Try new experience
with our app

INSTALL

Bawah Sadar 

Part 2

  Rio membuka matanya secara perlahan, ia pun merasa pusing dan pandangannya tidak karuan. Isi mobil sudah berantakan dan hanya Rio sendiri, mobil pun dalam kondisi remuk bagian depannya. Rio pun membuka seatbeltnya dan mencoba keluar mobil. Handphone milik Rio tergeletak di tanah, Rio pun meraihnya dan segera menelpon teman-temannya, tapi ternyata tidak ada sinyal sama sekali. Rio meremas handphonenya dengan kesal. 

“WOOOI, LO PADA DI MANA? ARI, RYAN, MAMAAT?” teriak Rio dengan susah payah sambil menahan sakit, tapi tidak ada jawaban sama sekali, yang terdengar hanya suara jangkrik dan hembusan angin malam. Rio melihat sekitarnya dengan cahaya dari handphone, ia melihat jejak kaki yang melintang, di sisi lain terlihat sebuah jejak yang seakan-akan salah satu temannya diseret ke arah hutan, di jejak seretan itu terlihat bercak darah. Rio mengamati bercak darah yang masih basah. 

“Anak-anak pada kemana? Gila aja gue ditinggal sendirian, tau gini gue nggak usah ikut!” umpat Rio dengan kesal sambil menahan sakitnya. 

  Lalu Rio berinisiatif untuk mencari teman-temannya dengan kondisi badan yang sempoyongan dan hutan dengan kabut yang cukup tebal. Rio berjalan memanggil teman-temannya tetapi ia tidak menemukan apapun hanya terdengar suara jangkrik dan hembusan angin malam. 

Rio berjalan sudah cukup jauh, tapi anehnya ia malah balik lagi ke tempat mobil Mamat yang ringsek. 

“Wah bangsat, nggak beres ini, gue udah jalan jauh dari tempat ini kenapa gue tiba-tiba balik ke sini lagi!” Ujar Rio dengan curiga. 

 Tiba-tiba terdengar suara lirih dari arah yang tidak jelas datangnya. Rio coba memperhatikan sumber suara tersebut, suara itu semakin lama semakin jelas.. 

“Itu suara Ari!!.. RI LO DI MANA??” teriak Rio sambil berlari ke arah yang tidak jelas, karena suara tersebut datang dari berbagai arah.

Rio berlari  panik sambil menyinari sekelilingnya dengan cahaya dari handphonenya.

“Rio…tolongin..gue” suara Ari terdengar semakin jelas, suaranya sangat lemah, tapi suara Ari masih tidak jelas dari arah mana. 

“ARI.. GUE DI SINI.. LO DI MANA RI!?” Rio terus berlari sampai akhirnya ia terjatuh dan tersungkur ke tanah, handphonenya tergeletak tak jauh darinya. 

“Gue di sini Yo… tolongin gue..” suara lirih Ari terdengar jelas di samping tempat Rio jatuh. Rio menoleh.. dan terkejut ketika melihat Ari dengan kondisi yang sudah dibungkus oleh kain kafan dan darah yang berceceran di hidung dan mulutnya. 

“Rio.. tolongin gue.. gue disiksa, gue gak tenang.. cuma lo yang bisa bantu gue Rio” ujar Ari dengan suara lirih dan darah yang terus menetes dari hidung dan mulutnya. 

“Ri? Gak mungkin! Ini pasti bukan lo!” Rio terkejut, ia langsung bangkit dan lari terbirit-birit tanpa tujuan bahkan handphonenya tidak sempat ia ambil. 

“NGGAK, INI NGGAK MUNGKIN NYATA, INI PASTI CUMA MIMPI!!” teriak Rio sambil terus lari tanpa tujuan sampai kakinya tersangkut di batang pohon yang menjalar di tanah, Rio tersungkur dan ketika ia jatuh, lagi-lagi sosok Pocong yang menyerupai Ari tepat di hadapannya. “Ini cuma mimpi.. ini cuma--” ujar Rio dengan suaranya yang lemah dan tidak lama Rio pingsan. 

  Rio mulai membuka matanya perlahan, pandangannya kabur, ia meringis kesakitan sambil menyentuh kepalanya. Samar-samar ia melihat sesosok wanita sedang duduk membelakanginya. Sosok itu terlihat seperti ibunya.

“Mam…?” sapa Rio dengan ragu, tapi sosok itu tidak menoleh sama sekali. Tiba-tiba sosok itu malah menangis sesunggukan. Dengan pandangan yang kabur, Rio masih yakin bahwa itu adalah ibunya, bahkan Rio tidak merasa bahwa dirinya itu masih tersungkur di tanah tengah hutan.

“Mam.. Rio baru aja mimpi buruk.. mobil Rio jatuh ke jurang..” ujar Rio dengan suaranya yang lirih. Lagi-lagi sosok itu tidak merespon omongan Rio. Rio coba mengucek matanya berkali-kali, kini pandangannya sudah lumayan jelas, ia yakin bahwa sosok perempuan yang ada di hadapannya itu adalah ibunya. Rio lalu bangkit dan menghampiri sosok itu.

Sosok itu terlihat sedang menangisi sebuah batu nisan.

“Mam? Mama kenapa nangis?” perlahan Rio semakin dekat dengan sosok ibunya, Rio melihat ke arah batu nisan. Di batu nisan itu tertulis namanya “Rio Anggara 1996 – 2020”. Rio terkejut tidak menyangka bahwa itu adalah kuburannya sendiri. Nafas Rio mulai terisak-isak lalu mulai menangis dan tak menyangka apa yang sedang terjadi. 

“ini nggak mungkin, gue belom mati!” umpat Rio dengan rasa kesalnya.

“Mam, jangan nangis, Rio masih di sini, Rio ada di samping mama” ujar Rio. Rio memeluk sosok ibunya sambil memejamkan mata dan ia meneteskan air mata.

“Mam Rio di sini, Rio belum mau mati, Rio minta maaf.. maafin Rio, Mam” tangisan Rio semakin pecah di pelukan ibunya. Tiba-tiba sosok itu mengucapkan sesuatu.

“Maafin mama Rio, Mama nggak bisa ngejaga kamu, Mama sayang banget sama kamu. Semenjak Papa pergi, cuma kamu yang mama punya.. tapi sekarang kamu sudah sama Papa di atas sana.. Maafin mama” ujar ibu Rio yang masih tidak merespon keberadaan Rio, seakan-akan mereka sudah berbeda dimensi.