Contents
Feel Free To Stalk Me
Chapter 2
Nigel membuka pintu dan masuk keruangan karyawan pada umumnya. Ia melihat Regina tengah sibuk dimejanya, tampaknya sedang berbicara dengan atasannya di telpon. Begitupula dengan keadaan di ruangan itu, beberapa rekan kerja Regina juga tampak sibuk di depan komputer mereka ataupun sibuk berbincang-bincang membicarakan apapun yang menurut Nigel sangat membosankan, mundane. Seperti wanita mana Bosmu tengah tiduri, fashion rekan kerjamu, artis-artis yang melakukan hal bodoh, atau hal-hal yang tidak penting lainnya. Itulah salah-satu alasan Nigel membenci social interaction Regina menoleh dan melihat Nigel yang berdiri tidak nyaman, Regina melambaikan tangannya pada Nigel, menutup telpon dan berjalan menghampiri Nigel dengan tersenyum. Nigel selalu suka senyum Regina.
“Gue denger dari Firman kalo lo sama sekali gak kewalahan dengan para hacker itu. Well, whatever it is, thank you banget ya. Lo udah nyelamatin gue” Regina tampak lega.
“It’s nothing” kata Nigel kalem.
“For you” Regina tertawa.
Nigel hanya memandangi Regina.
“FYI biaya lo udah ditransfer, dan jujur aja Nigel, kenapa sih lo gak terima tawaran bos untuk jadi karyawan tetap? Lo gak perlu dipanggil-panggil kayak gini lagi. Lo gak capek, gue gak kewalahan, win win. Dan lau tau sendiri para atasan dengan senang hati ngasih lo salary berapapun yang lo mau, they love you so much…” Regina terus berbicara sementara Nigel sekali lagi memandangi orang-orang yang ada di kantor. Nigel Tampak muak. Bekerja seharian dengan orang-orang ini, berkomunikasi dengan mereka, duduk di ruangan yang lebih terlihat sebagai ruang penyiksaan dari pada tempat kerja. Demi tuhan, tidak ada yang lebih Nigel benci dari pada ini. Tapi Nigel tidak akan mengatakan hal seperti itu pada Regina. Nigel tersenyum kecil pada perempuan itu.
“Yaa, gue akan coba pikirkan” kata Nigel.
“Beneran? Great! Pokoknya lo seneng deh di sini, lo kan udah pada kenal ama anak-anak” Nigel menghela nafas, iya, ia mengenal hampir seluruh rekan kerja Regina, malah lebih dari pada yang mereka inginkan. Nigel telah stalking mereka satu persatu, dengan cara ngehacker semua akun yang ia bisa temukan. Nigel memandang Bobi, salah satu rekan Regina. Bobi tengah menyerahkan beberapa dokumen pada seorang perempuan yang berdiri di dekatnya. Perempuan tersebut terlihat berterima kasih. Nigel mengerutkan keningnya, berusaha menyembunyikan ketidaksukaannya pada Bobi. Nigel tau semua orang menganggap Bobi baik hati. Tidak sulit bagi Nigel untuk masuk ke akunnya. Bobi menggunakan password 12332satu. Bobi telah dua kali dipecat dari tempat kerjanya dulu. Pernah ditahan karena mengemudi ugal-ugalan. Menaruh orang tuanya di panti jompo tanpa pernah menjenguk mereka. Yeahhh, Bobi ternyata tidak begitu baik hati, pikir Nigel getir.
Nigel beralih memperhatikan Bunga, seorang perempuan yang sedang tertawa bersama teman disebelahnya. Bunga adalah simpanan salah satu pejabat, dan tidur dengan salah satu atasannya di sini. She likes it. Saat itu salah seorang pria mendekati Bunga dan temannya, dia adalah Rudi. Tentu saja Nigel juga mengenal Rudi, Rudi mencoba untuk menggaet semua wanita yang ada di kantor ini. flirt with every women. Bermain menjadi seorang playboy. Menyembunyikan fakta bahwa ia gay.
Mereka adalah kebohongan pikir Nigel. Bagaimana bisa berbicara dengan mereka jika kau tau kebenaran tentang mereka, bahwa kau mengenal mereka yang sebenarnya, menatap mereka dan menelan semua kebohongan yang keluar dari mulut mereka, Nigeltidak akan bisa tahan. Semakin lama Nigel berada di tempat ini, semakin ia merasa dicekik.
“ Nigel, Nigel?” panggil Regina
Nigel tersentak dari lamunannya, “Ya?”
“ Lo ngelamun lagi.” kata Regina
“Yeah, maaf.”
“So, seperti yang gue bilang tadi, lo gak akan rugi join di sini dan gue gak perlu was-was lagi, I mean ini kan perusahaan asuransi, lo tau sendiri keamanan adalah segalanya, terus..”
Regina lanjut berbicara yang setengahnya tidak didengarkan oleh Nigel.
Jadi kenapa Nigel ngehack perusahaan asuransi ini dan mau datang untuk memperbaikinya? Bukan untuk pamer kemampuan tentunya, perusahaan ini gak terlalu hebat untuk itu kalau Nigel boleh jujur. Ini karena Regina, Regina tinggal di sebelah rumah Nigel. Nigel tau Regina adalah perempuan yang baik, bertanggungjawab, dia bisa sangat pemarah kadang-kadang, tapi kebanyakan dia selalu tertawa, dia mencintai Bruno Mars dan apapun tentang Italia. Dia dasarnya juga seorang IT, tapi entah kenapa tidak lagi menekuninya. Regina baik pada Nigel, selalu ingin menolong. Nigel akui kadang orang-orang lelah untuk terus berusaha berteman dengannya, tapi tidak dengan Regina. Nigel menemukan dirinya telah jatuh pada perempuan itu. Tapi Regina tidak tau fakta bahwa semua informasi tentang dirinya tersebut, Nigel dapat dari men-stalk akun Regina. Bukannya Nigel tidak berpikir bahwa itu salah, hanya saja Nigel tidak pernah bisa memulai percakapan. Social interaction adalah achilles heel nya.
Regina satu-satunya yang paling dekat dengan apa yang orang-orang sebut dengan teman bagi Nigel. Interaksi sosial begitu canggung buat Nigel. Tidak mudah untuk berbicara dengan orang-orang. Lebih mudah untuk mengenal mereka dengan meretas akun pribadi mereka, Nigel menemukan hal itu lebih nyaman buatnya. Toh sama saja. Malah dengan seperti itu tidak akan ada ruang untuk berbohong. Tapi Nigel ingin sering melihat Regina, dan ini satu-satunya cara yang bisa ia lakukan.
Nigel memandangi Regina yang masih berbicara.
“Nahhh gue udah kasih lo semua bocoran tentang apa aja yang akan lo dapat kalo lo join di sini, lo harus mempertimbangkannya, oke?”
“Oke” Nigel mengangguk.
Regina tersenyum dan memegang lengan Nigel dengan santai.
“Wait here, kita makan siang bareng, gue ambil dompet gue dulu”
Regina lalu pergi tanpa menunggu jawaban Nigel. Nigel mendesah. Ia mendapati dirinya tidak pernah mengatakan tidak pada Regina.
“Heyy Nigel! Lo lagi, udah kayak karyawan tetep ya” sapa Bunga. Nigel mulai tidak nyaman dan hanya mengangguk.
“Gue denger dari Firman. Nice work bro. Gimana kalo gabung ama anak-anak? Berikan mereka beberapa ilmu lo” Bunga tertawa.
Nigel terlihat tidak menyukainya. Bunga tampak sudah biasa dengan sikap Nigel.
“Well, gue duluan ya kalo gitu, but seriously, nice work Nigel, kayak minggu lalu” Bunga melambai, lalu pergi. Nigel termenung dan memikirkan apa yang terjadi minggu lalu. Nigel mengerutkan kening, minggu lalu itu bukan ulah dia.