Try new experience
with our app

INSTALL

Hantu Lukisan Tanpa Kepala, Fano.. 

Part 3 : Fano dan Kapak yang Menghujam

  Sementara di tengah kebingungan ini sebuah sosok datang, tanpa kepala dan memegang pundaku dan Ananta. Yang kemudian kami memang bersebelahan. Aku mencoba menoleh… perlahan-perlahan…. Dan…. Aku berteriak… sangat kencang yang membuat temanku, Ananta, Gabriel dan Margareth ketakutan. Aku melihat Fano, mereka ku rasa juga… kepalanya tidak ada.. dan hanya kucuran darah yang kerlihat di bagian lehernya… aku sangat takut, bagaimana ini… Margareth segera berlari, kami semua menyusulnya, ia terlihat sangat ketakutan… dari belakanganya aku melihat Margareth seperti sedang menangis…

“Retha…jangan lari… tunggu…” kataku sembari mengejarnya.

  Tapi seakan-akan Fano mengejar kami, tanpa bicara sedikitpun Fano seperti mengambil sesuatu dari bajunya… ya kalian pasti sudah bisa menebak itu… itu adalah kapak, yang biasa di gunakan untuk memotong kayu… Fano terus berlari mengejar kami…

“Tolong… tolong… aku gak mau mati…” kata Gabriel.

“Tenang Brie… kamu gak akan kenapa-kenapa…” kataku mencoba sambil memikirkan jalan keluarnya…

“Apanya yang gak apa-apa… kamu lihat Fano mengejar kita pakai Kapak…” katanya

  Ananta hanya diam, dia terlihat seperti sedang dalam masalah yang besar. Tapi aku tak mau pikirannya kosong, segera ku ajak dia bicara.

“Ananta, jangan bengong… kamu bisa kenapa-kenapa nanti… katakan! Apa ada mantra yang bisa di sebutkan lagi untuk menidurkan arwah Fano?” kataku…

  Ananta hanya menggeleng, mukanya pucat, kesok tahuannya tentang hal-hal gaib sudah luntur dalam sekejap… aku pun bingung harus berbuat seperti apa.Sudah aku berlari saja, sayangnya Fano sangat cepat.. ia mencoba menebaskan kapaknya kea rah kami… Brakk…!! Kami masih bisa menghindar, Gabriel melompat menuju kursi-kursi yang berada di koridor, sedangkan Margareth terbawa masuk ke salah satu laboratorium kimia, Ananta masih terpaku… Fano melihat kea rah Ananta, sesegera mungkin ia menghampiri Ananta. Mata kapaknya sudah bersinar, seperti ingin segera menebas kepala Ananta… Tapi aku segera berlari, mencoba mendorong Ananta jauh dari situ… Srat…! Brak…!!! Kapak itu mengenai Tembok… entah seberapa tajam kapak itu, tapi tembok pun bisa tembus ya… tidakk… aku harus segera berfikir… Dan aku ingat kalau buku merahku tidak ada di tas… aku gak berharap dari buku merah itu… tapi siapa tahu ada cara untuk menidurkan arwahnya… bagaimana ini….aku menyeret Ananta masuk ke dalam Perpustakaan, ia masih belum mau berbicara, hanya diam dan shock… aku mencoba berfikir, sembari duduk di sebuah rak buku, bersembunyi bersama Ananta. Fano masuk mencoba menebas semua yang ada di hadapannya…

“Patty ayo berfikir… ayooo…. Mary, Elise apakah kalian tidak bisa datang?” kataku sembari sesekali berdoa kepada tuhan. Dan aku ingat, ya ini adalah dunia lain… dunia tempat dimana Fano tinggal… pasti masih ada sesuatu disini, kalau seandainya di dunia ku buku-buku yang ada perpustakaan ini adalah buku pelajaran, apa mungkin buku yang ada di perpustakaan di dunia lain ini adalah cara untuk membuat Fano tertidur….

“Ananta, kamu disini saja… jangan kemana-mana aku akan mencoba melawannya.” Kataku dengan penuh percaya diri…

 Aku bangkit, keluar dari tempat persembunyianku… aku memanggil hantu Fano dengan percaya diri… “Fano, aku akan membantumu…” kataku berteriak kencang…

Fano melemparkan Kapaknya ke arahku, Kapak itu berputar kencang, aku tidak bisa bergerak, bagaimana ini… tiba-tiba… Srattt…. Margareth menarikku hingga terjatuh.

“Kamu bodoh Patty, kenapa diam saja.” Katanya marah..

  Gabriel juga, dia melemparkan apapun yang bisa di lemparkan kea rah Fano, tapi Fano tiba-tiba bisa mengeluarkan Kapaknya bertubi-tubi secara bersamaan…Ada 4 mata kapak yang akan menyerang kami… aku semakin bingung, Gabriel berteriak ketakutan “Patty, Retha, Ananta, bagaimana ini… aku tidak bisa seperti ini terus…” katanya terlihat sangat panik…Aku menggelengkan kepalaku, Margareth masih saja memaki Ananta “kalau saja kamu tidak sok tahu seperti itu! kita tidak akan jadi begini!!!” katanya sangat kesal. Ananta tidak bisa menjawab, ia hanya menutup telinganya erat. Ananta hanya berteriak… “tidakkkk… ini bukan salahku…!!! Bukan Salahku….!”Aku bingung bagaimana ini “kalian, tenanglah… kita pasti punya cara untuk bebas dari sini…” kataku..

“Omong kosong kamu Patty …” kata Margareth. “kita pasti mati…” katanya lagi, kulihat mereka sangat frustasi.. dan aku pun pasti akan seperti mereka jika baru pertama kali merasakan ini…

  Aku masih berpikir keras, bagaimana bisa bebas dari sini, sementara suara kapak terus menghujam tempat persembunyian kami, dan beberapa ada yang menembus rak kami, walau tidak mengenai kami...Kalian tahu yang aku pikirkan saat itu hanya buku merah, bagaimana aku bisa mendapatkan buku merah ku? Sementara jika aku memangil Elise untuk meminta bantuan aku harus bisa menuju ruang musik... tapi ini tidak bisa... Apa aku mencoba saja? Tapi terlalu beresiko, Fano ini sangat agresif, dia memang tidak punya kepala, tapi dia selalu mengintai...

“Ayo patty berpikir… bagaimana caranya untuk bisa lepas dari sini… buku merahku, datanglah kesini… berikan aku cara untuk bisa menidurkan Fano… Cllinngggg….! Sesuatu bercahaya dari dalam tanah… aku, Margareth, Gabriel, dan Ananta kaget… 

“Apa itu?” kata mereka secara bersamaan…Tiba-tiba muncul buku merahku dari dalam tanah itu….”apa?! sangat tidak bisa di percaya… mengapa buku itu bisa datang kesini?”