Try new experience
with our app

INSTALL

Bawah Sadar 

Part 3

  “Mam..! Mama ngomong apa, Rio di sini, Rio belum kemana-mana..  Mama, jangan nangis” Rio semakin memeluk erat ibunya dan tangisannya semakin pecah, penyesalannya kini baru ia rasakan.

“Maafin Rio ma, Rio janji tahun ini kuliah selesai, Rio nggak mau nyusahin Mama lagi…” Sesal Rio sambil terus memeluk ibunya. 

Tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang mendekat ke arah Rio. 

“RIO.. KITA HARUS KELUAR DARI HUTAN INI, ADA YANG NGGAK BERES SAMA HUTAN INI.. AYO IKUT GUE!” ujar Mamat.

Rio yang sedang memeluk sosok ibunya tiba-tiba langsung membuka matanya, ternyata yang ia peluk selama ini adalah batang pohon, batu nisan yang ia lihat tadi juga hanya sekedar batu biasa. 

“Mamat? Mat ini beneran elo Mat?” Rio menghampiri Mamat dan memegang pundaknya.

“Lo apaan sih! Iya ini gue, kita harus keluar sekarang juga!” ujar Mamat dengan kesal sambil melepaskan tangan Rio dari pundaknya. 

“Enggak Mat, kita harus cari Ari sama Ryan..” ujar Rio dengan yakin.

“Ga mungkin Yo, gue udah susah payah lari kemana-mana tapi nggak ketemu ujungnya, tiba-tiba gue malah ketemu lo lagi melukin pohon. Mendingan sekarang kita pergi” ujar Mamat.

“Tapi Ari.. tadi gue liat Ari, dia udah dibungkus kain kafan” jelas Rio sambil berpikir.

“Yo, demi apapun, Ari udah mati! Gue saksinya sendiri ketika gue lari sama dia!” ujar Mamat.

“Terus kenapa dari awal lo semua ninggalin gue sendirian?!” ujar Rio dengan keras.

“Yo, gue pergi sama anak-anak buat nyari pertolongan, karena saat itu cuma lo doang yang nggak sadar” jelas Mamat.

“Oke.. terus Ryan mana?” Tanya Rio. 

“Ryan.. Gue nggak tau di mana Ryan, kita misah sejak Ari.. sejak ari..—“ Mamat berbicara dengan terbata-bata lalu ia meneteskan air matanya..

“Kita harus cari Ryan sekarang” ajak Rio dengan yakin. Mamat hanya mengangguk lalu ikut di belakangnya. 

Rio dan Mamat menyusuri hutan yang gelap dan tidak ada cahaya sama sekali, bahkan sinar rembulan pun tidak bisa menerangi hutan ini. 

“Handphone lo mana? Sekarang jam berapa? Lo udah coba kontak semua orang?” Tanya Rio.

“Gue nggak tau di mana hp gue sejak kecelakaan tadi, tapi ini aneh, liat sendiri jam tangan gue” ujar Mamat sambil memperlihatkan jam tangannya. Waktu di jam tangannya tidak berjalan sedetik pun. 

“Batre jam lo mati kali, atau rusak karena kecelakaan tadi” bantah Rio.

“Enggak, coba lo liat jam tangan lo” ujar Mamat. Rio pun melihat jam tangannya dan benar saja, waktu berhenti berputar pada pukul 12 malam.

Ketika Rio dan Mamat sedang berdebat, tiba-tiba terdengar suara sebuah benda yang diseret. 

Rio dan Mamat langsung berhenti berdebat dan mereka saling bertatapan.

“Lo barusan denger apa yang gue denger?” Tanya Rio

“Kayak ada yang diseret?” Tanya Mamat memastikan, Rio mengangguk. 

Rio mencari dari mana suara itu datang, Rio dan Mamat saling melihat ke segala arah. 

“Di sana!” ujar Mamat sambil menunjuk, di belakang semak belukar samar-samar terlihat ada beberapa orang yang membawa obor. Rio dan Mamat menghampiri ke arah datangnya obor dan bersembunyi di balik semak-semak. 

  Terlihat dengan jelas dua sosok berbadan kurus kering,  banyak luka, kulitnya pucat, dan kepala mereka botak. Mereka terlihat sedang menggeret sebuah peti mati. Dua sosok itu berjalan ke arah tempat Rio dan Mamat bersembunyi. Ketika kedua sosok itu lewat tepat di depan Rio dan Mamat, mereka melihat di dalam peti mati itu terdapat tubuh manusia, dan itu adalah Ari!!