Try new experience
with our app

INSTALL

Pria Romantis 

Chapter 3: Mengapa Aku Menghabiskan Hidupku Bersamanya

  25 tahun yang lalu, hari dimana Dimas melamarku, kalau bisa dikatakan seperti itu. Tempat itu adalah sebuah kafe dimana kami sering bertemu, tempat itu sederhana namun aku suka suasananya. Aku dan Dimas duduk disudut ruangan, minuman kami tak tersentuh, kami berduapun belum berbicara sama sekali, kami berkelahi saat terakhir bertemu, dan sebenarnya alasan ku mau bertemu dengannya adalah untuk menyudahi semua ini. Aku muak dengannya, dia tidak romantis, tidak peka dan tidak inisiatif, setiap kali aku marah dia tidak pernah membuatku kembali tenang, aku tidak suka itu, jika itu Ari, mantanku sebelum Dimas dia akan mengirimi ku selusin bunga dan puisi untuk meminta maaf. Kami duduk disitu setidaknya sudah hampir 45 menit dan Dimas belum berkata apapun. Aku bersumpah jika Dimas tidak berkata apapun dalam 15 menit kedepan, aku akan pergi dan tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. 10 menit. 5 menit. 3 menit. 1 menit. Oke, cukup. Aku mengambil tas ku dan mulai mendorong kursi ku untuk berdiri.

“kumohon jangan pergi Carissa” kata Dimas lembut, namun dari raut wajahnya dia tampak memohon. Aku diam sesaat namun memajukan lagi tempat dudukku.

“Aku muak Dimas” kataku kesal.

“Aku tau.” Kata Dimas, entah kenapa terdengar sedih ditelingaku

“untuk terakhir kalinya maukah kau mendengarkanku?” Dimas menatapku dengan sungguh-sungguh.

“baiklah” kataku “tapi mungkin tidak akan mengubah apapun” Sambungku lagi

“oke” ucap Dimas dan ia mulai berbicara

“Carissa, Aku bukan tipe laki-laki romantis, aku tidak pandai mengambil hati seorang wanita dengan cara seperti itu, aku tidak pandai mengungkapkan kata-kata yang ada dikepalaku tentang mu, aku tau jika kau sedang marah, hanya saja aku tidak tau bagaimana membuatmu tersenyum kembali, aku takut jika aku melakukan sesuatu, hanya akan membuatmu semakin marah, dan kau akan meninggalkan ku, itu adalah hal yang paling tidakku inginkan. Aku mencintaimu sejak pertama kali aku melihatmu, dan luar biasanya kau membalas cintaku, itu adalah hal yang paling tidak ku duga dalam hidupku, bagiku dalam dua tahun ini, kebahagian adalah dirimu, aku sebisa mungkin mencoba menjadi laki-laki yang terbaik untukmu, aku tidak bermaksud membuatmu marah atau sedih, itu adalah hal terakhir yang inginku lihat.”

  Untuk sesaat apa yang Dimas katakan membuatku shock, Dimas tidak pernah benar-benar mengatakan semua yang ada didalam kepalanya sebelumnya, awalnya itu yang membuatku penasaran tentangnya, Dimas tidak bisa ditebak. Aku mulai memikirkan kata-kata Dimas. Kejujuran dalam kata-katanya. Dimas memang bukan tipe pria yang kuinginkan, tapi ya Tuhan, dia benar-benar mencintaiku, dan hal itu yang kubutuhkan.

“ kau terkadang saat membuatku merasa tidak dipedulikan’’ kataku padanya.

“ kau satu-satunya yang kupedulikan dalam hidupku selain orangtua ku, Carissa”

“benarkah? Hanya saja kau tidak pernah mengatakan hal-hal seperti ini” aku ingin dia lebih banyak bicara.

“ Aku kira itu tidak perlu, ku pikir kau akan tau bahwa aku bersungguh-sungguh dengan mu”

Well, mungkin, secara tidak langsung aku tau bahwa Dimas serius, tidak seperti laki-laki lain yang pernah ku kencani, hanya saja

“ Tau dengan mendengarkan nya langsung itu berbeda,  kau tau bahwa kau dicintai, dan kau bersyukur tentang itu, tapi jika seseorang mengatakan langsung bahwa dia mencintaimu perasaan itu tidak ada tandingannya “ 

Dimas memandangku cukup lama dan kemudian “Aku mencintaimu Carissa, dan Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu” 4 Bulan kemudian Kami menikah.