memotivasi Ikbal dan Rio.
“ aku sih yakin, tau doong si rambut kelimis yang tinggi semampai ini jagonya basket “ celoteh Yuli.
“ ko semampai sih, bukannya aku tinggi kekar yah?” sahut Rio dengan wajah merengut, tak ikhlas dibilang semampai rupanya.
“ badanmu Yo kurang gede dikit, gitu kali maksud Yuli haha?” . Sambung Almira. “ oke ..besok-besok aku musti latihan di gym nih, biar berotot, gitu kan Mir”. Sanggah Rio sambil tertawa lepas. Rio adalah orang yang tidak mudah baper dan tersinggung. Namun begitu kita tidak membiasakan menghina atau candaan yang berlebihan . Mungkin itu adalah salah satu alasan kenapa persahabatan kami sangat solid.
Sepuluh menit menuju jam 10.00 WIB, kami berjalan menuju lapangan basket sambil tetap melanjutkan candaan receh kami. Itulah aku dan sahabatku. Kami selalu hangat,tanpa ada konflik yang berarti, sering berbeda pendapat tapi kami selalu saling menghrgai perbedaan.
Ikbal dan Rio berjalan menuju kamar mandi di sebrang lapangan, tempat mereka berganti pakaian seragam dengan kostum timnya masing masing. Tim basket adalah salah satu tim yang ditunggu tunggu murid perempuan. Tau dooong kenapa?.. yyups!.
Gak salah lagi, karena postur tubuh pemainnya yang tinggi, dengan wajah wajah yang menarik, meskipun usia mereka masih 13 tahun, tapi tubuh mereka seperti anak 15 tahun. Masing masing supporter punya idola sendiri sendiri. Ada yang meneriakan Ikbal, Adam, Hendra...samar-samar aku juga mendengar ada yang meneriakan Rio. Aku berusaha mencari sumber suara itu berasal. Akhirnya aku temukan sumber teriakan itu. Hmmm sudah kuduga, itu adalah suara Maulida dan teman temannya.
Maulida adalah salah satu siswi idola di sekolah ini, cantik, tinggi, berkulit putih, bermata bulat, hidungnya yang mancung, sepertinya ada darah Pakistan yang mengalir dalam dirinya..dia duduk di kelas 1 F. Aku tau bagaimana setiap anak laki- laki di sekolah ini berlomba mendapatkan perhatiannya..termasuk teman-teman ku dikelas, selalu sibuk menceritakan kecantikan Maulida.
Ikbal dan Rio selesai berganti pakaian. Ikbal berkostum warna kuning dengan nomor punggung 23, sedangkan Rio berkostum biru dongker dengan nomer punggung 14. Baru kali ini mereka bermain dengan kostum yang berbeda. Tapi kami berempat akan support kedua duanya.
Beberapa ssat kemudian pertandingan di mulai.
Pertandingan ini dibagi 4 quarter, masing msing quarter dengan durasi waktu 10 menit. Masing masing tim terdiri dari 5 orang pemain inti dan 5 orang pemain dibangku cadangan. Ikbal, Yogi, Umay, Anugrah dan Rifki, adalah tim dengan berkostum kuning, sedangkan tim lawan yang berkostum biru tua terdiri dari , Rio, Gugum, Acil, Hendra dan Yogi.
Permainan berlangsung seru.
Dari tim Rio ada Gugum yang bertindak sebagai center, sedangkan dari tim Ikbal ada Yogi sebagai center. Pada umumnya posisi ini diisi oleh pemain yang berpostur bongsor dan tinggi. Gugum dan Yogi cocok diposisi ini, karena postur tubuhnya terbilang paling tinggi diantara keempat lainnya. Saat menyerang seorang center harus membuka posisinya untuk dapat dioper dan menembak bola, serta menghalangi pemain bertahan lawan memajukan bola kedepan untuk menyerang, membuka jalan agar pemain lain bisa menembak, serta mengantisipasi bola pantul dari ring lawan. Saat bertahan seorang center harus menjaga pemain lawan daari menembak atau bahkan mengoper, serta mengantisipasi bola bola rebound. Begitu yang aku pelajari dari guru olahraga disekolah ini.
Diposisi forward, diisi oleh Acil dari tim Rio sedangkan dari tim Ikbal ada Umay yang berbadan tinggi tegap. Acil dan Umay bergerak lincah kesana kemari di depan ring, sesekali bergerak hingga ke sayap sampai sudut sudut lapangan. Terkadang menembak dari jarak jauh yang membuat penonton riuh rendah bersorak.
Posisi terakhir adalah guard...siapa diposisi ini?. Aku tersenyum ketika Rio melirik ke arahku. Saat itu juga Amin melihat ke arah yang sama, wajah Amin agak memerah...seperti isyarat tidak ingin Rio selalu melirik ke arahku. Rio dan Ikbal berada diposisi yang sama dan berada diposisi pavorit, kali ini mereka bertanding sebagai rival. Sebagai pebasket pemula, posisi ini cukup menarik perhatian, kemampuan mendrible bola dengan cepat, memiliki visi permainan yang luas serta kemampuan passing yang baik. Guard juga memiliki peran yang mirip dengan gelandang serang kalo di persepakbolaan, sekaligus membuat set up play. Diposisi ini tentu saja Rio dan Ikbal menjadi bintang di lapangan, kemampuannya mendrible bola mampu menghipnotis penonton.
Sepertinya tim Ikbal lebih menguasai permainan. Mereka terlihat lebih agresif.Tak terasa 4 quarter sudah dipenghujung waktu. Pertandingan berakhir dengan skor 3127, untuk kemenangan tim Ikbal. Hampir semua penonton berhamburan ke tengah lapangan. Termasuk akau dan sahabatku.
Langkah aku dan sahabatku terhenti, ketika ada segerombolan cewe menghampiri rio. “ hai Rio,..kamu hebat deh...meskipun kalian kalah tapi aku kagum sama permainan kamu , kamu keren semangat yaa” ungkap lida.
Kami berlima mengapresiasi permainan Rio dan Ikbal tadi di lapangan. Dengan obrolan santai, kami menepi ke pinggir lapangan. Sambil duduk duduk santai..kami semua mensupport meskipun akhirnya harus mengalah karena keunggulan lawan.
. Kami masih duduk santai di tepi lapangan ketika adzan dzuhur berkumandang. Sangat tak terasa waktu sudah setengah hari kami disekolah. Terik matahari yang menyengat membuatku tak sabar untuk mengambil air wudhu. Kami bersama sama menuju masjid untuk pelaksanaan dzuhur berjamaah. Selain membudayakan shalat berjamaah, disekolahku ini diwajibkan membaca al quran setiap pagi sebelum jam pelajaran dimulai. Jam istirahat pertama kegiatan sholat dhuha dan siang harinya diwajibkan dzuhur berjamaah.
Ada yang membuatku terkesan sangat mendalam,di sekolah ini kami diajarkan adab dulu sebelum ilmu. Selesai sholat dzuhur, kami memutuskan langsung pulang saja, selain merasa sudah lelah dan mengantuk. Di fikiran kami hanya ada bayangan kasur,bantal dan guling..
Kami berjalan menuju gerbang sekolah, seperti biasa ibuku sudah menunggu disana. Satu persatu siswa siswi mulai meninggalkan sekolah. Begitu juga denganku, tampak pak Agus satpam sekolah sibuk mengatur lalu lintas di depan gerbang sekolah. Beberapa menit kemudian sekolah sudah sepi.
Selama satu minggu acara pekan olah raga dan kesenian ini sangat menyenangkan. Terutama pentas seni nya yang beraneka ragam, seperti menari, menyanyi, drama, puisi dan stand up komedi. Setelah pentas ini berakhir, kami hara- harap cemas menghadapi pembagian rapor. Desas-desus sang juara sudah ku dengar dari teman teman, entah tebak tebakan atau memang itu yang sebenarnya.
“ Menurutku yang rangking satu pasti Ikbal “ seru Dudi, ketika kami berkumpul di kelas usai pentas seni.
“ feelingku sih yang rangking satu adalah Aisha..” jawab Imas, sambil melihat ke arahku. Aku hanya tersenyum saja dan mengaminkan doa teman temanku.
‘ Pokoknya,..calon tiga besar adalah Aisha, Ikbal dan Dudi “ jawab sang ketua kelas Ilham.
Siapapun yang juara itu berarti yang terbaik. Aku hanya bermohon kepada Allah agar cita-citaku masuk kelas unggulan terkabul. Tiada hal yang paling membahagiakan selain membuat kedua orang tuaku bangga, dengan pencapaianku. Meskipun hijabku belum sempurna, tapi aku tau bagaimana cara menyempurnakan ikhtiar dan bertawakkal kepada Allah swt.
Satu minggu kemudian...
Tiba saatnya pembagian raport. Seperti biasa sebelum masuk kelas, kami berkumpul di tangga tempat biasa kami bersama, kami tidak lagi berdiskusi tentang mata pelajaran. Kami hanya membahas siapa kira-kira di peringkat 3 besar dan tentang akan kemana kami mengisi liburan, atau sekedar curhat curhatan.
“ kalian berlibur kemana nih..” tanya Amin.
“ aku ke rumah eyang putri di yogya..sekalian menengok kakakku yang kuliah disana” kata Rio. “ kamu kemana Min liburan ini?”
“ aku dirumaah saja lah..,kamu kemana Bal?”
“ aku juga dirumah” jawab Ikbal..
“ kamu Mir, liburan ini kemana?” tanya Yuli “ Ai..kalo kamu pasti ke rumah nenekmu yah?
“ aku ga kemana mana Yul, liburan semester ini aku jadi tuan rumah, sodaraku banyak yang mau dateng ke rumahku” jawab Almira
“ aku belum tau mau disini atau ke rumah nenekku, aku belum bilang ke ayah dan ibuku.” Jawabku, Almira dan Yuli mengangguk sambil terseyum. Kami masih terus ngobrol ngalor ngidul, bertukar cerita, sesekali kami tertawa, atau terkejut mendengar cerita-cerita yang aneh.
\tWaktu menunjukan pukul 08.00 wib, tidak ada suara bel pertanda \tmasuk \tberbunyi, \tkami \thanya \tmendengar pengumuman melalui pengeras suara, kalo pembagian rapor akan dimulai, dan dilaksanakan di kelas masing -masing.
Pembagian raport sudah dimulai. Sebelum dibagikan, ibu walikelas memberikan wejangan atau nasehat supaya menjadi motivasi disemester berikutnya. Tak lupa ibu wali kelas juga memberikan pengumuman berapa lama kami berlibur, tanggal masuk lagi ke sekolah.
Selesai memberikan nasehat, ibu wali kelas menyebutkan 3 besar terlebih dulu...“ ibu akan sebutkan peringkat 3 besar lebih dulu, sisanya berurutan yah. Baik... peringkat satu diraih oleh ikbal jamaludin...peringkat 2 diraih oleh Aisha gania dan peringkat 3 diraih oleh Mario rizki Alamssyah, demikian peringkat 3 besar,,,ibu lanjutkan ke peringkat berikutnya..” demikian penuturan ibu wali kelas, disambut suara gemuruh dan sorak sorai. Ternyata peringkat tiga besar adalah aku dan kedua sahabatku, Rio dan Ikbal. Almira diperingkat 6, Yuli diperingkat 9 dan Amin diperingkat 13.
Selesai pembagian raport, kami berkumpul kembali di tempat biasa. Berjejer di tangga ujung lorong. Sekedar mengucapkan selamat berlibur dan merencanakan setiap minggu jogging bersama untuk yang berlibur di rumah. Sambil menunggu orang tua masing masing menjemput, kami masih mengobrol diselingi guyonan khas kami..sejenak kami tertegun melihat 3 orang cewe menghampiri kami. Mereka adalah Maulida, Nurjanah, dan Adelia. Seperti biasa, kami selalu menyambut hangat appabila ada yang ikut obrolan santai kami, tak ada jarak yang kami buat seolah mereka bukan sahabat. Intinya siapapun yang bergabung kami selalu menyambut dengan baik. Yang ku tau....Adelia adalah fans beratnya Amin, dia selalu rajin mengikuti latihan sepakbola. Nurjanah adalah sepupu dari Yuli sahabatku, kami sering bertemu di rumah, dia anak yang agak pemalu. Sedangkan Maulida....dia adalah fans beratnya Mario Rizky Alamsyah.
Usai pertandingan basket tempo hari, lida sering bermain ke kelas kami. Mengobrol dengan temen cewe siih...tapi aku tau dari gesture tubuhnya, dia tidak fokus mengobrol, sering lirak lirik seperti mencari sesuatu. Dia akan berhenti melirik, kalo yang dituju sudah terlihat. Tidak tau kenapa setiap kali lida mencari Rio, seperti ada perasaan aneh dalam hatiku, jantungku selalu berdegup kencang, entahlaah...Tapi aku selalu sebisa mungkin menghapus perasaan itu dari hati dan fikiranku.