Contents
Bollywood In Garut
Chapter 4: Kisah Cinta yang Dipertemukan dan Diakhiri
“Lepasin.. Kat.. Lepasin” Lilis berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Katrina.
“Aku tahu kamu pasti marah sama aku. Tapi tolong, Lis. Percaya sama aku. Aku ingin mengakhiri ini semuanya. Aku berjanji akan menyelesaikan semuanya malam ini.” Katrina pun akhirnya terduduk. Ia benar-benar memohon Lilis memaafkannya.
“Aku teh kaget gak nyangka. Kalau kamu itu ternyata gembong narkoba yang sedang dicari-cari Polisi. Tega kamu teh. Itu a Dadang kasihan. Demi kamu sembuh dia rela kehilangan jabatannya. Ternyata kamu teh cuma pura-pura sakit. Ini semua rumah sakit teh akal-akalan kamu sama teman-teman kamu.”
Lilis kemudian beranjak pergi. Tetapi Katrina kemudian menahan tangan Lilis. Katrina menangis di tangan Lilis.
“Lilis, aku cerita semua ke kamu bukan untuk kamu hakimi. Tapi karena aku percaya kalau kamu orang satu-satunya yang akan membantu aku. Aku tidak pernah tahu, Lis, kalau Dadang begitu mencintai aku.” Lilis mencoba melepaskan tangannya tetapi Katrina tetap menahannya.
“Dan aku.. aku yang kini sadar kalau aku juga cinta sama Dadang. Aku telah banyak salah kepada Dadang, Lis. Aku ingin mengakhiri semua ini. Aku tidak ingin Dadang tahu ini. Dadang pasti akan kecewa dengan aku, Lis.” Lilis terdiam. Tetapi kini Lilis membangunkan Katrina. Lilis menatap dalam Katrina.
“Bener kamu teh cinta sama a Dadang? Kamu ingin berhenti jadi gembong narkoba?” Katrina mengangguk sembari menangis. Katrina memeluk Lilis. Tangisan Katrina semakin menjadi.
“Aku bodoh, Lis. Bodoh. Aku menipu lelaki sebaik Dadang. Dan hati aku tidak kuasa untuk membohonginya lagi.” Katrina berusaha menghapus air matanya. Ia pun mengeluarkan sebuah surat.
“Lis, berikan surat ini kepada Dadang. Malam ini aku akan menggagalkan pengiriman narkoba yang akan dilakukan oleh teman-temanku. Setelah itu aku akan menghilang selama beberapa waktu.” Lilis nampak terkejut dengan ucapan Katrina. Katrina berusaha kembali menjelaskan.
”Mereka pasti akan mencariku, Lis. Tidak gampang untuk kabur dari jaringan mafia narkoba. Aku akan kembali dengan identitas baru, Lis. Aku harap Dadang mau menunggu dan memaafkan aku. Dan kamu tetap mau anggap aku sebagai temanku.” Lilis kemudian bertanya
“Di surat ini kamu bercerita jujur kepada, a Dadang?” Katrina nampak mengangguk. Ia pun mengelus pipi Lilis.
“Jika kamu memulai sebuah hubungan dengan tidak kejujuran. Maka kepahitan akan menerpa di akhirnya. Aku sudah ikhlas, apakah Dadang mau memaafkanku atau tidak. Setidaknya aku sudah jujur dan aku mau berubah.”
Lilis pun mengelus tangan Katrina yang menempel di pipinya. Katrina pamit pergi kepada Lilis. Lilis mengangguk. Katrina pun pergi dengan berhati-hati. Ia berjalan cepat sembari melihat ke sekitarnya. Ia takut jika ada orang dari rumah sakit yang bukan bagian dari kelompoknya mengenali dirinya. Sementara Lilis sudah berjalan kembali ke rumah sakit. JREEENG! betapa kagetnya Dadang ketika melihat Katrina yang sedang berjalan cepat ke suatu arah. Dadang ternyata masih di sekitar rumah sakit. Dadang tengah menyantap semangkuk mie ayam. Dadang yang penasaran kemudian mengikuti Katrina. Dadang berusaha mengimbangi gerak langkah Katrina. Katrina seperti merasa diikuti. Beberapa kali Katrina menengok ke belakang. Namun, tidak ada siapa-siapa. Katrina kembali melanjutkan langkahnya.
Dadang terheran ketika Katrina menuju ke sebuah gudang kosong di sebelah peternakan domba yang selama ini menjadi tempat penelitian Katrina. Betapa terkejutnya lagi Dadang ketika melihat dari gudang itu keluar sebuah mobil. Tidak lama kemudian, terlihat orang-orang mengeluarkan beberapa karung. Dadang semakin shock ketika tahu kalau isi karung itu adalah sabu. Dadang tidak bisa berkata-kata. Gadis yang selama ini dicintainya adalah seorang pimpinan narkoba di wilayah yang ia pimpin. Hati Dadang hancur. Dunia Dadang seakan runtuh. Dadang tertunduk lesu. Dadang menangis tersedu. Dadang merasa cintanya yang tulus telah terkhianati.
Salah satu anak buah memberi tanda kepada Katrina bahwa semuanya sudah selesai dilaksanakan. Katrina pun meminta semuanya untuk berangkat. Katrina masuk ke dalam mobil. Dadang melihat itu dengan hati yang pedih. Dadang mencoba menghela nafas panjang. Dadang pun menghapus air matanya. Dadang mengeluarkan handphonenya. Dadang mencari kontak atasannya. Dadang menelpon atasannya. Dengan nada terisak-isak. Dadang memberitahu bahwa malam ini ada pengiriman narkoba. Awalnya komandan Dadang tidak mempercayai, tetapi Dadang bersumpah atas nama Tuhan bahwa kali ini Dadang akan menggagalkan pengiriman narkoba itu. Dan menangkap gembong narkoba yang selama ini dicari. Meski itu adalah kekasihnya sendiri.
Di pagi hari, domba-domba yang ada di peternakan tiba-tiba mengamuk. Ia selalu berontak ingin keluar dari kandangnya. Lilis yang sedang memberi makan domba nampak kaget. Lilis mencoba menerka-nerka apa ini ada kaitannya dengan keadaan Katrina. Dan benar saja, salah satu petugas yang ada di peternakan di sana berlari terhuyung-huyung hendak memberi kabar kepada Lilis. Lilis mencoba menenangkan petugas tersebut.
“Eta neng Katrina ternyata bandar narkoba nyak. A Dadang anu nangkepna oge. Ai A Dadang geus balik deui jadi polisi?”
BRUUUUK!! wadah tempat rumput yang dipegang oleh Lilis terjatuh. Lilis kaget mendengar kabar kalau Katrina ditangkap oleh Dadang. Dadang harus tahu kejadian yang sesungguhnya. Lilis harus menyampaikan surat yang diberikan oleh Katrina. Lilis pun kemudian bergegas berlari. Petugas peternakan itu pun sampai kena tabrak oleh Lilis.
“Ai eta neng Lilis kumaha.. kakalah pergi ditanya teh.”
Lilis terus berlari. Sepucuk surat dari Katrina nampak tergenggam di tangannya. Namun, karena saking terburu-burunya Lilis lari. Lilis tidak melihat mobil yang melaju dengan kencang. Lilis berteriak kencang dan BRAAAAAK! Lilis tertabrak. Surat yang ada di genggaman Lilis terbang. Sementara Lilis terpental dan berguling mengikuti jalanan turunan yang ada hingga kemudian kepalanya membentur batu. PRAAAAK! Lilis pingsan. Sedangkan sepucuk surat itu masih terbang dan melayang di udara. Mengikuti arah angin yang menerbangkannya.