Try new experience
with our app

INSTALL

Hantu Lukisan Tanpa Kepala, Fano.. 

Part 4 : Akhir cerita Fano

  Aku ambil segera buku itu, aku mencari halaman demi halaman. Teman-temanku terlihat sangat penasaran.

“Apa itu patty?” kata Gabriel penasaran. Sudah jangan banyak bertanya, buku ini akan memberitahu cara kita menidurkan Arwah Fano…

“Apa kamu yakin? Kita hanya akan mati…” kata Margareth, seperti sedang mempersiapkan kematiannya… kalau aku sih tidak mau!

“Diam, kalau tidak diam kamu akan cepat mati…” kataku….

  Aku terus mencari, yap… ketemu…aku tidak menyangka ada di buku ini… aku baca perlahan agar aku mengerti.

“Stefano/Fano, hantu tanpa kepala.Jika kamu memanggilnya maka waktu akan berhenti, Karena Fano tidak suka dengan waktu…Fano akan tertidur kembali pada pukul 4, saat ayam sedang berkokok…Maka janganlah kamu membangunkan Fano, karena kalian tidak akan pernah bisa menidurkannya..” 

  Astaga bagaimana ini… semuanya terlihat panik. Begitupun dengan aku… tapi sepertinya tidak untuk Gabriel, aku heran dengan orang-orang sepertinya, yang masih bisa berfikir ketika sedang terdesak, dia memberitahuku sesuatu…

“Tenang, kalau Fano akan tertidur kembali pada pukul 4 Pagi, dan jam tidak bergerak, kita yang harus menggerakkannya…” katanya

“Maksud kamu?” Kataku…

“Kalian tau kan disini ada sebuah jam dinding, kita harus mengambilnya, merubah jamnya ke jam 4 pagi dan membuat suara ayam berkokok…” katanya lugas.

“Benar juga, tapi ini semua harus Ananta yang melakukan, karena dia yang membangunkan Fano. Aku tidak mau…” katanya 

  Kami semua melihat Ananta, masih diam saja… Gabriel lalu menghampiri Ananta. “Ananta, kalau kamu mau bertanggung jawab dengan semua ini, bantu kami untuk menidurkan Fano, bagaimana? Kamu mau?” kata Gabriel dengan sangat lembut dan membujuk… Ananta yang merenung perlahan menunjukan wajahnya kea rah kami…”apa benar? Apa kalian tidak akan memusuhiku?” kata Ananta.

“jelas tidak Ananta, karena kamu sudah membantu kami… bagaimana? Mau?” kata Gabriel

  Ananta akhirnya mengangguk… kita semua senang. “mari kita ambil jam yang ada di sana” Gabriel menunjuk jam yang ada di dinding perpustakaan itu.

“Caranya, kita harus berpencar, hindari kapak kapak dari fano itu, alihkan perhatian Fano, aku akan mengambil jam nya dan ketika aku sudah merubah jamnya ke jam 4 pagi kalian harus membuat suara ayam…” katanya, seperti sudah terencana semua. Kami pun langsung mengangguk, dan segera melakukan hal yang diberitahu oleh Gabriel.

  Sesegera mungkin aku dan temanku semua berdiri, Ananta sudah terlihat punya tekad sekarang, kami mencoba membuat Fano teralihkan…beberapa kali Fano menjulurkan tangannya, lalu keluar Mata kapak yang sangat tajam yang membuat kami semua menghindar, Beberapa kali juga kami mencoba melempar sesuatu ke arahnnya, tapi Fano semakin mendekat kea rah kami…  Kalian tidak akan melihat Gabriel, karena dia menyusup masuk ke dalam meja-meja untuk sampai ke tempat jam dinding itu… Kami coba terus alihkan perhatian Fano, hingga sepertinya Fano terasa kesal. Ia menjulurkan kedua tangannya mengarah ke pada kami…Ananta yang sedang melepar sesuatu, seperti tersedot oleh tangan Fano… Srat….!! Ananta kini berada di dekapan Fano, seperti seorang penjahat menyandra seorang anak kecil…Kami semua kaget, termasuk Gabriel yang masih berusaha melewati meja demi Meja…

“Tolooong….!!!!!!!! Teman-teman… tolong akuu…” kata Ananta ketakutan. 

  Aku tidak bisa berbuat apa apa… Margareth malah mendesakku “Patty cepat lakukan sesuatu…” katanya. Gabriel sudah sampai di tempat jam dinding itu, aku memberanikan diri untuk berbicara kepada Fano. “Fano sudah, tenanglah… kami tidak bermaksud menggangumu…”kataku…Tapi sebuah kapak kembali muncul dari tangan Fano, seperti ingin menebas leher dari Ananta.  Gabriel masih mencoba meraih Jam dinding itu, dan dapat…!!! Tapi bersamaan dengan itu Kapak yang di pegang Fano sudah mengayun menuju leher Ananta.. Ananta berteriak “tidaaaaaaaakkk……!!!” Gabriel segera memutarkan jarum jam tepat pukul 4, sementara mata kapak itu sudah hampir mengenari leher Ananta….

“Fano… sudah jam 4 waktunya kamu kembali….” Kata Gabriel. Kami lalu mencontohkan suara ayam bersama, Aku dan Margareth berusaha menirukan suara Ayam. yang sedang berkokok…. Cahaya putih muncul… Fano lama-lama menghilang, Ananta tidak terkena tebasan Kapak dari Fano…

  Aku, Margareth, Ananta dan Gabriel seperti masuk ke dalam sebuah dunia lain yang baru… disana aku melihat seorang anak yang sedang berlari dari lorong sekolah seperti sedang ketakutan, di belakangnya tampak seorang pemuda, berpenampilan seperti pelukis sedang mengejar Lelaki itu dengan menggunakan kapak…

“Hei jangan lari kamu Fano!!” kata pelukis itu…

“Tidak, jangan mengejarku …” kata Fano sambil berlari…

“Kurang ajar, merepotkan saja…” kata pelukis itu kesal…

  Pelukis itu lalu dengan marahnya melempar kapak itu ke arah Fano, blast….!! Kepala Fano terputus dari lehernya… Pelukis itu langsung tertawa membawa badan Fano masuk ke sebuah ruangan, dan melukisnya sambil sesekali tersenyum dan menari… Whus….!!Tanpa di sadari kami tiba-tiba sudah berada di lorong sekolah, semua terlihat baik-baik saja… kami langsung mengampiri orang-orang tua kami…

“Papa…. “ kataku sambil memeluk Papaku yang sudah lama menunggu…

“Lama sekali, sayang… hampir saja papa susul kalian ke dalam…” kata papaku…

“Maaf ya pa, kelas sangat kotor, jadi kami bersihin kelasnya lama…” kataku sambil tersenyum. Kami semua saling pandang, merasa lega… karena kami akhirnya bisa kembali menidurkan Fano. Di jalan aku sangat terlihat lelah, dan sepertinya aku akan tertidur… sungguh bermain dengan hal-hal gaib sangat tidak di anjurkan… kalian hanya punya 2 pilihan, selamat atau mati… untung saja aku masih selamat kali ini…