Contents
Dudung, Maman, dan Sebuah Villa
Part 1
Di teriknya matahari, sebuah mini bus melintasi jalan pedesaan asri yang terlihat sepi. Di dalamnya terdapat tujuh anak-anak kampus dalam perjalanan ke sebuah camping ground yang terletak di area kaki gunung. Saat mereka melewati pertigaan, mereka dikejutkan oleh sebuah mobil pickup yang memotong jalannya.
“Brengsek! Orang kampung kaga tau aturan!” Umpat Roni yang sedang menyetir mobil
Keenam teman-temannya masih terkejut, tiba-tiba mobil pickup tadi menyalip mobil Roni. Mobil mereka berdampingan dan mereka saling bertatapan, anak-anak kampus itu ketakutan melihat dua pemuda di dalam mobil pickup yang satu gendut dan yang satu kurus. Dua orang pemuda itu adalah Dudung dan Maman, penampilan Dudung saat itu sangat lusuh, ada bekas lumpur yang mengotori mukanya, kemejanya tidak ia kancingkan sehingga perut gendutnya terlihat menyembul keluar. Sedangkan Maman menyetir mobil dengan keadaan tidak memakai baju memperlihatkan tubuhnya yang kurus kering dan banyak luka di sekujur tubuhnya, ia terlihat santai sambil menghisap sebatang rokok dan menatap tajam ke arah mobil anak-anak kampus, lalu mobil Dudung dan Maman pun melaju menyalip mereka.
“Aku tuh udah berapa kali bilang sama kamu Man, itu luka bekas cacar mu itu lho sembuhin pakai salep” Ujar Dudung sambil melihat sekujur badannya Maman.
“Loh.. biarin aja Dung, orang yang ada bekas luka itu keliatane sangar toh?” jawab Maman
“Ya tapi kan ndak luka bekas cacar juga Man, terserah kamu aja lah” balas Dudung dengan nada bicara yang malas
“Eh tapi tadi kamu liat ndak Dung, di mobil yang tadi ceweknya ayu-ayu loh, kayaknya dari kota yah?” Ujar Maman dengan semangat.
“Ya kayaknya sih gitu Man, tapi apalah kita, Cuma orang kampung yang kerjanya serabutan, mana bisa macarin perempuan kayak mereka” jawab Dudung dengan pasrah.
“Tapi seenggaknya kamu tuh orangnya baik Dung” balas Maman sambil merangkul Dudung. Dudung tersenyum kecil, Maman pun menancap gas.
Setelah dari beberapa tempat, Dudung dan Maman akhirnya tiba di sebuah toko bangunan, mereka melihat sebuah minibus yang familiar.
“Lho itu bukannya mobil yang tadi ya Man? Pintu mobilnya ndak ketutup rapet tuh Man” Ujar Dudung.
Maman mendekati mobil itu sambil melirik ke bagian dalam untuk memastikan, di dalamnya terlihat seorang perempuan, Sandra, yang sedang tertidur pulas di kursi belakang. Sandra terbangun dan membuka matanya perlahan lalu terkejut danberteriak histeris melihat siluet seseorang yang mengintip ke dalam mobil. Dudung dan Maman langsung berlari masuk ke toko material untuk menghindari Sandra.
“Aaaaaaahhhh!!!” Teriak Sandra sampai membuat teman-temannya yang sedang berpencar mendadak lari ke arah Sandra.
“Lo pada kemana sihh kok ninggalin gue sendirian?!” Tanya Sandra ke teman-temannya.
“Sorry tadi kayaknya lo capek banget kita nggak enak bangunin lo” Jawab Naya.
“Iya, gue juga harus beli keperluan lain nih, soalnya beberapa peralatan ada yang ketinggalan.” Jawab Jason.
“Terus yang lain pada kemana?” Tanya Sandra
“Roni, Adam, sama Ray lagi nyari warung atau mini market buat beli cemilan sama rokok. Lo temenin gue aja ke material, dari pada di sini sendirian ntar malah mimpi buruk!” jawab Jason sambil berjalan ke arah toko material
“Ihh tadi tuh beneran tauu!” teriak Sandra sambil berlari kecil mengikuti Jason.
“Dari awal gue juga udah nggak setuju kalo kita harus ke camping ground di daerah sini, warganya aneh-aneh!” seru Jason.
Di sisi lain, terlihat Maman sedang berdiri di depan kasir, lalu masuk Jason dan Sandra. Mereka sempat saling tatap menatap sambil berlalu.
“Gergaji satu, pastiin gergajinya tajem yah kang” ujar Maman ke kasir dengan nada yang mengintimidatif. Jason dan Sandra mendengar itu pun mulai curiga. Sandra terlihat bisik-bisik ke Jason sambil melirik ke arah Maman. Ketika Maman menoleh ke arah mereka, Sandra langsung paniK. Jason dan Sandra berpisah di sebuah lorong barang-barang. Sandra sedang melihat alat-alat mandi dan tiba-tiba di ujung lorong ada sebuah sosok siluet hitam berbadan besar sambil memegang palu. Sandra yang panic langsung terjatuh dan menutup matanya.
“Aaaahh! Toloooongg!!” teriak Sandra. Saat itu siluet hitam besar mendekat ke arah Sandra, semakin dekat Sandra makin menutup matanya, dan sosok itu pergi melewatinya begitu saja. Pada saat itu juga Jason menghampiri Sandra.
“Lo kenapa sih? Dari tadi parnoan banget! Nggak ada apa-apa di sini” jelas Jason sambil membantu Sandra berdiri.
“Dung! Kamu udah dapet belom barang-barangnya?” Teriak Maman ke arah Dudung.
Sebuah siluet hitam besar tadi memperlihatkan sosoknya yang ternyata adalah Dudung sambil memegang palu dan kawat.
“Udah nih Man, palu sama kawat, alat yang lain udah aku siapin di villa” Jawab Dudung. Lalu Dudung dan Maman kembali melanjutkan perjalanannya menuju villa yang akan direnovasi. Cahaya rembulan menyinari sebuah camping ground yang terletak di kaki gunung. Terlihat tiga tenda yang berdiri. Tiga tenda itu di isi oleh Jason, Naya, Ray, Michelle, Adam, Roni dan Sandra. Saat itu mereka terlihat sedang berkumpul di tengah api unggun, Adam memetik gitar dan mulai melantunkan sebuah lirik yang indah. Naya, Sandra dan Michelle sibuk menyiapkan bahan-bahan makanan sambil ngobrol.
“Tadi siang kamu kenapa, Sandra?” Tanya Naya yang penasaran.
“Kalian masih nggak percaya kalau tadi itu kejadian nyata? Gue tuh diintipin sama orang kampung pas lagi tidur!” jelas Sandra.
“Bukannya nggak percaya kali, lo aja yang parno banget orangnya” timpal Michelle.
“Yaudah nggak usah dipikirin, kita kan ke sini buat senang-senang.” Lanjut Sandra sambil menusuk sosis di tusukan sate.
“Guys, boleh minta waktunya sebentar? gue mau cerita” ujar Jason dengan nada serius. Kemudian Adam mulai berhenti memetik gitar. Perempuan mulai menghentikan aktifitasnya. Sandra kini mulai terlihat parno lagi.
“Kalo lo cuma mau nakut-nakutin, mending gue tidur sekarang juga!” umpat Sandra, Jason hanya balas dengan gelengan kepala. Kini semua melingkari api unggun dan terlihat serius menyimak Jason.
“Gue nggak mau pendam ini sendirian, karena ini untuk keselamatan kita semua” jelas Jason sambil menatap semua teman-temannya.
“Dari awal gue punya perasaan yang nggak enak sama camping ground ini. Pertama, ini weekend, kenapa camp ground ini cuma ada kita doang? Bahkan pas kita masuk tadi, yang jaga pos aja nggak ada. Kalian yakin ini camp ground masih layak ditempati?” Jason mengeluarkan semua isi hatinya.
“bisa jadi.. pos jaga di depan aja udah kumuh berantakan gitu, kayaknya sih emang udah lama nggak ditempatin.” balas Adam. Jason mengangguk yakin.
“Jason, udah jangan dilanjutin. Kamu tega sama Sandra?” bela Naya pada Sandra.
“Tau ah! Lo mau gue pulang malam ini juga?” seru Sandra.
“Emang berani?” tantang Jason yang membuat tangisan Sandra pecah. Naya dan Michelle segera menenangi Sandra.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki orang berlari dari semak belukar. Para perempuan mulai panik, Adam berdiri di depan mereka. Jason berjalan pelan menghampiri suara derap kaki dari semak belukar, semakin dekat.. semakin dekat.. dan tiba-tiba BRUGGG, Jason ditabrak oleh Roni yang terlihat sangat senang seakan-akan baru saja menemukan harta karun.
“Bangsat lo Ron!” umpat Jason
“Eh sorry-sorry, gue liat di belakang camp ground ini ada curug! Nggak jauh dari sini, cuma lima belas menit jalan kaki. Lo pada nggak gerah apa? Mending kita ke curug aja bareng-bareng!” jelas Roni dengan suara yang sangat senang.
“siapa yang jaga camp kita nanti?” Tanya Adam.
“barang-barang berharga mending bawa aja, gue sih pengen cepet-cepet berendem” balas Roni. Naya, Michelle dan Sandra mulai saling bertatapan tanda setuju, Sandra terlihat ragu dengan ajakan Roni.
“Ron, Ini udah malem, mending kita istirahat dulu.” ucap Jason pada ajakan Roni. Roni terdiam dan sadar bahwa Sandra masih terlihat paranoid.
“Iya iya maaf, yaudah besok pagi kita ke sana, oke?” tanya Roni memastikan. Semuanya mengangguk senang. Malam itu mereka habiskan dengan bernyanyi ria sambil melingkari api unggun dan memakan jagung bakar.