Try new experience
with our app

INSTALL

Different 

Part 1

Aldebaran Alfahri, seorang CEO, sekaligus pemilik PT Aldebaran Sejahtera, 6 bulan yang lalu telah memperistri seorang dosen muda Universitas Pelita Nusa, Andin Karisma Putri.


 

Mereka menikah setelah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih selama 1 tahun. Sebelumnya Al dan Andin memiliki hubungan yang sangat harmonis, mereka saling mencintai dan mengasihi sejak awal mereka berpacaran. Sampai akhirnya beberapa hal berubah.


 

..


 

"Hallo, mas. Kamu masih di mana?"

Andin menghubungi suaminya yang tak kunjung pulang ke rumah, padahal ini sudah pukul 10 malam.


 

"Saya masih di kantor, Ndin. Masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Kamu tidur duluan aja ya, ga usah nungguin saya."

Aldebaran menjawab teleponnya to the poin, karena ia masih harus melanjutkan pekerjaannya.


 

"Oh, iya mas. Kamu jangan terlalu capek ya, cepet pulang."

Andin menjawab dengan berusaha senormal mungkin. Sebenarnya ia sedih karena Al tidak lagi memiliki banyak waktu untuknya tapi ia pun harus mengerti suaminya itu.


 

"Iya."


 

4 bulan belakangan, setelah 2 bulan pernikahan mereka, Aldebaran memang sangat sibuk dengan perusahaannya. PT Aldebaran Sejahtera sedang mengerjakan sebuah proyek baru yang cukup besar, sehingga semua yang ada di perusahaan itu, termasuk Aldebaran, harus bekerja extra agar target mereka bisa tercapai tepat waktu dan sesuai plan.


 

Setelah menelepon suaminya, Andin tidak bisa langsung tertidur, ia tidak mengantuk, dan kepikiran dengan suami sibuknya itu. Ia pergi ke dapur untuk menyiapkan beberapa bahan masakan untuk besok pagi, jadi besok pagi tinggal mengolahnya. Besok hari Minggu jadi Andin libur mengajar dan bisa memasak beberapa menu favorit suaminya, karena jika hari biasa ia hanya sempat memasak satu atau dua menu sederhana saja. Sementara suaminya tidak pernah libur, ia hanya libur dari kantor tapi tetap bekerja di rumah.

Dengan telaten Andin mencuci dan memotong beberapa bahan masakan, mulai dari sayur, lauk, sampai bahan untuk desert. Mereka memang memiliki asisten rumah tangga, tapi Andin selalu menyempatkan diri memasak sendiri untuk suaminya.


 

Sampai aktifitas Andin di dapur selesai, Al belum juga pulang. Andin melihat jam dinding yang ada di dapur, pukul 11 malam. Andin diam, suaminya sangat sibuk dengan pekerjaannya tapi lagi-lagi Andin terus meyakinkan dirinya sendiri untuk mengerti.


 

Andin kembali ke kamarnya, mengambil handphonenya. Tidak ada pesan dari suaminya. Andin membuka aplikasi pesan dan kemudian mengirimkan pesan suara kepada suaminya.


 

Mas, udah malam. Istirahat dulu, kerjanya dilanjut besok lagi ya. Nanti kamu sakit.


 

Andin menunggu balasan dari suaminya tapi sudah beberapa menit tidak ada pesan masuk. Andin kembali membuka aplikasi tadi dan melihat ada tanda bahwa pesan sudah dibaca, tapi tidak dibalas.


 

Andin terus menunggu suaminya pulang sampai ia ketiduran dengan tangan menggenggam handphone.


 

..


 

Pukul 12.15 tengah malam, Al sampai di kamarnya. Ia melihat istrinya tidur sambil menggenggam handphone, Al mengambil handphone Andin dan meletakannya di nakas samping tempat tidur.


 

Al masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, setelah itu menyusul Andin di tempat tidur dan terlelap membelakangi Andin. Al merasa sangat lelah karena pekerjaannya belakangan ini.


 

..


 

Pagi ini Andin sedang menyiapkan makanan di meja makan dibantu oleh Kiki, asisten rumah tangganya. Al masih ia biarkan tertidur dan rencananya akan dibangunkan ketika semuanya sudah siap.


 

Di luar dugaan, Al dengan terburu-buru datang ke meja makan sambil mengomel.


 

"Kamu kenapa ga bangunin saya sih, Ndin?" Al berucap dengan nada kesal sambil menuangkan air ke gelasnya.


 

"Ini kan hari Minggu, mas. Kamu mau kemana?" Andin bingung mau kemana suaminya itu terburu-buru di hari Minggu.


 

"Saya ada meeting." Jawab Al singkat setelah menegak minumannya.


 

"Lagian kamu ga bilang sama aku, aku kan gatau mas." Andin tetap bersuara dengan lembut menanggapi suaminya.


 

Al tidak menjawab lagi, ia menaruh gelasnya yang sudah kosong dan beranjak meninggalkan Andin. Andin menghela nafas panjang.


 

"Sarapan dulu, mas." Andin memanggil suaminya yang berlalu begitu saja.


 

"Saya makan di luar aja, udah terlambat."


 

Andin berencana menjadikan makanannya sebagai bekal saja untuk Al, jadi Al bisa makan di kantor. Tapi rencananya itu urung ketika Al sedikit berteriak memanggilnya, jadi Andin meminta Kiki yang menyiapkan bekal suaminya.


 

"Jas saya yang biru di mana, Ndin?" Al sedikit berteriak memanggil istrinya, menanyakan tentang jas yang ingin ia pakai hari ini. Jas senada dengan celana yang ia gunakan.


 

"Di lemari ujung, mas." Sambil buru-buru menghampiri suaminya, Andin menjawab sedikit kencang juga agar suaminya mendengar suaranya.


 

"Dasinya udah?" Al kembali bertanya karena ia belum sampai di kamar dan Andin belum berhasil menyusul Al juga.


 

"Belum jadi mas, tapi aku gantung sekalian sama jasnya." Andin dengan sangat sabar tetap bersikap baik dan melayani suaminya.


 

Biasanya sebelum berangkat ke kantor, pakaian Al sudah lengkap disiapkan oleh Andin di kursi di depan tempat tidur mereka, tapi karena ini hari Minggu, Andin tidak tau kalau suaminya akan ke kantor.


 

Al sudah sampai di kamar, beberapa detik kemudian Andin menyusul.


 

Al langsung membuka lemari dan mengambil jas serta dasi yang digantung bersamaan. Al mengalungkan dasinya yang masih belum terbentuk sempurna, Andin menghampiri Al dan membantu merapikan dasinya dengan telaten. Biasanya Al tidak pernah memakai dasi, kecuali jika ada meeting sangat penting yang membuatnya harus terlihat sangat formal.


 

"Hari Minggu gini ada meeting apa, mas?" Tanya Andin sambil tetap merapikan dasi dan kerah kemeja suaminya.


 

"Meeting sama investor untuk proyek perusahaan yang baru." Jelas Al singkat dan mendapat anggukan mengerti dari Andin.


 

"Saya berangkat ya" Al pamit dan langsung meninggalkan Andin sebelum istrinya itu sempat menjawab bahkan mencium tangannya.


 

Andin berlari ke dapur mengambil bekal yang sudah disiapkan Kiki kemudian berlari mengejar Al yang sudah masuk ke dalam mobilnya.


 

"Mas!" Panggil Andin menahan Al yang baru saja akan melepas rem tangannya.


 

Al menurunkan jendela mobilnya untuk bertanya ada apa, tapi sebelum bertanya Andin sudah menyodorkan paper bag berisi bekal untuk Al.


 

"Sarapan kamu, makan di kantor." Andin memberikannya sambil tersenyum.


 

Tanpa turun dari mobil, Al mengambil paper bag itu melalui jendela mobilnya.


 

"Iya." Al menjawab singkat dan kembali menutup jendela, kemudian langsung menjalankan mobilnya.


 

Andin tetap tersenyum, setelah mobil Al hilang dari pandangannya, ia kembali masuk ke dalam rumah dan sarapan sendirian.


 

Andin sebenarnya sangat ingin segera memiliki anak, ia tidak apa-apa jika harus berhenti mengajar untuk menjaga dan mengurus anaknya, tapi Tuhan belum memberikannya dan Al kepercayaan. Ditambah lagi mereka memang jarang melakukan hubungan suami istri, karena ya seperti yang sudah kita baca dari awal bahwa Al sangat sibuk dan pulang dalam keadaan lelah.


 

Andin berusaha mengalihkan pikirannya dari hal-hal negatif, ia tetap terlihat ceria dan bersemangat.


 

Setelah sarapan, Andin berjalan ke ruang kerja suaminya. Ia ingin meminjam ruangan itu untuk menyiapkan beberapa presentasi bahan ajaran besok di kampus.


 

Andin memang sering menggunakan ruang kerja Al seperti sekarang ini, karena memang lebih nyaman bekerja di tempat seharusnya. Al juga tidak pernah keberatan jika ruang kerjanya digunakan oleh Andin.


 

Andin menyibukan diri dengan kegiatan-kegiatan yang ia sukai, agar ia tidak memikirkan hal-hal yang tidak seharusnya ia pikirkan. Ia tidak ingin merusak moodnya sendiri. Dan memang karakter Andin adalah selalu berpikir positif, tidak pernah berpikir negatif bahkan untuk hal yang sebenarnya ya memang negatif.

 

 

 

To be continue..