Try new experience
with our app

INSTALL

The Ocid 

5. The Blow up

Relasinya Ocid yang duduk di pemerintahan mengajaknya untuk ikut dalam badan baru yang dibentuk Presiden bernama Dewan Ekonomi Nasional, dulu bernama Dewan Pertimbangan Agung, tugasnya adalah memberikan masukan – masukan tentang masalah – masalah perekonomian dan bisnis di Indonesia. Sesuai dengan latar belakang Ocid yang selama ini memang seorang pengusaha dan pernah duduk sebagai anggota KADIN (Kamar Dagang Indonesia) bidang kewirauasaan dan industri akhirnya tanpa pikir panjang diapun menyetujui ajakan temannya, yah siapa tahu bisa menjalin relasi dengan pusat kekuasan di Republik ini.    

                        Waktu terus berlalu, pemerintahpun dipercaya untuk mengadakan Konferensi Internasional APEC di Bali, dan Ocid menjadi salah satu juru bicara Pemerintah dari Dewan Ekonomi Nasional, dia akan sering berbicara di televisi baik secara pengamat atau juru bicara pemerintah. 

Even sebesar ini pasti akan diliput oleh media di seluruh dunia terutama Indonesia, dia tidak menyadari bahwa ini akan menjadi hal yang akan merubah hidupnya dan turning point kehidupannya selama ini. Memang beberapa orang tidak mengenal Ocid selain dia harus mencukur rambutnya agar lebih rapi, orang masih tidak percaya terutama keluarganya, teman – temanya, saudara – saudaranya tapi ibu yang baru melihat di televisi yakin itu Ocid, walaupun Ocid tampak berubah, lebih rapi, tapi dia yang melahirkan dan membesarkanya dia pasti tahu. Saudara – saudara atas perintah ibunya berusaha meneleponnya, juga temannya tapi tidak bisa, teleponya mati, pasti dia lagi sibuk, ini Konfrensi Internasional banyak orang – orang penting yang datang, Pengusaha, Menteri dan terutama para Kepala Negara. 

            Dan merakapun hanya bisa melihat saja Ocid di televisi, dan banyak tetangga, saudara dan teman – teman yang datang kerumah Ocid, mereka menanyakan keadaan tersebut.

            Karena masih tidak bisa menghubungi Ocid merekapun melihat beritanya di televisi dan internet mencari tahu siapa Ocid sebenarnya dan mendapatkan hal yang luar biasa, di salah satu majalah kenamaan Forbes, di internet dikatakan ia termasuk orang kaya di Indonesia, kekayaannya masuk empat puluh orang terkaya di Indonesia, trilyunan, typhoon. Masya Allah, disitu tertulis Muhammad Rasyid Ridlo, Pengusaha Kontraktor dan Devoleper, investasi Batu Bara dan Gas, Ocid memang menginvestasikan sebagian kekayannya ke usaha pertambangan dan memimpin salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia selain perusahannya sendiri.

                        Melihat hal tersebut ibunya hanya menangis teringat betapa Ocid dulu orang tidak begitu diperhatikan karena sering membuat ulah dan tidak berprestasi, ibunya hampir tidak sadar bahwa setelah lulus sekolah dan Perguruan Tinggi Ocid sedikit demi sedikit - sedikit dia mulai berubah. Dia ingat, orang tuanya yang selalu melindungi dia dari segala macam masalah, yang sudah membesarkan dia, mensekolahkan dan itu yang membuat Ocid sedikit demi sedikit berubah. Intinya dia selalu ingat kepada orang tuanya, terutama ibunya, dan tentu saja dengan hidayah dari Allah SWT. 

            Bapaknya di tempat istrinya yang baru, dia memang membelikan rumah untuk kelurganya yang baru, melihat Ocid terlihat haru dan sedih, dan memikirkan hal sama. Mereka terlalu memikirkan anak – anak yang lainnya yang sukses menjadi dokter sesuai mereka inginkan yang bisa kuliah diluar negri dan akan mewariskan usahannya dan menjadi pejabat di daerah dan lain – lain, lupa bahwa ada orang yang lebih memikirkan mereka dibandingkan anak - anak lainnya. Bapaknya pun menelepon menanyakan Ocid, dan dijawab sama, Ocid sedang ada di Bali. 

            Hal sama juga dialami Devy, ibu Dini ibunya, Dona dan teman – teman lainnya, mereka merasa bersalah dalam menilai Ocid, merasa lancang, menggurui Ocid segala macam doktrin pengusaha kalau sedang bertemu di pertemuan – pertemuan alumni, tentang sosialisasi entrepreuship, tentang susah payah menjadi pengusaha, tentang semuanya. Yang terlihat kasihan adalah Devy, dia yang susah payah mensarankan kepada Ocid untuk memanfaatkan fasilitas yang ada untuk menjadi seorang enterprenurship, dia yang dulu sering memberikan saran untuk Ocid menjadi orang lebih baik ketika Ocid dulu terlibat masalah di sekolah dan terhadap teman – temannya. sekarang semuanya terlihat jelas. Devypun bertemu dengan kak Aryati di rumah Ocid diantar ibunya, ia ingin mengungkapkan semua yang mau ia katakan, yang ia rasa.

“kali ini Ocid bercandanya keterlaluan, kenapa sih dia tidak bilang?, dia pasti marah sama kita”, Tanya Devy sambil menahan air mata,

ibu Dini sambil mengelus pundak Devy mengatakan,”kamu harus sabar”.ibu Dini sudah bisa membaca, apa yang Devy rasa.

Kak Aryati menjawab,”kami juga tidak tahu”, kak Aryati adalah teman Devy, mereka satu kelas waktu SMA. Dia juga tahu apa yang Devy rasakan.

Sambil menambahkan,”kami semua sangat terkejut tapi sekaligus bahagia, ibu, bapak dan saudara yang lainnya tidak menyangka Ocid akan seperti ini, sesukses ini, dia tidak pernah meminta bantuan sedikitpun kepada kita, kepada keluarga, benar – benar sendirian”. Kak aryati bercerita juga sambil meneteskan air mata. 

Ibu dini menambahkan,”sekarang kami dan teman – teman Ocid, terutama saya pribadi dan guru – guru Ocid sangat bahagia dengan kesuksesan Ocid, kami tidak menyangka akan seperti ini”,

Kak Aryati mengatakan,” kita semua terkejut bu, sekarang kita hanya berdoa, semoga Ocid baik – baik saja dan menyelesaikan tugasnya dengan baik”. Kak Aryati juga merupakan murid bu Dini

Ibunya Ocid datang menghampiri dan langsung meminta maaf kalau – kalau Ocid melakukan kesalahan.  

            Setelah beberapa hari acara APEC berlangsung Ocidpun kembali kehotelnya, istirahat sambil melihat – lihat handphonenya, kok banyak miscall juga WA dan sms dilihat disitu ada nomor rumahnya, ibunya, saudara – saudaranya, teman – temannya, jangan – jangan ada sesuatu yang terjadi dengan ibunya, hanya itu yang ada di pikiran Ocid, waktu ia ke pergi ibunya memang sedang sakit. Langsung diteleponya ibunya, waktu itu jam sepuluh malam. Ibunya yang langsung menjawab, dan Ocid mendengar suara tangisan, yang dia pikir ada apa? 

Ibunya bertanya,” ini benar Ocid”, setengah berteriak

“iya bu, kenapa bu, apa ibu baik - baik saja”,  jawab Ocid 

Terdengar ibunya menangis dan bertanya,”kamu yang ada di tivi ya?, lagi di Bali ya?”,Ocid kaget mendengar, bukannya ibu tidak suka melihat berita masalah ekonomi dan politik, lebih suka sinetron, terus kita abis dicukur biar tidak ketahuan, mana di Bali lagi bukan di Bekasi, belum selesai kagetnya Ocid, terdengar ibunya menangis sambil mengatakan,

”ibu minta maaf sekali kepada Ocid, atas semua kesalahan ibu juga bapak dan saudara – saudara Ocid, sering melupakan Ocid, tidak mempikirkan Ocid, ibu meminta maaf sekali”, banyak yang ibu katakan malam itu, ada saudara – saudaranya di malam itu menemani ibunya menghadapi keadaan ini. Kakaknya yang kedua dr. Aryati, MBA, mengambil hanphone sambil menenangkan ibunya sambil memeluknya sambil mengatakan kepada Ocid,

”saya juga meminta maaf atas semua kesalahan – kesalahan kami, kami sadar kamilah yang salah, kapan kamu bisa pulang? Kami semuanya akan selalu berdoa agar kamu selalu sehat dan baik – baik saja disana”. 

Sejenak Ocid tertegun, dia langsung berpikir dia sering diwawancara televisi nasional atau internasional pasti bukan saja saudaranya yang menonton tapi keluarga besarnya, temanya juga tetangganya pasti juga menonton, terlalu sibuk urusan bisnis sampai – sampai ia lupa yang menonton telivisi bukan hanya ibunya.

            Kayaknya jawaban iya atau bukan Ocid bukan lagi issue penting, akhirnya Ocid hanya bisa menjawab, ”acara memang sudah selesai, tapi loby – loby bisa sampai dua minggu”, sekarang adiknya berbicara sambil bertanya dan berusaha menenangkan situasi,

” mas, duitnya banyak banget, pantas tidak ikut bisnis Rumah Sakit sama sekolahan, ngga level kali, kitakan lihat di internet, duitnya banyak banget, mas bantuin kita donk, di sekolahan, rumah sakit atau diklinik, terserah aja, tapi yang bagus semuanya”, adiknya terus mencrocos, sementara adiknya melihat ibunya bisa tersenyum kecil sambil mengusap air mata, sama sekali tidak menyangka anak yang ketiga the forgotten child (anak yang terlupakan) akhirnya bisa menjadi orang yang berhasil dan membuat bahagia keluarganya. 

Ocid hanya bisa menjawab, ”saya masih lama di Bali, kalau mau ketemu, saya akan kirim pesawat menjemput ibu, bapak dan saudara semuanya dengan keponakannya sekalian untuk berlibur ke Bali, saya punya hotel di Buleleng, walaupun masih hotel bintang tiga, insya Allah cukuplah untuk menikmati liburan, yah daripada ke puncak, bosen, nanti orang saya akan mengurusnya”.

“Alhamdulillah”

            Paginya dari anak buah Ocid datang katanya mereka dari kru pesawat pribadi Ocid makanya memakai seranggam pilot, katanya siap membawa keluarga Ocid ke Bali, pesawat ada di Halim Perdanakusuma. Keluarga agak bingung tapi tetap senang. Langsung sibuk semua telepon kesana kesini, terutama telepon bapaknya. 

            Sampai di Bali mereka diantar sampai Bulelang, mereka adalah ibu, bapak, saudari dan suaminya, juga keponakannya Ocid, kecuali kakaknya yang pertama dan istrinya, dia ada rapat membahas anggaran dengan DPRD. Sesampainya di hotel mereka terkesima lihat hotel si Ocid, bagus katanya, pemandangan juga bagus tapi Ocid sedang tidak ada di tempat, sedang ada loby – loby masalah bisnis. Sengaja Ocid membawa keluraganya ke Bali agar bisa meredakan situasi, bayangkan kalau Ocid yang harus ke rumah, keluarga, teman, saudara, tetangga pasti akan tumplek dan bertanya banyak hal. 

            Malamnya orang yang ditunggu akhirnya datang, dengan tenang Ocid menghampiri mereka, dipeluknya ibu, bapaknya, saudaranya juga keponakannya, alhamdullillah mereka sudah bisa menguasai perasaan mereka, walau sempat menitikan air mata, secara keseluruhan mereka sudah bisa tenang. Setelah masing – masing duduk Ocid langsung bertanya? 

“gimana kabar semua? Ibu, bapak, saudara, keponakan sehat – sehat saja? Gimana rumah, tetangga semuannya baik – baik saja?”, sengaja banyak bertanya sekedar untuk melupakan hal – hal yang sedang terjadi.

“kami baik – baik saja, kamu sehat – sehat saja”,jawab ibunya.

“agak capai bu, tapi semuannya baik – baik saja”, jawab Ocid

“saudara yang lain tidak ikut bu, seperti adik – adik ibu, om Dani, bibi Leni”, tanya Ocid

“mereka hanya menitip salam saja, mereka bahagia dan senang sekali, waktu kita sampai di Bali adikmu telepon mereka, sekalian WA hotel kamu yang di Bulelang”,jawab Ibunya

Adiknya menambahkan,“iya mas, di pesawat tidak cukup buat mereka yang mau ikut, beli lagi yang lebih besar biar semuanya bisa ikut”, langsung dijawab dengan tertawa oleh Ocid dan keluarga yang lain.

“gimana pak, semua sehat – sehat saja”, Ocid bertanya kepada bapaknya juga kepada keluarga barunya, dan saudara bapaknya, sengaja tidak disebutkan namanya karena rasanya agak aneh.

“semua baik saja saja, semua pada menitip salam”, jawab bapaknya.

“teman – teman, ibu guru dan tetangga juga bertanya tentang kamu”, kata ibunya

“insya Allah, nanti akan saya bicara dengan mereka”, kata Ocid

Kakak Ocid yang kedua dr.Aryati, MBA menambahkan,”katanya si Devy mau ulang tahun minggu ini, saya dikasih tau sama ibunya”.

“oh yah, saya baru ingat, kalau tidak salah bulan Desember, terakhir saya datang waktu di SMA”, jawab Ocid

“kamu diundang sama Devy, kalau sempat datang, namanya tetangga, teman special lagi”, tambah kak Aryati, mereka sudah tahu masalahnya, 

“nanti dahulu saya lihat jadwal kita”, jawab Ocid

“waduh saya baru inget, saya akan bertemu dengan investor di Singapura dari Hongkong besok, jadi kemungkinan, saya akan langsung pergi besok”,tambah Ocid

“yaa, terus kita bagaimana, masa liburan cuman sebentar”, adiknya menjawab sambil memelas

“kalau liburan terus aja, hotel punya kita ini, mau lama udah ngga masalah”, jawab Ocid   

Tinggal ibunya bertanya,”pertemuan tidak di Bali aja?”.

“yaa namanya orang yang punya duit, mau kemana ketemu terserah dia, tinggal kita mau atau tidak”,  jawab Ocid. Mereka pasti merasa tidak enak, hanya Ocid yang mereka harapkan untuk bertemu. Akhirnya mereka putuskan untuk pulang bersama besok, masalah liburan bisa dilanjutkan esok hari, waktu disuruh datang ke Bali mereka juga sedang ada kerjaan. Karena naik pesawat pribadi mereka datang, plus mau lihat hotel Ocid.

Ocid pun langsung menceritakan usaha dia dari waktu hampir selesai kuliah sampai berhasil dan bertemu dengan beberapa orang yang dia tidak akan dia lupakan.

            Sebelum pergi dari Bali Ocid menitipkan sesuatu kepada mba Aryati,

“kemungkinan saya tidak bisa datang di acara ulang tahun Devy, saya nitip aja hadiah ulang tahun”, diambilnya logo perusahaannya dari kerah depan baju Ocid, logo berbentuk pin kalajengking,  logo group perusahaan Ocid, logo yang mencerminkan usahanya dari awal hingga sekarang, naik turunnya usahanya, jungkir baliknya usahanya Ocid, berbentuk kalajengking karena dulu Ocid pernah digigit kalajengking hingga membuat dia kejang dan pingsan sewaktu Ocid ikut kamping sekolahnya ke Bogor, waktu itu Devy yang menolongnya dan teman – temanya yang kemudian membawanya ke rumah sakit. Keluarganya cemas akan keadaan Ocid waktu itu, tapi beberapa hari kemudian Alhamdulillah keadaan Ocid mulai membaik, mungkin karana kenakalan Ocid dulu Alloh kasih cobaan agar dia sadar.   

Mba Ariyati agak ragu menerimanya, terlalu dalam,”kamu serius”.

“tidak apa – apa mba, nanti mereka akan tahu”, jawab Ocid, diambilnya secarik ketas dan ditulisnya, 

I‘ve been make it too Dev, I’ve been make it too

 (saya juga berhasil dev, saya juga berhasil), Ocid mulai terbuka hati dan pikirannya tentang orang yang sebenarnya selama ini menyayanginya.