Contents
Amorf part 1: Friendzone
Prolog
Sebuah kebun bunga matahari yang luas. Saat Natasha berjinjit atau melompat, hanya bunga matahari yang tampak dari ujung hingga ujung, seperti sebuah rumah yang berlantai bunga matahari dengan atap langit menguning. Matahari senja yang berwarna oranya membuat mata Nat sedikit menyipit. Di ujung mata Nat tampak dua bulir air mata yang terasa ingin keluar. Bagaimana bisa Nat tidak terharu? Ini bagaikan surga! Bagai mimpi!
Di samping Nat, Aira mengenggam tangan Nat dengan hangat. “Lo udah dapetin yang lo mau. Lo bisa bahagia dengan ini semua. Ya, ‘kan?”
Nat mendadak menatap Aira yang tersenyum... sebuah senyum kesukaannya. Tapi senyumnya kali ini tampak syahdu. Entah apa yang sedang Aira rasakan, Nat tak mengerti. “Iya, Ra, ditambah lo ada di samping gue. Semua terlalu sempurna. Seperti mimpi. Ini akan sangat membahagiakan.”
Aira menggeleng. “Nggak, Nat. Gue harus pergi... gue udah cukup bersalah karena gak menolong lo, malah membuat lo semakin sering menangis. Gue bukan sahabat yang baik.”
Tampak Aira menahan pilu. Nat menggelengkan kepalanya, tak setuju. “Enggak, Ra! Lo gak kayak gini, Ra! Lo adalah Aira yang dikirim Tuhan buat jadi sahabat terbaik gue!”
Aira tersenyum. Setetes air mata keluar dari pelupuk matanya yang sayu. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya yang tipis itu. Nat menanti ia berkata-kata, menunggu ia menanggapi perkataan Nat. Tapi Aira hanya terdiam sangat lama... sampai kemudian ia mengucapkan sesuatu.
“Gue akan tetap di sini. Terlihat atau pun tidak, yang penting lo bisa ngerasain bahwa gue ada. Nemenin lo, jagain lo, nungguin lo. Ngebahagiain elo...”
Nat terhenyak. Tak mengerti apa yang dikatakan Aira. Seolah kata-katanya membuat suatu getar di hatinya. Nat tak tahu yang diucapkan Aira itu membahagiakan atau tidak. Hanya tatap sendu yang Nat lihat dari matanya.
“Gue gak pernah ke mana-mana, bahkan di saat lo udah lupain gue. Gue akan tetap di sini.” ucapnya.
Nat terharu, air matanya tak bisa ditahan. Tuhan, terima kasih telah mengirimkan seseorang yang seperti malaikat, walaupun tanpa sayap dan tanpa lingkaran emas di atas kepalanya... selamanya aku akan bersahabat dengannya. Selamanya itu benar-benar ada, ‘kan, Tuhan?
Tapi mendadak semua gelap, hari mendadak malam. Nat menengadahkan kepalanya ke langit. Di sanalah bintang kejora muncul… di langit bagian timur. Bintang itu hanya satu dan paling bersinar di langit.