Try new experience
with our app

INSTALL

The Ocid 

1. Introduction

Rasyid adalah anak ke tiga dari empat bersaudara, anak pasangan dari bapak Abdurahman dan ibu Riana, rupanya sih biasa - biasa saja tidak tinggi tidak pendek, rambut agak panjang dengan sedikt jenggot, katanya dia adalah orang yang agak pemalas, mungkin dia pikir dirumah ini, tempat kita tidur seharian, dirumahnya di sekitar Bekasi, kalau selesai kerja, kalau udah pulang waktunya tidur.

Waktu ibunya bertanya, “memang kamu kerja dimana?, kerja kok ngga jelas kadang perusahaan sini kadang di perusahaan situ , kadang tidak pulang hampir berminggu - minggu bahkan berbulan – bulan. Bagaimana tidur kamu?, Bagaimana makan kamu?”, dan masih banyak lagi. 

Ocid hanya menjawab,” Ocid kerja di Perusahaan Kontraktor bu, yang kalau kontrak habis, nganggur atau dapat proyek lagi di Perusahaan yang lain”.

Ocid dipanggil namanya oleh orang tuanya, nama sebenarnya Muhammad Rasyid Ridlo, nama ulama dari timur tengah, tapi karena ibunya dan saudara – saudaranya yang lagi senang sama  tokoh lucu sinetron di televisi, maka jadilah namanya dipanggil Ocid, katanya nama kesayangan. 

Ia lulusan Fakultas Teknik Sipil di sebuah Universitas Swasta di Jakarta berbeda dengan keluarga yang berlatar belakang kedokteran, bahkan keluarganya memiliki sebuah Rumah Sakit di sekitar Bekasi, beberapa klinik dan sekolah kesehatan di Kerawang dan Bekasi. Kata orang, keluarga Ocid orang sangat mampu, tapi dia tidak mau bergantung  selamanya pada orang tuanya, pikirnya orang tua sudah kerja keras membesarkan dia dan saudara – saudaranya sekaranglah waktunya membalas kebaikan mereka.

Yang  juga perlu diketahui bapak Ocid dr. Abdurahman, M.Kes  adalah seorang pensiunan Polisi, setelah lulus AMN (sekarang AKPOL) dia diperintahkan untuk melanjutkan ke Pendidikan Kedokteran dengan pertimbangan waktu itu di daerah – daerah jarang ada Rumah Sakit  untuk polisi dan keluarga yang tugas di daerah. Di situlah juga ia bertemu dengan ibunya Ocid yang juga dokter, yang lagi tugas di daerah. Ibunya Ocid dr. Riana, SpA dulu seorang polisi / polwan sama dengan bapaknya, namun setelah kakaknya Ocid yang kedua lahir ibunya Ocid mengundurkan diri dari kepolisian. Sekalian dia ingin membangun usaha klinik sendiri dengan bantuan bapaknya dan keluarga ibunya yang akhirnya sekarang menjadi sebuah Rumah Sakit.

Saudara Ocid semua lulusan dokter di Perguruan Tinggi Negri  dan Perguruan Tinggi Swasta ternama, hanya dia bukan. Yang tua yang pertama laki – laki sudah nikah dan punya satu anak laki – laki dan telah menyelesaikan Pasca Sarjana di Australia yang kedua seorang wanita sudah nikah tapi belum punya anak juga sudah menyelasaikan Pasca Sarjana di Singapura mereka berdua mengambil Jurusan bisnis, maklum biar ada yang bisa mewarisi perusahaan orang tuanya, sedangkan yang bungsu perempuan baru menyelesaikan Kedokterannya. Ocid sudah diminta melanjutnya Pasca Sarjana di luar negri tapi menolaknya, 

Kata Ocid,”setelah menuntut ilmu, sekarang waktunya kerja”,

Kata ibunya,”kamu masih kecil, masih butuh waktu untuk belajar, cari sekolah yang dekat aja, biar bapak dan ibu gampang ngawasinya. Cari misalnya di Malaysia atau Singapura, disana banyak kampus – kampus bagus”,  ibunya berbicara sambil melihat - lihat komputer.

Kakaknya yang kedua dr. Aryati, MBA ikut menambahkan,” iya Cid kalau mau cari yang sesuai background Ocid, Arsitek, di Malaysia juga banyak kampus – kampus teknik arsitek, sekalian lagi banyak proyek – proyek siapa tau ada yang butuh bantuan, kalau sekolah bisnis sebaiknya di Singapura”. Sambil menyembutkan nama – nama  kampus yang ada.

Adiknya yang baru lulus Kedokteran tidak diizinkan kuliah keluar negri, maklum anak bungsu, perempuan lagi, ibunya yang melarang, nanti kalau sudah punya suami yang bisa jaga baru bisa kuliah di luar negri, sama nasibnya seperti kakaknya yang kedua.

Ocid sebenarnya punya usaha sendiri yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya, tehnik arsitektur yaitu usaha design bangunan / arsitek dan  kontrakator, tapi dia merahasiakan dari keluarganya. Belum besar katanya, belum saatnya. Uang yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit bahkan saat ia masih kuliah. Waktu kuliah ia pernah ikut kuliah kerja praktek di kontraktor perusahaan asing dengan membawa nama kampusnya. Setelah proyeknya selesai, manajer  di perusahaan kontraktor asing itu, pak Sucipto terkesan dengan kerjaanya, ulet dan bertanggung jawab dan mangajaknya untuk ikut mengerjakan proyek – proyek lainnya.

Kata pak Sucipto,”kami sedang mengerjakan proyek membangun sebuah mall di Surabaya dan Bali, kalau bisa kamu ikut kami mendesign dan seting segala suatu disana”, 

Ocid menganguk saja,” tapi saya harus lapor ke kampus pak, kira – kira berapa lama proyeknya selesai, pak?”.

“Kira – kira enam bulan”, jawab pak pak Sucipto

“Kamu kan masih bujangan, pacar saya lihat tidak ada, lapor ke kampus yang harus kamu utamakan, saya kira keluarga kamu pasti senang, kamu akan dapat pengalaman lebih selain pendapatan yang cukup”, tambah pak Sucipto,

“saya usahakan pak”, jawab Ocid. Tinggal ia bingung bagaimana caranya bicara dengan orang tuanya, pasti bakalan banyak tanya, yah bilang aja disuruh tugas ke Surabaya. 

 

Setelah ia lulus kuliah, pak Sucipto dia sekarang menjadi Direktur perusahaan kontraktor asing itu menyuruh ia untuk membuat sebuah perusahaan yang baru namun dengan usaha yang kecil, agar mendapat limpahan proyek – proyek kecil dari perusahaan induknya walaupun secara tidak resmi. 

“Cid, coba kamu bikin usaha kecil seperti CV untuk mentransfer / menindaklanjuti proyek – proyek kecil dari perusahaan induk seperti kitcehen set, dining set, cash flow buat rumah, AC dan sebagianya, kamu tanya - tanya ke Departmen Perindustrian dan ke Notaris”, kata pak Sucipto, Ocid agak bingung, bagaimana caranya?, akhirnya dia lihat – lihat di internet lalu ke Departmen Perindustrian dan ke Notaris.

Bakalan jadi calon pegusaha nih, walaupun memang darah seorang pengusaha sudah mengalir di dalam darah dagingnya, namun dia masih menimbang maklum baru pertama, sedangkan orang tuanya masih tidak tahu. Cukup lama Ocid menimbang, hingga akhirnya dia siap menjalankannya, adalah pak Sucipto yang akan membimbingnya, ada keluarga yang ia yakin pasti akan membantunya jika Ocid mengalami kesulitan. Walau perusahaaan yang masih kecil tapi usahanya sudah ada dan berjalan baik karena job – job dari perusahaan induk sering datang terutama dari temannya sang Direktur. Tinggal Ocid yang harus berterima kasih dengan pak Sucipto, tau sama taulah.