Contents
Master of Masters
5. Tugas dari Master Alexis
Penampakan jalan raya kota malam hari. Mobil anak buah Alexis sedang melaju kencang untuk lolos dari kejaran para polisi yang menginginkan menangkap Raja Pencuri Sadam Pamungkas.
Di dalam mobil terjadi perbincangan.
"Siapa kalian dan apa mau kalian?" tanya Sadam Pamungkas dengan tegas.
"Kau akan tahu, saat bertemu dengan tuan kami!" ujar Bagus.
"Siapa tuan kalian?" penasaran Sadam Pamungkas.
"Tunggu saja, lihat saja nanti, kau akan tahu nanti!" kata Bagus.
Penampakan pinggir jalan raya kota. Masyarakat pengendara kendaraan bermotor berlalu-lalang. Polisi-polisi sibuk menyelidiki. Mereka juga mondar-mandir mencatat ini itu termasuk beberapa barang bukti.
"Pak, tolong cek plat mobil nomor empat empat enam satu!" perintah Andhika Ardan kepada salah satu anggotanya.
"Siap, Pak!" jawab polisi itu dengan menghormat lalu bergegas pergi.
Sementara di rumah Alexis.
Penampakan halaman depan rumah Alexis yang mewah dan hijau asri, penuh beraneka macam tanaman daun. Mobil berplat nomor empat empat enam satu datang. Bagas, Bagus, Sadam Pamungkas, dan anak buah Alexis yang lainnya turun dari mobil itu.
"Mari ikuti aku!" ajak Bagus. Bagus membawa masuk Sadam Pamungkas. Sadam Pamungkas menurut saja.
Di dalam rumah Alexis, di ruang televisi.
"Tuan Master Alexis, Sadam Pamungkas sudah kami dapatkan!" kata Bagus.
"Welcome, Master Sadam Pamungkas! Aku Master Alexis!" Alexis mengulurkan tangannya dan Sadam menjabatnya.
"Oh, saya tahu Anda, Tuan! Anda adalah Master para Master! Master dengan kekuatan tak tertandingi!" kata Sadam Pamungkas.
"Hahahaha ... ya kau benar sekali, Master Sadam Pamungkas! Akulah Alexis, Master terkuat dari para Master yang ada!" sombong Master Alexis. "Perkenalkan, ini adalah Alisya, adik kesayangan Master Alexis!" katanya kemudian. Sadam Pamungkas bersalaman dengan Alisya. Sadam Pamungkas terpanah dengan kecantikan Alisya. Master Sadam Pamungkas aku menyelamatkan dirimu dari Master Andhika Ardan bukan tanpa tujuan!" Alexis menepuk bahu Sadam Pamungkas. Sadam Pamungkas tersadar dari terpanahnya.
"Apa maksud Anda Tuan Master Alexis?" tanya Sadam Pamungkas.
"Tidak gratis yang aku lakukan padamu, Master Sadam Pamungkas!" terang Alexis.
"Aku bukan orang kaya yang bisa membayar Anda dan aku tidak pernah meminta Anda menolongku!" kata Sadam Pamungkas.
"Aku tahu, tapi kalau kau tahu berterima kasih, kau bisa membayar dengan menjalankan tugas berat dariku!" kata Master Alexis.
"Membayar dengan menjalankan tugas berat dari Anda?" tanya Sadam Pamungkas memastikan.
"Iya, dan kau tenang saja, akan ada imbalannya! Imbalannya lebih dari cukup dari pada kau mencuri sehingga untuk beberapa waktu kedepannya kau tidak perlu capai-capai mencuri dulu!" kata Alexis.
"Tugas apa, Tuan Master Alexis? Saya Master dengan level rendah merasa terhormat bisa mendapatkan tugas dari Anda, Master para Master!" kata Sadam Pamungkas.
"Tugas yang akan aku berikan melenceng dari kriminal yang biasa kau kerjakan, Master Sadam Pamungkas. Aku hendak menugaskan dirimu untuk membunuh polisi kepala bagian narkotika, namanya Pak Fiksi. Sekarang juga, malam ini juga, bunuh dia, Master Sadam Pamungkas! Kau sanggup, Master Sadam Pamungkas?" kata Alexis.
Sadam Pamungkas terdiam dan berpikir sejenak. Mengingat semua hal buruk yang sejak kecil terjadi padanya. Ketidak adilan dan penangkapan yang dilakukan polisi tanpa alasan padanya sejak kecil membulatkan tekadnya. Ia memberanikan diri menerima tugas itu dengan segala resikonya.
"Saya sanggup, Master Alexis, Master para Master!" jawab Sadam Pamungkas dengan yakin.
"Bagus, Master Sadam Pamungkas! Kau bisa menggunakan senapan ini! Ini bisa menembak jitu dari jarak yang cukup jauh!" Alexis memberikan sebuah senapan canggih kepada Alexis. "Kau bisa menggunakannya?" tanyanya kemudian.
"Bisa, Tuan! Ini akan mempermudah tugas yang Anda berikan!" jawab Sadam Pamungkas.
"Aku ingin kau membunuhnya dari jarak jauh karena aku tidak mau meninggalkan jejak dan akan mengarah kepadaku pada akhirnya! Pastikan kau tidak terlihat olehnya atau siapa pun juga, apalagi sampai tahu aku di balik semuanya!" perintah Alexis.
"Oke!" jawab Sadam Pamungkas dengan yakin. Alexis mengangguk tersenyum dengan yakin juga, karena merasa lega Pak Fiksi yang akan menjadi penghalang, penghambat bisnisnya akan segera tiada.
"Bagus, ambilkan Bir! Alisya ambilkan uang!" perintah Alexis.
"Maaf, Tuan Alexis, saya tidak minum bir!" tolak Sadam Pamungkas.
"Oke, kau mau minum apa? Kau pasti lelah dan haus setelah kejar-kejaran dengan para polisi itu!" tawar Alexis.
"Air putih saja, Master Alexis!" jawab Sadam Pamungkas. Alexis menuang air mineral ke dalam gelas dan memberikannya kepada Master Sadam Pamungkas. "Terima kasih, Master!" Sadam Pamungkas menerima gelas itu dan meminum airnya.
Alisya datang membawakan amplop tebal berisi uang. Ia menyerahkan kepada kakaknya tapi kakaknya menolak.
"Berikan langsung kepada Master Sadam Pamungkas!" kata Alexis. Alisya memberikan amplop itu langsung kepada Sadam Pamungkas.
"Terima kasih, Nona Alisya!" ucap Sadam Pamungkas. Ia lalu melihat isi amplop. Isinya tampak banyak dan ia pun tersenyum.
"Itu hanya setengahnya, Master Sadam Pamungkas! Sisanya setelah kau berhasil membereskan Pak Fiksi!" ujar Master Alexis. Sadam Pamungkas tersenyum lagi mendengarnya. "Ini fotonya!" Alexis memberikan foto Pak Fiksi kepada Sadam Pamungkas. Sadam Pamungkas menerimanya dan memperhatikan detail fotonya. "Untuk waktunya nanti malam nol nol. Lokasinya di kawasan pantai, tepatnya di taman pantai. Dia berencana menggrebek transaksi narkotikaku. Beruntung, aku punya informan polisi," terang Alexis.
"Baik, saya paham dengan tugas yang Anda berikan, Master Alexis!" kata Sadam Pamungkas sembari mengangguk-angguk.
"Bagus, kau antarkan Sadam Pamungkas ke taman pantai, sekalian kau menuju rumah nomor tiga belas di jalan macau! Cepat pergi!" perintah Alexis.
"Siap, Bos!" kata Bagus. "Mari Master Sadam Pamungkas!" ajaknya kemudian. Sadam Pamungkas dan Bagus pergi.
Sementara itu di malam hari di kantor polisi.
Pak Fiksi, kepala polisi bagian narkotika, Pak Sapta, beserta dua puluh anggota yang lainnya bersiap-siap. Mereka menyiapkan senjata, mengenakan seragam serba hitam, memakai masker, dan menyiapkan lain-lainnya.
Kawasan pantai.
Bagas, Bagus, dua anak buah Alexis yang lain, dan Sadam Pamungkas berada dalam satu mobil. Mobil itu berhenti di dekat taman menurunkan untuk Sadam Pamungkas.
"Ke sana! Di sana ada taman!" tunjuk Bagas. Sadam Pamungkas mengangguk paham lalu turun dari mobil sembari membawa senapan canggih dari Tuan Alexis. Setelah Sadam Pamungkas turun mobil itu melaju menuju tempat lain tapi masih di kawasan pantai itu.
Setelah turun dari mobil Sadam Pamungkas menuju taman. Sesampainya di taman ia melihat tempat sangat sepi tidak ada orang. Ia terpikir mencari tempat yang tinggi dan sekaligus bisa menyembunyikan dirinya. Ia segera mendapatkan tempat itu dan bersiap sembari menunggu sasaran datang.
Tidak lama kemudian truck polisi sampai di lokasi. Pak Fiksi dan para anggotanya segera turun dari mobil besar itu. Pada polisi itu juga mencari tempat tersembunyi dan aman untuk mengamati. Mereka dengan posisi siap sedang menunggu kedatangan pengedar dan pembeli narkotika yang dikabarkan oleh Master Maulana Husam.
Dari dalam lubang teropong senapan tampak mata. Mata yang meneropong ke arah para polisi. Beberapa saat meneropong mata itu beralih dari teropong hingga tampaklah wajah peneropong. Sadam Pamungkas yang sedang meneropong mengamati para polisi itu. Ia tidak bisa mengenali wajah Pak Fiksi, target utamanya.
"Semua memakai masker, bagaimana aku bisa tahu mana targetku?" Benak Sadam Pamungkas bingung. Ia pun berpikir sejenak lalu kembali meneropong dari teropong senapan. "Mungkin itu, dia yang di depan, yang tampak memimpin?" tebaknya dengan kekuatan instingnya sebagai manusia berkekuatan master. Ia membandingkan kedua mata polisi yang tampak memimpin di depan itu dengan kedua mata polisi yang yang ada di foto. "Hm ... benar dia!" Sadam Pamungkas tersenyum. Ia lalu bersiap menembak polisi itu.
"Feelingku merasa ada yang janggal," intuisi Pak Fiksi. Kita sudah lama menunggu, tetapi transaksi yang dikatakan oleh Master Maulana Husam tidak terjadi." Mata Pak Fiksi mengedar ke seluruh penjuru arah dengan detail. Pandangannya menangkap sesuatu, ia pun melihat dengan terbelalak. Tampak sebuah senapan mengarah kepadanya.