Try new experience
with our app

INSTALL

Dudung, Maman, dan Sebuah Villa  

Part 3

  Sementara itu di villa, Naya sudah terbaring di kasur sebuah kamar. Luka di dahinya sedang di bersihkan Dudung. Dudung terlihat sangat hati-hati. Maman datang membawa teh tawar hangat.

“Masa teh tawar doang sih Man? Kamu nggak ada obat gitu?” Tanya Dudung.

“Ya ini obatnya orang-orang kita. Sakit apapun pasti selalu teh anget!” seru Maman sambil meletakan teh hangat di samping Naya yang masih terbaring pingsan. 

“Dung, aku lanjutin motong rumput di luar ya. Kamu sekalian pasang jendelanya tuh” perintah Maman sambil berjalan keluar villa, Dudung hanya mengangguk sambil sesekali melihat Naya. 

“Ayu banget ya mbaknya, pasti kalo makan, makanannya mahal-mahal” gumam Dudung. 

  Tiba-tiba Naya mulai tersadar, jari jemarinya mulai bergerak, matanya perlahan terbuka. Pandangan Naya masih samar-samar. 

“Adam? Tadi aku kenapa ya dam?” Tanya Naya dengan lemas dan mengira Dudung itu adalah Adam. 

“Eh ini diminum dulu teh angetnya mbak” ucap Dudung. Naya yang sadar bahwa itu bukan Adam langsung terbelalak kaget melihat Dudung dengan kondisi wajah yang lebam akibat sengatan lebah.

  Naya langsung berdiri dan mencoba ambil barang yang ada di dekatnya sebagai senjata. Naya mengambil sapu lidi dan memukuli Dudung berkali-kali.

“Aduuuh ampuun, ampuuun, saya orang baik mbak” ucap Dudung sambil kesakitan.

“Kamu yang tadi mau bunuh kita di hutan kan? Sekarang aku ada di mana?! Ayo ngaku, sebelum temen-temenku datang ke sini!” seru Naya sambil terus memukuli Dudung. Dudung yang nggak kuat menahan sakit langsung lari keluar kamar dan menutup pintu. Naya mulai berhenti menyerang dan melihat sekitar, kamarnya tidak ada jendela, Naya hanya bisa keluar melalui satu pintu. Naya mulai bersandar pasrah, ia menoleh dan melihat segelas teh yang kini udah dingin, Naya langsung meminum teh itu sampai habis. 

  Beberapa saat kemudian, Dudung mengetuk pintu kamar tempat di mana Naya beristirahat sambil membawakan sebuah nampan yang berisi ubi dan singkong rebus dan juga air putih. Dudung membuka pintu, Naya terlihat takut sambil memegang sapu lidi lagi. Dudung perlahan menghampiri Naya dan memberikan makanan, tapi belum sempat ditaruh, Naya langsung melempar nampan itu, Dudung yang kaget langsung berlari keluar kamar. 

“Duuuh bener kan.. Mana mau dia makan ubi sama singkong rebus, harus nyari pizza di mana akuuu” gumam Dudung sambil bergetar ketakutan. Sementara itu di luar villa, Maman baru saja selesai mengisi bensin untuk alat pemotong rumputnya. Lalu Maman mulai melanjutkan pekerjaannya sambil bernyanyi.

“Nu penting mah asal neupi.. Ka tempat anu dituju” alunan lirik sunda mulai terlantun dari mulut Maman dan tanpa ia sadari, ia sedang diperhatikan oleh sekumpulan anak kuliahan di dalam hutan. 

  Di dalam hutan terlihat Jason, Adam, Roni dan Sandra sedang memperhatikan villa kumuh dan Maman yang sedang memotong rumput. Masing-masing dari mereka memegang pisau.

“Lo yakin ini rumah yang udah ngebunuh Michelle dan nyulik Naya?” Tanya Jason ke Sandra. Sandra hanya mengangguk sambil menahan tangisnya. 

“Ini nggak menutup kemungkinan kalo Naya nggak cuma diculik, bisa aja dia udah mati kayak Michelle” bisik Roni. Jason yang tidak menerima perkataan Roni langsung mendorong Roni sampai terjatuh.

“Maksud lo apa Ron! Gue yakin Naya masih hidup!” bentak Jason.

“Jason! Lo nggak liat di belakang tadi kondisi Michelle gimana? Kita nyaris nggak ngenalin mayatnya kalo nggak karena baju yang dia pake! Belum lagi Sandra bilang kalau mereka mau makan Naya, mereka itu bukan cuma pembunuh, tapi mereka juga kanibal!” bentak Roni, sedangkan tangisan Sandra semakin deras. 

“Dung.. kamu masih cari kayu bakar di hutan?” Tanya Maman dari kejauhan yang mengarah ke tempat Jason, Adam, Roni, dan Sandra berdiri. Mereka langsung merunduk, Sandra menutup mulutnya, sedangkan yang lain sudah siap memegang pisau.

“semuanya tenang, sekarang kita harus cari tau gimana caranya kita bawa Naya pulang dan pergi dari sini” ucap Adam menenangkan suasana yang panas.

“Katakanlah kita berhasil bawa Naya, abis itu kita pulang begitu aja? Bro.. temen kita mati karena mereka. Darah harus dibayar darah!” ucap Roni dengan amarahnya. Jason mengangguk setuju, Adam terlihat ragu, Sandra hanya menggeleng-geleng ketakutan. Sementara itu di villa. Kini Dudung membawakan nampan berisi sosis ayam dan telor ceplok. 

“Biasanya orang kota makanannya kayak gini kalo aku liat di tivi, semoga dia nggak marah lagi” gumam Dudung, Dudung mulai mengatur napas lalu mengetuk pintu dan masuk. 

“Maaf tadi aku nggak bermaksud buat jahatin kamu, tapi kita cuma punya ubi sama singkong, tapi aku tadi abis dari pasar beli telor sama sosis, siapa tau kamu suka” jelas Dudung, sambil perlahan menaruh nampan di dekat Naya. 

  Naya melihat isi nampan itu, perlahan-lahan ia mulai memakan makanan yang dibawa Dudung. Dudung mulai tersenyum.

“Sebenernya kalian siapa? Dan kenapa kalian bawa aku ke sini?” Tanya Naya dengan curiga.

“aku Dudung, temen ku yang satu lagi namanya Maman. Tadi pas kita lagi nyari kayu bakar, kita disengat lebah banyak banget makannya muka kita jadi begini.” Jelas Dudung. Naya mulai sedikit tersenyum mendengar cerita Dudung. 

“terus kita nemuin kamu tiduran di hutan, aku sama Maman langsung bawa kamu ke villa ini, soalnya di hutan banyak binatang buas” lanjut Dudung. 

“Aku mau cari teman-temanku” ucap Naya sambil berjalan tapi tiba-tiba ia hampir jatuh karena masih merasa pusing, Dudung menahan Naya. Saat itu Maman datang.

“Ehh mbak istirahat aja dulu, biar kita aja yang nyari temen-temen mbaknya, ayo bantu aku Man” pinta Dudung. Maman bantu membopong Naya ke kasur. 

“Jadi kalian itu emang benar-benar orang baik?” Tanya Naya.

“Iya mbak, kita di sini cuma tukang, disuruh renovasi villa sama juragan di Kota, sekarang mbak tidur aja, nanti mbak bangun, temannya udah di sini semua” jelas Maman. Naya pun mengangguk setuju dan mulai memejamkan mata. 

  Kembali di persembunyian Jason dan kawan-kawan. Jason terlihat sangat serius menyusun strategi penyerangan.

“Gue sama Roni masuk lewat pintu belakang, Sandra sama Adam coba lewat pintu depan dan alihkan perhatian mereka.” Perintah Jason. Jason melihat Roni, Adam, dan Sandra, mereka terlihat sangat yakin akan rencana ini. Jason memberi aba-aba.

“sekarang!” seru Jason. 

  Adam dan Sandra keluar dari hutan dan berjalan menuju pintu depan villa, sementara itu Jason dan Roni jalan mengendap-endap lewat hutan sampai akhirnya mereka tiba di belakang villa. “Mbak istirahat lagi yah, kita cari temen-temennya mbak dulu” ucap Dudung sambil menarik Maman keluar kamar. Di dalam Villa Dudung sudah bersiap-siap untuk mencari teman Naya, tapi Maman masih terlihat ragu karena sebenarnya ini bukan tugas mereka. 

“Dung, udahlah.. temennya nanti juga pada ke sini, kita nggak usah nyari mereka” ucap Maman, tapi Dudung menghiraukan. Maman langsung menahan tangan Dudung. 

“Dung, kamu suka sama dia ya? Makannya kamu ini semangat banget?” Tanya Maman. Dudung hanya nyengir sambil garuk-garuk perut gendutnya. Maman menggelengkan kepala. 

  Dudung dan Maman pun keluar melalui pintu depan, dan ketika sampai halaman depan, mereka tiba-tiba langsung diserang oleh Adam dan Sandra. Adam berlari sambil memegang pisaunya hendak menikam, tapi Adam tersandung dan secara tidak sengaja pisaunya mengarah ke tubuhnya lalu menusuk jantung Adam. Adam mati seketika.

“AAAAAAKKHHH.. LO SEMUA NGEBUNUH ADAM!!” Teriak Sandra yang panic, lalu ia menjatuhkan pisaunya dan berlari masuk ke dalam hutan sambil teriak panik. Dudung dan Maman kini terlihat makin panic, mereka menyaksikan langsung kematian teman Naya di hadapannya. 

“Aduuuh Man dia mati Maaaan” Dudung gemetar takut, tapi Maman coba menguatkan diri lalu mendekati mayat Adam yang mati tengkurap. Maman membalikan posisi mayat Adam dan melihat matanya yang putih. Maman kaget dan jatuh lalu pingsan. 

“Aduuuh Man kenapa harus pingsaaan, kamu di sini dulu ya maan, aku mau ngejar temennya ke hutan” setelah Dudung membenarkan posisinya Maman, Dudung pun pergi masuk ke dalam hutan. Sementara itu di pintu belakang.

“Bangsatt.. Adam mati! Gue harus bantu Sandra!” umpat Roni, baru saja mau pergi tapi ditahan sama Jason.

“lepasin! Sandra di hutan sendirian dan lagi dikejar dua orang pembunuh gila itu, gue harus bantu dia!” Roni langsung lari meninggalkan Jason. Jason perlahan memasuki villa itu lewat pintu belakang, kamar pertama ia buka, tapi tidak melihat sosok Naya.

“Naya.. Nay..” bisik Jason memanggil Naya. Jason mulai mencari Naya lagi. Sementara itu Roni tiba di depan halaman villa, ia melihat tubuh Maman tergeletak pingsan bersampingan dengan mayatnya Adam.

“satu mati, sekarang tinggal satu lagi” Roni mengambil pisau Sandra lalu pergi berlari masuk ke hutan.