Contents
Circus Of Terror
Part 4: Circus Of Terror
Aku sudah diberi perbekalan dan senjata untuk menuju gua tempat bersemayamnya si Badut Gila. Tentu saja aku tidak pergi sendirian, Aku bersama Turkoman memimpin jalan, dan di belakangku berbaris semua Kurcaci Pasukan Perang lengkap dengan senjata andalan mereka, yaitu tombak racun. Di tengah perjalanan aku merasakan sesuatu yang aneh, hutan ini tidak seperti biasanya, hawanya lebih dingin, kicauan burung pun tidak terdengar sama sekali. Dan kabut mulai menyelimuti perjalanan kita, kabut yang mulanya tipis, semakin lama semain tebal. Jarak pandangku mulai terganggu dengan kabut itu.
Dan tiba-tiba aku mendengar suara teriakan di belakangku. Itu adalah suara salah satu pasukan perang. Aku mulai turun dari Turkoman, sambil memegangi talinya, aku berjalan ke belakang mengecek barisan. Suara teriakan pasukan perang semakin lama semakin ramai, hampir semuanya ikut berteriak. Aku tidak sempat menolong mereka, karena semakin aku berlari, semakin aku jauh dari suara mereka, apalagi kabut tebal ini membuatku semakin jauh dan tersesat dari rombongan perang. Aku tidak tau harus berbuat apa, saat itu aku hanya bersiap dengan pisau lempar di tanganku, yang siap melempar ke segala arah. Kabut yang tadinya tebal, semakin lama semakin menipis, dan hilang. Tersisalah aku sendiri tanpa pasukan perang, yang aku lihat hanya sisa-sisa senjata dan helm yang berserakan di tanah. Aku memalingkan pandanganku ke segala arah untuk mencari petunjuk, sampai suatu saat mataku tertuju pada sebuah gua di ujung jalan. Mungkin gua ini lah tempat di mana si Badut Gila bersemayam. Akupun mulai mengikat Turkoman di pohon, dan mulai memasuki gua itu dengan yakin.
Aku sudah berada di bibir gua, jalan perlahan dengan pisau lempar yang siap ku lempar, semakin dalam aku masuk, semakin gelap, dan tidak ada cahaya sama sekali. Aku terus berjalan, sampai tiba-tiba aku mendengar suara tertawa melengking di kejauhan sana, ya, itu adalah suara tawa si Badut Gila. Aku terus berjalan menembus kegelapan gua, sampai tiba-tiba langkahku terhenti ketika melihat sebuah pintu merah berdiri tegak di lorong gua. Suara tawa itu kembali lagi terdengar, kali ini suara itu tertawa sambil memanggil-manggil namaku untuk membuka pintu merah itu. Aku merasa tertantang. Aku pun menghampiri pintu merah itu, dan perlahan memutar gagang pintu. Pintu terbuka, namun tak terlihat apa-apa, lalu aku paksa untuk masuk ke dalam pintu itu, dan tebak apa? Aku kembali lagi ke sirkus sialan itu!
Suasana sirkus itu begitu ramai, sepertinya di panggung sirkus sedang ada pertunjukan, banyak orang bersorak ria, tertawa, memaki, dan melempar sampah ke arah panggung. Aku coba mendekat untuk melihat panggung sirkus. Di sana aku melihat seorang wanita sedang melahirkan, ketika anaknya sudah berhasil keluar, wanita itu tewas, para penonton bersorak semakin kencang dan menimpuki sampah ke jasat wanita itu. Tiba-tiba muncul Abnus, dia datang berlari untuk mengambil dan melindungi bayi itu. Aku seperti mengingat sesuatu, ya, ini adalah momen dimana ketika Ibuku melahirkanku, persis seperti yang diceritakan Abnus! Air mataku mulai menetes, aku pun berlari menuju jasad Ibuku. Namun di tengah langkahku berlari, di langit-langit panggung sirkus terlihat sosok si Badut Gila sedang bersorak ria, aku menghentikan langkahku, dengan sigap aku melemparkan pisau ke arahnya. SYUUUUTTT.. Pisau itu mendarat tepat di kepala si Badut Gila, ia pun terjatuh dari langit-langit panggung sirkus yang cukup tinggi.
KRAKKKK, aku mendengar suara tulang-tulangnya patah, ia terkapar seakan tak berdaya, Aku pun melanjutkan langkah menuju jasat Ibu ku, namun tiba-tiba seisi sirkus mulai gelap, aku tidak melihat apapun sama sekali. Suara tawa melengking itu mulai muncul kembali, dan kini si Badut Gila itu berdiri di hadapanku dengan jarak yang cukup jauh, ternyata semua itu hanyalah ilusi yang dia buat-buat. Aku sempat berpikir bahwa Badut Gila ini ternyata pintar juga, ia mulai menyerang psikis dan hatiku, ketika ku lemah, baru dia mulai bergerak melawan, memang Badut Sialan!
Aku mulai melemparkan pisau-pisau ku ke arah si Badut Gila itu, tapi Badut Gila itu malah menghindar sambil beratraksi di atas unicycle(sepeda roda satu) dengan tawa lengkingannya yang khas. Dia langsung mempercepat unicyclenya menuju hadapanku, aku tidak menghindar, aku berdiam diri dengan pisauku yang siap menghunus jantungnya. Namun tiba-tiba Badut Gila itu menghentikan langkahnya, dia tertawa melengking, lalu mulai membuka mulutnya lebar-lebar, mulutnya dipenuhi gigi-gigi tajam, dan tiba-tiba dengan cepat, mulutnya menyambar ke arah ku, aku terlambat untuk menghindar sehingga mulutnya mengenai lenganku, lenganku berdarah dan terlihat gigi si badut itu menancap di kulit lenganku.
Aku terus melemparkan pisau-pisau ke arah badut itu, SYUUT SYUUUTTT. Badut itu menghindar, pisauku tidak mengenainya, Badut Gila itu hanya tertawa senang, namun dia tidak tau aku memang sengaja tidak mengincarnya, tapi aku biarkan gagang pisauku memantul ke tembok dan pisau itu berbalik menyerangnya lewat belakang. Dan tiba-tiba CLEBBB CLEBB.. kedua pisau itu menancap tepat di belakang kepalanya sampai tembus ke kedua matanya. Dia merasa geram dan menyerang dengan liar, seranganku membuat kedua matanya buta. Ini adalah kesempatan ku untuk mencari kotak rahasia yang berisi nyawa si Badut Gila itu!
Aku berlari menuju ruangan rahasia si Badut Gila, aku memasuki ruangan itu dan terkejut melihat banyak anggota tubuh manusia bergantungan di dindingnya seakan-akan itu adalah hiasan. Di sebuah etalase, aku melihat banyak botol-botol berisi anggota tubuh yang dipotong kecil-kecil, ada potongan penis kurcaci, ada hidung merah milik badut lain, dan banyak anggota tubuh lain yang tidak kalah anehnya. Aku mengobrak-abrik ruangannya, mencari di mana kotak itu, namun tidak berhasil kutemukan, sementara itu aku mendengar suara lengkingan tertawanya menuju ruangan ini. Ia terus tertawa dan bilang kalau aku tidak akan pernah menemukan apa yang sedang aku cari. Aku tercekat.
Aku kembali memeriksa semua barang yang ada di ruangan itu, tapi Badut Gila itu sudah memasuki ruangan dan kini berdiri di depan pintu sambil memegang sebuah kotak yang berisi nyawanya. Tidak mungkin! Bagaimana aku bisa membunuhnya jika kotak itu dipegang olehnya!? Badut Gila itu semakin lama semakin mendekat, aku terpojok di dinding! Tiba-tiba potongan tangan yang ada di dinding memegangku dengan sangat erat, potongan itu bergerak sendiri dan kini aku tidak bisa bergerak sama sekali!.
Badut Gila itu menaruh kotak di atas mejanya, lalu mengeluarkan sebuah golok yang sangat besar dan panjang, ia pun berjalan mendekatiku, kini suara tawanya tidak terdengar lagi, yang terlihat hanya raut wajah bengis! SLAAAABB! Ia menghempaskan goloknya ke arah tanganku dan membuat tanganku putus! Darah segarku mengalir dengan deras seperti air mancur. Lalu ia mengambil tanganku yang sudah ia potong, dan ia pun menggantung tanganku itu di dindingnya sebagai tambahan hiasan. Aku sudah tidak kuat lagi, darahku semakin lama semakin habis, tubuhku mulai melemah. Namun aku tidak akan menyerah! Aku melawan tangan-tangan yang menahanku dengan sekuat tenaga. Satu-dua tangan mulai terlepas dari cengkramannya, aku mulai mengambil pisau lempar disakuku, lalu ku lemparkan pisau itu dengan sekuat tenaga ke arah kotak rahasianya. SYUUUUTTT.. CLEBB CLEBB kotak itu terjatuh, sebuah asap hitam mengepul keluar dari kotak itu dan hilang begitu saja! Badut Gila itu menoleh dan terlihat sangat murka. Ia perlahan jalan menghampiriku dengan golok yang sudah ia siapkan lagi, ia mengangkat tinggi-tinggi golok itu, hendak menebas kepalaku, golok pun mulai berayun SYUUUUUUTTT… tapi tiba-tiba PRAAAKKK.. Tubuh si Badut Gila itu terjatuh sebelum goloknya menebas kepalaku, Badut Gila itu meringis kesakitan dan kadang tertawa melengking, ia berjanji akan membunuhku di kehidupan selanjutnya, ia tidak akan pernah mati, dan ia akan kembali lagi. Setelah itu si Badut Gila melebur menjadi debu berterbangan ke seisi ruangan, tangan-tangan yang tadi mencengkramku perlahan mulai terlepas.
Aku pun tidak sanggup lagi untuk berdiri, begitu tangan itu melepaskanku, aku langsung terjatuh BRUKKK.. Aku mulai kehabisan darah, aku rasa ini adalah akhir hidupku. Aku merasa puas dengan semua ini, karena semua dendam teman-temanku terbalaskan, biarkan kematian ku ini membawa perdamaian di dunia. Aku tersenyum dengan puas, mataku mulai sayup-sayup. Ibu.. Aku akan datang menemuimu di atas sana.
THE END