Try new experience
with our app

INSTALL

Master of Masters 

2. Transaksi Nol . Nol

Master Maulana Husam yang berprofesi sebagai chef mengikuti mobil sedan melalui jejak ban mobil sedan itu. Tidak jauh ia mengikuti jejaknya. Ternyata mobil itu mengarah ke taman dekat pantai. Mobil itu pun berhenti di taman dekat pantai itu. Pada saat itu waktu belum sampai tengah malam.


 

Tiga orang di dalam mobil sedan itu turun. Mereka mengedarkan mata mereka, melihat suasana sekitarnya. Tampak oleh mereka suasana sepi.


 

"Jam berapa sekarang, Lakiluki?" tanya Danar


 

"Masih jam sebelas kurang sepuluh menit," jawab Lakiluki.


 

"Terlalu awal, satu jam lagi mereka datang," kata Tuan Juan Sion yang saat pagi menjelang siang menjadi tamu di restoran Pantai.


 

Maulana Husam menemukan mereka dan memperhatikan mereka di balik sudut yang tersembunyi.


 

"Pria tua itu, tamu yang tadi," suai bibir Maulana Husam saat memperhatikan mereka.


 

Sembari menunggu kedatangan anak buah Master Alexis mereka berkegiatan masing-masing. Lakiluki sibuk melihat terus-terusan ke jam di smartphonenya. Danar sibuk menghabiskan sebungkus rokok. Tuan Juan Sion sibuk mengontrol bisnisnya yang lain melalui smartphonenya.


 

Setelah tiba tengah malam terdengar suara deru mobil dari arah belakang Maulana Husam. Maulana Husam cepat-cepat bersembunyi. Selang dua menit kemudian tampak mobil Hummer hitam menuju ke taman dekat pantai itu juga. Mobil itu berhenti di depan mobil sedan Tuan Juan Sion. Lima orang turun dari mobil mewah itu. Dua di antaranya adalah Bagas dan Bagus. Bagas dan Bagus tampak bersalaman dengan Tuan Juan Sion, pria tua itu. Maulana segera mendekat dengan sembunyi-sembunyi dan berhati-hati untuk mencuri dengar pembicaraan mereka.


 

"Lama menunggu?" tanya Bagas.


 

"Satu jam," jawab Tuan Juan Sion. Bagus melihat jam tangannya.


 

"Kami tidak terlambat!" kata Bagus.


 

Anak buah Alexis memberikan tas ransel kepada Danar. Danar membukanya, Tuan Juan Sion melihat lalu mengangguk. Danar menutup tas ransel. Lakiluki memberikan koper ke Bagus. Bagus membuka tampak batangan yang ditutupi beberapa tumpuk kaos. Bagus menghitung lalu mengangguk. Bagus menutup koper lalu memberikan kopernya ke rekannya sesama anak buah Alexis.


 

"Besok aku pesan dua ransel!" kata Tuan Juan Sion.


 

"Oke! Sampai jumpa besok, di sini pukul nol nol!" kata Bagas. Bagas dan Bagus bersalaman dengan Juan Sion. Semua orang itu masuk ke mobil mereka masing-masing dan pergi.


 

"Hm ... mereka akan bertransaksi lagi besok seperti saat ini, jam nol nol. Aku harus memberi tahu Andhika Ardan! Oke, hari ini kalian bisa bertransaksi, untuk besok, kita lihat!" suai bibir Maulana Husam.


 

Langit Malam segera berubah menjadi langit awal pagi, gelap semu-semu terang cahaya. Maulana Husam selepas salam sholat subuh teringat Andhika Ardan.


 

"Oh, iya! Aku harus menghubungi Andhika Ardan!" Maulana mengambil smartphonenya yang ada di meja lampu di sebelah tempat tidurnya. "Hm ... tapi ini terlalu dini jika aku meneleponnya, sebaiknya aku mandi dahulu baru meneleponnya!" Maulana meletakkan lagi lalu ia pergi mandi.


 

Setelah langit telah benar-benar terang Maulana menghubunginya.


 

Sementara itu di depan kantor polisi, seorang polisi pimpinan bagian narkotika baru datang ke kantornya dengan mengendarai mobil. Pada saat bersamaan Andhika Ardan sedang memberi pengarahan pada anggotanya untuk penjagaan pameran berlian dan mengingatkan anggotanya soal Sadam Pamungkas. Pada saat itu Andhika Ardan merasakan smartphonenya bergetar di saku celana panjangnya, tetapi ia biarkan karena ia sibuk memberi pengarahan. Sampai pengarahan selesai smartphonenya masih terasa bergetar. Ia mengambil smartphonenya dam melihatnya. Ternyata seorang chef sahabatnya. Ia pun heran tumben pagi-pagi sahabatnya itu menelpon dirinya. Ia segera mengangkatnya.


 

"Assalamualaikum!" seru Maulana Husam.


 

"Ya, Waalaikumsalam, Master Maulana Husam!" jawab Andhika Ardan. "Tumben, ada apa pagi-pagi begini menelpon?" tanyanya kemudian.


 

"Semalam saya melihat transaksi narkotika di taman dekat pantai tempat saya tinggal, Pak! Saya juga mendengar mereka akan melakukan transaksi lagi nanti malam, pukul nol nol, di lokasi yang sama, Pak!" terang Maulana.


 

Andhika Ardan melihat kedatangan rekannya yang sesama polisi. Kebetulan rekannya itu yang memimpin di bagian narkotika. Andhika Ardan menjauhkan smartphonenya sejenak untuk memanggil rekannya itu.


 

"Pak Fiksi, kemari sebentar!" seru Andhika Ardan kemudian kembali ke smartphonenya. "Ya Master Maulana Husam, ini ada rekan saya, Pak Fiksi, yang khusus bagian narkotika, kamu silakan langsung memberitahukan kepadanya saja!"


 

"Ada apa Pak Andhika?" tanya Pak Fiksi.


 

"Teman saya, Master Maulana Husam, melihat transaksi narkotika di taman sekitar tempat tinggalnya di dekat pantai. Ia juga mendengar akan ada transaksi lagi di tempat yang sama, pukul nol nol," terang Andhika Ardan lalu memberikan smartphonenya kepada Pak Fiksi.


 

"Selamat Pagi, Master Maulana, saya Pak Fiksi, yang menangani narkotika!" kata Pak Fiksi.


 

"Saya Maulana Husam, seorang chef, Pak Fiksi!" kata Maulana Husam.


 

"Master Maulana, saya tanya langsung saja, di mana lokasi transaksinya?" tanya Pak Fiksi.


 

"Di taman, Pak!" jawab Maulana Husam.


 

"Bisa Anda tunjukkan, Master Maulana Husam?" tanya Pak Fiksi.


 

"Bisa, Pak! Jika Pak Fiksi ada waktu untuk datang pagi ini juga, silakan Anda datang ke taman dekat pantai, kalau menjelang siang hari saya harus bekerja di restoran Pantai," kata Maulana Husam.


 

"Oke, saya akan ke sana sekarang juga, Master Maulana! Sampai jumpa di taman dekat pantai!" Pak Fiksi mengembalikan smartphone kepada Pak Andhika Ardan.


 

Maulana Husam mengambil tasnya, memeriksa kelengkapannya, karena ia mau sekalian berangkat kerja. Setelah pasti lengkap ia bergegas pergi dari kamar kontrakannya.


 

Pak Fiksi masuk sebentar ke dalam kantor untuk mengajak anggotanya. Ia mengajak Pak Sapta salah satu anggotanya. Keduanya bergegas ke luar dari kantor, jalan menuju ke mobil lalu Pak Fiksi segera melajukan mobil untuk pergi ke daerah pantai.


 

"Ada apa ini sebenarnya, Pak Fiksi?" tanya Pak Sapta karena mengajak tapi belum memberi tahu ada apa dan mau ke mana.


 

"Pak Sapta, pagi ini kita akan menemui orang yang mempunyai informasi penting. Menurut fillingku, kali ini kita akan mendapatkan tangkapan ikan besar," kata Pak Fiksi.


 

Sepanjang perjalanan Pak Sapta memperhatikan jalan. Ia mengenali jalan itu dan ia pun teringat Alexis.


 

"Ini jalan ke arah daerah pantai. Apa mungkin ini soal Alexis? Jika benar ini tentang bisnis Alexis, Alexis dalam bahaya. Hm ... sepertinya kemungkinan besar benar, nanti malam aku harus memberi tahu Alexis!" batin Pak Sapta yang selain anggota di bagian narkotika, ia juga anak buah Alexis. Selama ini bisnis Alexis bisa lancar karena salah satunya ada dia.


 

Di rumah kaleng Master Sadam Pamungkas.


 

Master Sadam Pamungkas sedang rempong memakai baju, menyamar. Ia mencoba berbagai penyamaran. Ia mau menyamar dengan sempurna untuk berlian-berlian yang sempurna. Di sampingnya tergeletak koran lalu, yang memberitakan tentang pameran berlian terbesar itu.


 

Taman dekat pantai di pagi hari.


 

Master Maulana Husam sedang bermain dengan anak-anak. Mereka sedang bermain gobak sodor. Sebuah mobil polisi datang menghampiri mereka. Maulana menduga itu adalah Pak Fiksi. Ia pun berhenti bermain.


 

"Anak-anak, kalian main sendiri! Paman ada urusan!" kata Maulana Husam.


 

Pak Fiksi dan anggotanya turun dari mobil polisi. Mereka menghampiri Maulana Husam. Maulana Husam juga melangkah mendekati kedua polisi bagian narkotika itu.


 

"Selamat pagi, Pak Fiksi!" seru Maulana Husam sembari menyodorkan tangannya


 

"Selamat pagi, Master Maulana!" seru Pak Fiksi sembari menerima uluran tangan Maulana. Keduanya berjabat tangan.


 

"Selamat pagi, Pak!" seru Maulana ke polisi satunya yang tidak ia tahu namanya. Maulana juga mengulurkan tangannya untuk polisi itu.


 

"Pagi, saya Pak Sapta, Pak!" Pak Sapta menjabat tangan Maulana.


 

"Oh, Pak Sapta!" Maulana menyebut ulang nama polisi itu.


 

"Master Maulana, kelihatannya anda sangat dekat dengan anak-anak itu?" tanya Pak Fiksi.


 

"Iya benar, Pak Fiksi. Selama di daerah Pantai ini teman-teman saya ya mereka. Mereka adalah anak-anak jalanan, Pak," terang Maulana Husam. Pak Fiksi mengangguk paham dan takjub. "Mari, Pak Fiksi, saya tunjukkan lokasinya! Itu di sana, di sebelah sana!" kata Maulana sambil menunjukkan dengan telunjuknya. Mereka melangkah ke tempat yang Maulana Husam tunjuk. Semalam saya melihat transaksi satu ransel heroin yang dibayar memakai batangan emas. Saya juga mendengar jika nanti malam di tempat yang sama waktu yang sama, nol nol. Saya mendengar mereka akan bertransaksi lagi dua ransel, Pak," terang Maulana Husam sembari jalan.


 

"Itu jumlah yang cukup besar. Master Maulana, saya rasa informasi yang Anda sampaikan kepada kami sudah cukup jelas dan Insya Allah akan sangat membantu kami. Saya akan menyiapkan anggota-anggota saya untuk menggrebek mereka nanti, saat tiba mereka bertransaksi," kata Pak Fiksi. Pak Fiksi mengedarkan pandangannya memperhatikan detail lokasi transaksi. "Oke, terima kasih untuk informasinya, Master Maulana!" kata Pak Fiksi kemudian.


 

"Sama-sama, Pak Fiksi!" Master Maulana dan Pak Fiksi bersalaman lalu Master Maulana bersalaman juga dengan Pak Sapta.


 

Di pagi hari, di kota, di depan gedung megah, tempat pameran berlian. Di depan tempat itu tampak masyarakat kota hilir mudik, mondar-mandir, tergesa-gesa. Mereka masyarakat kota sungguh sangat sibuk. Di depan gedung itu tampak pula pegawai-pegawai gedung dan juga satpam-satpam yang disiagakan untuk pameran. Mereka akan menerima kedatangan para tamu orang kaya dan akan menjaga mereka serta menjaga berlian-berlian yang dipamerkan.


 

Menjelang acara mereka terus tampak mondar-mandir sibuk. Pada saat itu beberapa mobil polisi datang ke tempat itu. Polisi-polisi turun dari mobil. Tampak pula Master Andhika Ardan turun dari salah satu mobil dinas itu.


 

Waktu pameran berlian sudah dekat. Para pegawai sudah bersiap untuk pameran. Polisi-polisi juga bergerak bergegas masuk, menyebar di gedung itu. Mereka datang untuk memeriksa keamanan dan akan ikut mengamankan acaranya nanti, sama seperti para satpam.


 

Andhika Ardan masuk juga ke gedung. Dengan HT ia mengomando anggota-anggotanya.


 

"Pastikan semua alat keamanan berfungsi dengan baik! Selalu Waspada, jangan lengah! Saya yakin, selain pencuri amatiran, pencuri kecil, pencuri profesional, Raja pencuri Master Sadam Pamungkas juga tidak akan melewatkan pameran ini!" kata Andhika Ardan ke HTnya untuk di dengar semua anggotanya yang telah menyebar.


 

Para polisi bekerja memeriksa alat-alat keamanan. Mereka memeriksa CCTV-CCTV dan monitor-monitornya, alat-alat pendeteksi di luar pintu masuk, dan alat pencegah kebakaran pun tidak luput dari pemeriksaan mereka.


 

Di dalam gedung megah itu sebuah jam raksasa menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tampaklah satu persatu pengunjung pameran berdatangan. Kemudian gedung itu menjadi ramai dan semakin ramai. Pada saat sudah sangat ramai, Sadam Pamungkas datang.