Contents
Dudung, Maman, dan Sebuah Villa
Part 2
Matahari mulai terbit dari balik pepohonan. Terlihat sebuah Villa kumuh dengan jendelanya yang bolong. Dudung terbangun dari tidurnya karena cahaya matahari yang menusuk langsung ke wajahnya. Belum lagi ia diganggu oleh suara mesin pemotong rumput. Dudung pun bangun dengan kesal sambil berjalan keluar villa.
“Man, berisik banget sih. Ganggu orang lagi tidur aja!” teriak Dudung ke arah Maman yang sedang memotong rumput halaman villa.
“Sengaja, biar kamu bangun terus kerja, enak banget aku yang kerja tapi nanti duitnya kamu yang abisin! Ke hutan sana, cari kayu bakar, terus bikin kopi, siang ini benerin lantai kayu yang lapuk, itu perintah dari Juragan!” suruh Maman sambil lanjut memotong rumput.
“Males ahh, aku takut ke hutan, rumputnya panjang-panjang bikin gatel!” seru si Dudung sambil garuk-garuk perut gendutnya yang menyembul.
“Iya iya aku temenin!” ajak Maman dengan malas, Dudung hanya nyengir karena berhasil membuat Maman ikut dengannya.
Di sisi lain dekat curug. Setelah berjalan menembus jalan setapak di tengah hutan akhirnya mereka tiba di sebuah curug yang tidak terlalu besar, tapi airnya sangat jernih. Tidak pakai lama, Roni langsung melucuti pakaian sampai menyisakan celana dalam lalu ia terjun. BYUURRRR..
“Wahh gila, asli! Ini airnya seger banget, ayo sini!” Teriak Roni dengan semangat sambil mencipratkan air ke teman-temannya. Saat itu juga Jason dan Adam ikut melucuti pakaiannya lalu ikut berenang. Tapi Naya, Michelle dan Sandra tidak berani ikut nyebur.
“Sandra, Naya, Michelle, ayo sini, seger banget airnya!” seru Adam kegirangan.
“Ehm.. iyaa, kita mau ganti baju dulu.. yuk genks” jawab Sandra sambil menenteng pakaiannya. Naya dan Michelle ikut di belakangnya.
Setelah Naya, Michelle, dan Sandra tiba di pepohonan, Sandra pun mulai ganti baju duluan. Dari kejauhan terdengar suara gergaji mesin yang semakin lama semakin dekat.
“Di sini deket perkampungan juga ya? Kamu denger suara gergaji mesin nggak sih?” tanya Naya sambil melucuti pakaiannya.
“Mungkin kampung yang kemarin kita lewatin kali, kan nggak jauh dari sini” jawab Sandra.
“masa sih? Bukannya kampung yang kemarin itu masih jauh dari tempat kita ya?” Tanya Michelle dengan heran.
Sementara itu di tengah hutan, terlihat Dudung dan Maman berjalan melewati jalan setapak yang mereka buat dengan memotong rerumputan tinggi. Ketika Dudung melangkah, ia tersandung sehingga membuat badannya terhuyung dan jatuh menabrak pohon yang ternyata di atasnya terdapat sarang lebah. Sarang lebah itu jatuh dan menimpa Maman. DUGG..!
“Aduuhh apaan nih?!” Maman mematikan mesin potong rumput sambil memegang kepalanya. Tiba-tiba lebah keluar dari sarang dan menyerang Dudung dan Maman. Mereka coba mengibas-ngibaskan lebah itu dengan tangannya.
“Aduuuh kamu mah nambah kerjaan aku aja sih Man!” ucap Dudung sambil mengibas lebah.
“Kerjaan apa, kamu dari tadi ndak ngapa-ngapain Dung!” jawab Maman dengan kesal. Lebah semakin banyak dan mulai menyengat, badan sampai wajah mereka kini banyak luka sengatan lebah.
“Man kita nggak bisa diem aja, ayo kita kabur!” Dudung ambil mesin pemotong rumput dan mulai menyalakannya kembali lalu menebas rerumputan di depannya dan mulai berjalan.
“Dung! Kenapa nggak kabur ke belakang aja sih!” ucap Maman dengan kesal, Dudung tidak mendengar karena dia terus berjalan, mau tidak mau Maman mengikuti Dudung.
Dudung tiba tidak jauh di tempat Naya, Michelle dan Sandra yang sedang mengganti pakaian. Dudung muncul sambil mengibaskan mesin pemotong rumput ke arah lebah-lebah dengan brutal. Hal ini membuat Naya,Michelle, Sandra terkejut seakan-akan melihat pembunuh sadis yang hendak menghabiskan nyawa korbannya!
“Haaaaah! Kalian akan segera mati!” seru Dudung kepada lebah-lebah yang menyengatnya.
“Aaaaaahhhh!! Pembunuhh!! Nay, Michelle, kita harus lari!!” Sandra semakin histeris dan mulai berlari meninggalkan Naya dan Michelle yang masih diam mematung karena kaget. Naya dan Michelle tersadar dan mulai berlari mengejar Sandra yang sudah semakin Jauh.
“Sandra.. tungguin aku!” teriak Naya, tapi Sandra terus berlari. Naya berlari semakin cepat tapi sayang kakinya tersandung akar pepohonan lalu kepalanya terbentur bebatuan dan Naya terjatuh pingsan. Michelle bisa saja menolong, tetapi ia takut untuk kembali, ia pilih untuk terus berlari.
Sementara itu Sandra sudah tidak terlihat dan kini Michelle sendirian, Michelle mulai tersesat di tengah hutan dan tiba-tiba di semak-semak ia mendengar sesuatu. Michelle menutup matanya sambil meringis ketakutan. Beberapa saat kemudian suara itu menghilang, Michelle mulai membuka mata, ia mulai tenang, tapi tiba-tiba seekor beruang langsung menyerang Michelle habis-habisan.
“NAYAAA.. SANDRAA.. TOLOOO—“ teriak Michelle yang kini isi perutnya terburai akibat cabikan si beruang. Muka Michelle hancur, bola matanya menggantung keluar, wajahnya nyaris tidak dikenali. Michelle pun mati dengan kondisi mengenaskan.
Maman tiba di tempat Dudung, Dudung sudah terkapar di tanah sambil terus mengibas-ngibas lebah dan mesin pemotong rumput sudah tergeletak mati karena kehabisan bensin. Maman mulai menepak pipi Dudung berkali-kali untuk menyadarkannya.
“Dung! Sadar! Lebahnya udah ilang!” teriak Maman. Dudung langsung terdiam dan mulai membuka mata. Maman sudah mulai malas mengurusi Dudung yang manja, Maman coba membuang pandangannya dan tanpa ia sadari ia melihat seorang perempuan cantik jatuh pingsan di tengah hutan.
“Dung! Itu.. itu kok ada perempuan ya?” teriak Maman sambil menunjuk ke arah Naya yang tergeletak.
“Mana? Mana?” Naluri lelaki Dudung keluar, Dudung langsung bangun sambil melihat ke segala arah dan berakhir melihat ke arah yang ditunjuk Maman. Tidak pakai lama Dudung langsung berlari ke arah perempuan itu.
“Soal makanan sama perempuan nggak pernah mau ngalah sama aku!” sindir Maman.
Dudung dan Maman pun coba menyadarkan Naya, tapi Naya tidak sadar-sadar, terlihat luka di bagian dahi akibat benturan.
“Man, dia terluka, kita bopong aja terus kasih obat di villa, kasian dia di hutan sendirian, nanti dimakan macan” saran Dudung.
“Kalo di villa, dia dimakan kamu!” jawab Maman sambil berteriak, lalu ia membantu Dudung membopong Naya. Dudung dan Maman sudah membopong Naya dan membawanya ke Villa tanpa mereka sadari ternyata Sandra menyaksikan itu semua dari jarak yang tidak terlalu jauh. Wajah Sandra terlihat takut dan khawatir. Lalu Sandra mulai berlari ke arah curug untuk memanggil teman-temannya.