Try new experience
with our app

INSTALL

Bawah Sadar 

Part 1

  Alarm handphone berbunyi, Rio bangun dari tidurnya dengan malas, lalu ia bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Rio pun sudah siap berangkat, lalu ia menghampiri ibunya yang sedang memasak. 

“Mam, minta ongkos” ujar Rio. Ibunya hanya menggeleng seraya meraih uang dari kantongnya.

“Rio, kamu tuh sampai kapan sih minta uang terus sama mama? Kuliah kamu tuh harusnya udah selesai dua tahun lalu, kalau aja kamu ikutin kata mama, pasti sekarang kamu udah kerja, udah punya uang sendiri” jelas Ibu menasihati sambil memberikan uang seratus ribu. 

“Iya iya, nggak perlu diomongin terus, Rio udah tau. Bosen tau dengernya.” Ucap Rio dengan tegas, Ibunya hanya menghela napas. 

“Tambahin dong, seratus ribu kurang ini. Rio kuliah sampe malem Mam, mana cukup seratus ribu buat hidup sehari di Jakarta” keluh Rio. 

Ibu merogoh kembali sakunya dan menambahkan lima puluh ribu. Rio mengambil uang itu dan langsung pergi. 

“Ya ampun Rio, sampai kapan kamu begini.. Mama tuh sayang sama kamu, tolong jangan kecewakan Mama” gumam Ibu sambil memasak, wajahnya terlihat sendu. 

  Rio tiba di kampusnya, ia memarkirkan motornya di Fakultas Film dan Televisi, lalu pergi keluar kampus. Rio berjalan ke arah tongkrongannya yang tidak jauh dari kampusnya. Sesampainya di tongkrongan, Rio disapa hangat oleh teman-temannya.

“Woi si bangsat! Kuliah goblok, cabut mulu lo hahahaha!” sapa Ryan.

“Sampe kapan lu kuliah kagak beres-beres, inget nyokap di rumah udah sendirian” ujar Ari. 

“Bawel ye lo pada, nggak di rumah, nggak di tongkrongan, diceramahin mulu gue!” keluh Rio

“Jadi gimana nih besok? Ikut kan lo ke villa gue?” ajak Mamat.

“Duh gue nggak ada duit nih, lagian kalo gue nggak ikut ga masalah juga kan, udah rame sama anak-anak juga” ujar Rio

“Jangan gitu laah, ini kan acara gue, tega banget lo nolak undangan gue” keluh Mamat. 

“Ikutlah Yo, anak-anak yang lain pada berangkat duluan malem ini.” Ujar Ryan

“Iya, kita mah besok pagi aja santai, biar anak-anak yang nyiapin, kita tinggal dateng besok” ujar Ari.

“Yaudah iya iya, gue ikut.” Jawab Rio yang akhirnya luluh oleh ajakan teman-temannya. 

“Nah gitu dong, kalo lo ikut, gue siapin barang yang kayak biasa. Mumpung lagi enak nih barangnya... hahaha” ujar Ari. 

“Yang bener lu? Yang kemaren barangnya jelek gitu, gue sampe jual hp, sialan!” keluh Rio. 

  Siang itu pun Rio dan kawan-kawan habiskan hanya untuk nongkrong. Tak heran kenapa Rio saat ini belum lulus-lulus juga, padahal beberapa teman di tongkrongannya sudah ada yang lulus. 

  Langit sudah gelap. Rio sampai di rumahnya dalam keadaan mabuk, jalannya sempoyongan, beberapa kali Rio mencoba untuk sadar, tapi tidak bisa ia tahan. Akhirnya Rio tiba di kamarnya dan langsung merebahkan badan. Ia melihat layar handphonenya yang menunjukan tanggal 8 pukul 01:00 dinihari. Rio langsung menutup handphonenya dan memejamkan matanya.

  Keesokan harinya. Handphone Rio berbunyi, panggilan masuk dari Mamat terus berdering, tapi Rio masih tertidur pulas dengan air liur yang keluar dari mulutnya, rambutnya nampak berantakan. Rio akhirnya terbangun dari tidurnya sambil mengeluh kesal lalu menjawab panggilan Mamat.

“Halo.. berisik banget sih lo ga tau ini jam berapa? Kepala gue berat banget” keluh Rio

“Buruan siap-siap, gue sama Ryan, Ari, udah di jalan ke arah rumah lu” ujar Mamat di telpon.

“Hah? Cepet banget, kan kita berangkat siang?” jawab Rio dengan kaget.

“Ya emang siang, tapi ini udah mau sore! Lo nggak liat ini jam berapa? Udah buruan siap-siap, gue dah deket” ujar Mamat di telpon, lalu telpon dimatikan.

  Rio melihat jam dinding yang menunjukan pukul 02:00 siang, Rio terlihat kelabakan, ia mulai bersiap dengan buru-buru, padahal nyawanya belum seratus persen terkumpul. 

Singkat cerita Rio sudah siap berangkat, ia menghampiri Ibunya yang tengah bersantai sambil nonton televisi. 

“Mam, Rio minta ongkos dong, mau ada tugas syuting film nih di Bogor” ujar Rio. 

“Kamu tuh syuting mulu ya, tapi Mama nggak pernah ngeliat karya kamu, coba tunjukin ke mama film pendek karya kamu tuh kayak gimana sih?” Tanya Ibu pada Rio. 

“Ah gampang itu, ada di hardisk Rio di atas, tapi mau dibawa ini untuk copy data. Rio minta satu juta mah” pinta Rio. Ibu cukup terkejut.

“Nggak kebanyakan? Kamu kan syuting dapet makan di sana? Kamu tuh harus kasian sama Mama dong Rio, Mama ini sendirian ngurus kamu, pemasukan cuma dari uang pensiunan” Ibunya menghela napas. 

“Mama ini suka ngeluh, Mama mau Rio selesai kuliah secepatnya nggak?” ancam Rio. Ibunya hanya menggeleng lalu pergi ke kamar, dan kembali dengan uang satu juta yang ia berikan ke Rio. 

  Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari depan rumah Rio, pertanda Mamat sudah tiba. Rio langsung mengambil uang itu dan pergi meninggalkan ibunya tanpa memberikan salam.

“Rio hati-hati di jalan!” teriak Ibu pada Rio, tapi tidak ada jawaban. 

  Mobil Mamat melesat dengan cepat di jalan tol, sekarang mereka telah memasuki wilayah yang sangat asri dengan jalanan aspal yang hanya muat satu mobil, kanan dan kiri jalan hanya terdapat pepohonan rimbun. Matahari mulai terbenam, langit sudah mulai gelap. 

“Mat jalannya pelan-pelan aja, nggak ada lampu jalan sama marka jalan, buluk amat ini kampung” ujar Rio

“Yaelah gue udah sering kali bolak balik ke sini, emang begini, tapi nanti kalo dah deket sama Villa gue juga udah bagus jalannya. Mending lo bangunin Ryan sama Ari tuh, dari gue jemput lo mereka tidur terus, gue takutnya mereka mati... hahahaha” ujar Mamat sambil meledek.

“Woi monyet, pada tidur terus lo ya. Udah mau sampe ini!” bentak Rio ke Ari dan Ryan sambil melempar mereka dengan kotak tisu. 

“Ah bacot banget sih lu” keluh Ryan sambil menegakkan tempat duduknya dan mulai terbangun. 

Ari perlahan-lahan membuka mata, tiba-tiba cahaya menyilaukan mata Ari dari arah berlawanan. 

“Itu apaan terang banget” ujar Ari sambil menutupi matanya. Ternyata itu adalah truk besar dari arah berlawanan yang lampu sorotnya menyilaukan seisi mobilnya Mamat. 

  Mobil truk itu terus memberi kode dari lampunyadiselingi suara klakson yang panjang, ternyata truk itu remnya blong. Dari arah berlawanan, Mamat terpaksa banting stir ke bahu jalan. Truk itu turun dengan cepat dan menyerempet bagian belakang mobil Mamat. Mobil Mamat pun terserempet sehingga menabrak pembatas jalan, saat itu kondisi mobil Mamat sudah di ambang antara jalanan aspal dan jurang yang cukup jauh ke bawah. 

“STOOOP, SEMUANYA TENANG, KITA KELUAR SATU-SATU!” ujar Mamat. Semua terlihat panik.

“Gue keluar duluan!” ujar Rio. Tapi yang lain tidak setuju, dan mereka malah berebutan untuk keluar, tanpa mereka sadari mobil mereka semakin goyang dan akhirnya tergelincir masuk ke jurang. Rio pun langsung tidak sadarkan diri.