Try new experience
with our app

INSTALL

Healing Club 

Part 3

Bagian DINDIN 

 

“sebenarnya saya ngga tau kenapa ada disini. Tapi mas Denis yakinkan saya kalo mungkin dia bisa menyelesaikan masalah saya.” Dindin masih ragu. 

“Kita coba dengarkan dulu, baru nanti yang lain bisa kasih insight. Benar kan Pak, Bu?” Denis tampak bertanya pada semuanya. 

“Masalah sendiri saja belum beres, kenapa saya harus dengarkan masalah yang ada disini?” Eliana kesal.

“Tenang Bu Eliana, harapan club ini kan untuk memberikan solusi.” Denis menenangkan. 

Dindin yang merasa jadi tertinggal akhirnya protes “Jadi saya kapan bercerita?”. 

“Ya sudah biar adil dengarkan dulu Dindin.” Radar mencoba menyarankan. Akhirnya yang lain terdiam.

“Saya menyukai seorang perempuan di kelas, namanya Aruna. Dia adalah perempuan yang baik dan ramah. Bahkan dia menganggap saya di kelas. Tapi suatu hari saya tau kalau dia dikhianati oleh pacarnya sendiri. Dia adalah salah satu laki-laki populer di kampus dan malah menyelingkuhinya. Tapi saya ngga sangka kalau Aruna mencintai dia begitu besar sehingga apa yang saya lakukan salah.” 

“Memang apa yang kamu lakukan?” Samuel lama-lama jadi penasaran karena merasa ceritanya setipe dengannya. 

Namun Dindin terdiam, bola matanya bergerak cepat ke kanan dan ke kiri. 

“Saya membuat pacar Aruna kecelakaan hingga kaki kanannya patah, tapi ngga ada yang tau perbuatan saya. Sebenarnya saya ingin langsung saja membunuhnya. Tapi dia selamat.”

  Sontak semuanya terkejut dengan cerita Dindin. Mereka terdiam sambil memandang Dindin, Dindin tergugup hingga dia menjatuhkan ponselnya sendiri. PRAAK!!! Keheningan pun terpecah. 

“Kamu mencelakai pacar Aruna karena rasa cinta kamu dengannya?” Radar akhirnya bertanya. 

“Pacar Aruna adalah teman dekat saya sendiri.” 

Mereka kemudian saling lirik namun agak tidak tega. 

“Bodoh kamu! Perempuan tidak hanya satu dan perasaan cinta itu tidak bisa dipaksakan!” Eliana tiba-tiba menyahut dengan keras.

“Justru saya salut dengan keberaniannya, ketika dikhianati setidaknya ada sesuatu yang diperbuat bukan hanya menangis dan diam begitu saja.” Samuel tampak membela Dindin. 

“Tapi bagaimana pun kamu sudah melukai seseorang! Kamu harus mengakui hal itu Dindin!” Eliana tambah marah. 

“Tapi saya benar-benar terkhianati bu! Teman saya itu tau saya menyukai Aruna, dia juga tau saya mau mendekatinya. Tapi mereka malah bercumbu di depan saya! Dindin menukas Eliana dengan kesal. 

  Samuel lalu berdiri dan menepuk bahu Dindin. “Saya salut sama kamu, benar adanya kalo patah hati itu, ngga tergantikan. Apalagi dia orang terdekat. Saya ngga akan meneruskan pembicaraan ini, karena akan berujung perdebatan. Saya pergi dulu karena ada urusan.” 

“Pak Sam mau kemana? Kita belum selesai.” Denis terheran.

“Saya bilang kalau saya meneruskan saya akan berdebat disini. Nanti kalau sudah dingin, mungkin saya kembali lagi.”  Samuel pun berlalu begitu saja. 

“Saya juga lelah, saya mau pulang.” Eliana ikut pergi begitu saja karena merasa tidak nyaman. 

  Sedangkan Radar dari tadi terdiam saja sambil termenung lalu tak lama tersadar, “bagaimana pun, kamu harus bisa menyelesaikan masalahmu itu Din. Terkhianati itu menyakitkan, tapi sampai kamu menghilangkan apa yang dimiliki di tubuh itu pun menyakitkan. Saya juga pamit ya Denis, Din. Kita bertemu di lain waktu.” 

“Pak Radar tapi bapak belum menceritakan masalah bapak.” Denis langsung menukas. 

“Ngga apa-apa, masalah saya ngga seberat mereka kok. Nanti lagi, saya harus pulang.” Radar pun pergi dari sana.