Try new experience
with our app

INSTALL

Circus Of Terror 

Part 2: Abnus’s Revenge

  Aku mulai berjalan ke sisi lain penjara ruang belakang sirkus. Ditengah berjalan, ada yang memanggilku untuk meminta tolong, aku menoleh dan melihat rombongan manusia kurcaci, mereka adalah teman-teman Abnus. Dengan kunci yang sudah ku pegang, aku pun membuka sel mereka satu persatu. Setelah mereka bebas, aku minta mereka untuk tetap di sini, aku berencana menghabisi semua badut-badut bajingan di luar sana, sehingga mereka bisa bebas keluar. Dan yang terpenting adalah si Badut Gila yang memegang remot detonator. Tentu saja kita tidak ingin berakhir dengan kondisi tubuh yang berceceran dimana-mana. 


  Aku berjalan mengendap-endap di kegelapan sirkus. Di luar sana aku masih mendengar suara badut-badut itu tertawa, dan yang pasti mereka sedang dalam pengaruh alcohol. Ini mempermudah rencanaku. Aku menghampiri sumber suara di luar sirkus. Tentu saja aku tidak mungkin keluar, bisa habis saat itu juga aku. Aku mengintip dari balik tirai pintu masuk, di luar terlihat sebuah api unggun raksasa yang tengah dikumpuli oleh para badut-badut bajingan. 


  Melihat jumlah mereka sebanyak itu, rasanya tidak mungkin aku habiskan sendiri.  Aku sempat berpikir bagaimana caranya untuk menghabisi mereka. Lalu aku mengingat sesuatu, yaitu hewan sirkus, ya, hewan sirkus, mereka bisa aku andalkan! Aku bisa menggunakan sekumpulan gajah untuk menginjak-injak mereka semua, tapi tidak mungkin, karena kandang gajah berada di luar panggung sirkus. Tapi tak apa, aku masih bisa minta tolong kepada teman-temanku, di belakang sana masih ada Axel, si singa, dan Pablo si beruang. Aku langsung mempercepat langkahku menuju kandang mereka. 


  Setibanya di kandang hewan, aku mulai membuka semua kandang hewan. Axel dan Pablo sudah keluar, mereka terlihat bingung, mungkin mereka tidak tau apa yang akan terjadi nanti. Selain mereka, ada juga hewan lain seperti ular besar, harimau, dan kuda. Aku tidak pernah bermain dengan mereka di panggung maupun di balik panggung, tapi yang aku tau, mereka itu sudah muak berada di sirkus ini, mereka rindu alam bebas. Saat itu para kurcaci dan para budak yang sudah bebas juga ikut berkumpul sudah lengkap dengan senjata yang mereka rakit sendiri. Aku pun bersuara bahwa hari ini, tepat di malam ini, kita akan memberontak, kita akan bebas dari kekejaman sirkus yang tidak manusiawi ini, kita harus balaskan dendam kita. Maka dari itu, mari kita wujudkan sama-sama, teman!


  Aku mulai berdiri di tengah panggung, sendirian. Saat itu terdengar suara para badut-badut mabuk memasuki sirkus, mungkin mereka berpikir saat ini adalah waktu mereka untuk tidur, tapi salah, ini adalah waktu mereka untuk mati. Salah satu Badut ada yang menyadari keberadaanku yang sedang menunggu mereka. Badut itu terkejut, melihat aku bebas dari sangkarku.  Badut itu pun memanggil kawan-kawannya dan menunjuk ke arah aku.  Dan saat  itu badut bermuka monster dan badan besar menghampiriku. Baru beberapa meter berjalan menuju aku, tiba-tiba Badut monster itu diserang oleh Pablo, si beruang! Pablo dan Badut Monster itu bertarung hebat. Pablo terlihat sangat bersemangat, ia memiliki masa lalu yang kelam dengan si Badut Monster itu. Aku ingat pertama kali Pablo memasuki sirkus ini, dia terlihat sangat ketakutan, berkali-kali disiksa oleh si Badut Monster hanya untuk melakukan sebuah trik sirkus.  Dan saat ini adalah hari pembalasan untuk Pablo dan untuk kita semua. Aku tersenyum bangga melihat Pablo yang begitu beringas merobek wajah si Badut Monster. 


  Axel menghampiriku, aku mengelus-elus kepalanya.  Dia terlihat senang berada di dekatku, dan saat itu juga Badut Api muncul, menyemburkan api kepadaku, namun Axel segera menghadangnya dan menyerang si Badut Api. Badut Api berkali-kali mencoba menyemburkan api kepada Axel, namun tidak ada sehelai bulu pun yang rusak, Axel terlihat sudah sangat kebal dengan perlakuan mereka, ditambah ketika dulu mereka menculik Axel dengan cara kejam, Badut Api itu membakar tempat tinggal Axel dengan keluarganya, yaitu hutan, sampai hutan itu hangus tak tersisa. Axel pun dimasukan ke kerangkeng, ia hanya memandangi tempat tinggalnya yang kini sudah rata dengan tanah, ia melihat keluarganya tak tersisa, semuanya rata terbantai oleh para Badut Bajingan. 


  Kembali lagi ke sirkus, pasukan Kurcaci beramai-ramai menaiki kuda, ada juga yang menaiki harimau, mereka semua terlihat sangat bersemangat dan menyerang para badut-badut Bajingan itu. Sedangkan aku, aku hanya berdiam diri melihat semua kemenangan ini, aku tidak ikut campur, karena musuhku cuma satu, yaitu si Badut Gila. Yang sampai saat ini juga belum kunjung menunjukan batang hidungnya. Badut Gila harusnya ganti nama menjadi Badut Pengecut, tanpa teman-temannya, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Kita mulai membantai semua satu persatu dari bawah sampai tak tersisa. 


  Di tengah kerusuhan, tiba-tiba aku mendengar suara tawa si Badut Gila. Ternyata dari tadi dia juga sedang menonton kekacauan ini melalui ayunan di atap langit-langit tenda sirkus. Sambil tertawa sambil berayun. Dan aku lihat persis dia sedang memegang remote itu. Kita saling bertatapan mata, tatapan matanya begitu tajam, seakan-akan ia akan menunjukan siapa sebenarnya dia. Dia mulai memencet remote. BOOM.. salah satu kurcaci ada yang meledak. Lalu dia tertawa melengking merasa puas. Ini tidak bisa aku biarkan. Seorang kurcaci melemparkan sebuah kotak untukku. Aku menerima kotak itu, ternyata kotak itu adalah kotak milik Abnus, terlihat sebuah foto Abnus bersama keluarganya, dan juga pisau lempar milik Abnus, ya Abnus adalah si Kurcaci ahli pelempar pisau. Aku teringat ketika aku masih kecil, Abnus mengajariku bagaimana cara melempar pisau seperti dia. Dan ini adalah saat yang tepat untuk menggunakan keahlian Abnus yang ia berikan padaku. 


  Badut Gila itu masih berayun-ayun di atas langit-langit, ia merentangkan kedua tangannya sambil berdiri dan tertawa melengking, suara tawanya terdengar sedang meremehkan aku. Aku mengeluarkan pisau Abnus, dan langsung melemparnya ke arah si Badut Gila. SYUUUTTT.. Pisau meluncur menuju si Badut Gila. Badut Gila tersentak, pisau itu gagal mengenainya. Si Badut Gila tertawa dan meremehkan aku lagi, tanpa ia sadari remote yang ia pegang di tangannya sudah rusak akibat pisauku. Ya, tanpa remote itu, Badut Gila bukan sebuah ancaman besar. Teman-temannya pun satu persatu tumbang. Badut Gila itu terlihat mau melarikan diri keluar dari sirkus. 


  Aku bersiul dengan kencang, seekor kuda datang, dia adalah Turkoman, seekor kuda besar yang sangat gagah. Aku langsung menaiki Turkoman dan mengejar si Badut Gila kemanapun ia pergi, sedangkan teman-temanku semua terdengar bersorak dan menyemangatiku. Tenang saja, akan aku tuntaskan pembalasan dendam kalian semua!