Try new experience
with our app

INSTALL

Healing Club 

Part 5

“MUNGKIN DENIS”

 

  Di sebuah perkantoran dengan meja memanjang di ruangannya dan padat orang-orang yang lalu-lalang. Tampak sebuah meja yang rapi dan hanya salah satunya yang tidak hampiri orang-orang. Namun,  di mejanya nampak ada beberapa penghargaan sebagai karyawan teladan. 

  Tapi penghargaan itu dihadapkan terbalik. Duduk disana, Denis, yang memakai kemeja serta dasinya masih cukup rapi. Di sebelahnya ada tumpukan file yang cukup banyak. Denis cukup semangat untuk mengerjakannya. Hingga terlihat di atas komputernya ada semacam sticky notes “Rendezvous in Moonlight at 8”. Lalu dia melihat sebuah foto di gallery handphonenya, foto itu terlihat seperti candid, namun cukup jelas. Dia adalah Giselle gebetan Denis yang akan ditemuinya nanti malam. Kemudian Denis melamun sambil tersenyum. 

“Woy! Awas ngelamun mulu tar kesabet!” Giring salah satu rekannya menyadarkannya dengan menepuk bahunya cukup keras.

Denis agak tersentak tapi dia mencoba biasa saja lalu perlahan menutup handphonenya. “Eh kamu Ring, ngagetin aja.” 

“Suit up at eight yah! Tapi... inget kerjaan harus beres dulu. Soalnya udah ditanyain.” Giring ngingetin dengan santainya. 

  Denis hanya mengangguk. Dia lalu malah melihat kepergian Giring yang berkumpul dengan lima orang karyawan lainnya sambil minum es kopi susu masing-masing sambil becanda tawa. Tapi Denis langsung menepis lalu melihat ke handphonenya, terlihat foto seorang wanita cantik. 

 

***

  Di sebuah bar bernama Moonlight, Denis tampak sudah memakai baju yang rapi. Dia melihat ke sekeliling, lalu tampak di satu sudut sofa, beberapa teman kantornya disana bersama teman wanita mereka. Namun Giring tidak ada disana. Salah satu dari mereka, Awan memanggil Denis yang tampak kebingungan mencari Giring memanggilnya. 

“Woy, nis! Sini..sini!” 

Denis lalu tidak ada pilihan kemudian kesana. 

“Duduk dulu sini, tuh ada menu pilih aja dulu. Nanti pesen.” Awan menyuruh Denis dengan sok asik. Sedangkan beberapa teman kantornya hanya terlihat canggung. 

“Giring di mana Wan?” 

Semua lalu berpandangan sejenak hingga Awan pun akhirnya menjawab. “Tadi ke toilet dulu.” 

  Denis melihat ada hal yang janggal dengan teman-temannya yang terlihat takut ditanya seperti itu. Denis pun melihat sekitar untuk mencari keberadaan Giselle sambil salah satu kakinya gemetar gugup karena akan bertemu dengan gebetannya itu. Dia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan meja canggung itu.

“Mau kemana nis?” Awan langsung sigap.

“Saya mau cari angin dulu.” Denis pergi begitu saja.

Denis yang sudah pergi, lalu terdengar samar-samar teman-teman Giring yang bersahutan. 

“kabarin! Jangan-jangan belom beres lagi tuh dia!” 

“iya-iya bentar lagi” 

 

***

  Denis sudah berada di samping bar tersebut lalu melihat pintu samping dan keluar dari sana. Dia membawa sepuntung rokok di tangannya. Terlihat ada sebuah lapangan basket kecil di mana ada ring basket yang sudah cukup berkarat disana. Denis lalu mendengar suara percakapan pria dan wanita. 

“Kenapa sih ditelpon mulu?” 

“udah dateng, kamu harus jalanin sesuai rencana yah.” 

“kamu tega deh, ini kita belum beres.” 

“bisa kita lanjutin di apartement aku.” 

  Lalu Denis melangkah ke belakang bar dengan sangat pelan karena suara itu begitu familiar baginya. Dilihatnya Giring dan Giselle ada disana, membenarkan pakaian masing-masing. Giring kemudian mencium Giselle. 

“Aku janji habis ini, kita lanjut lagi. Udah kamu buruan ke dalam.”

Denis lalu melihat Giring yang sudah sendirian. Kemudian dirinya berjalan cepat dan memukul Giring dari belakang dengan cepat. Giring terkejut. 

“Den..gue bisa jelasin!”

Buk!! Buk!! Buk!! Denis tidak peduli lalu tetap memukuli Giring dengan seenaknya hingga puntung rokok yang dibawanya diacungkan kea rah muka Giring. 

“Den, lo ngero--?”

Denis kemudian menghisap rokok itu hingga terlihat masihy menyala. Dia pun menyolokkan puntung rokok yang masih menyala itu ke kelopak mata Giring. 

“Aaakkk!” 

Denis kemudian memukul habis mata Giring tersebut. Hingga berdarah dan Giring tidak berdaya lagi. 

“Berengsek!” Denis kesal sekali.

Giring kemudian berusaha bangun. “heh, Denis! Eh sorry, Penis maksud gue! Cuma segitu doang?! Giselle ngga akan pernah jadi milik lo!” 

Denis yang murka kemudian menghabisi Giring. Giring mau melawan tapi Denis sudah se-murka itu. Ingatan pengkhianatan sahabatnya di masa lalu saat merebut Aruna pun tetiba datang. 

 

***

Denis masih dihadapan polisi. 

“Ternyata kamu juga sudah melakukan tindak kekerasan terhadap mantan teman kantormu sendiri". 

 

 

END