Contents
Pria Romantis
Chapter 2: Pertemuan Pertama
Saat itu sedang ada pertunjukan music dikampusku. Jadi banyak orang berkumpul di lapangan kampus kami. Aku dan teman-temanku juga memutuskan untuk menonton dari pinggir lapangan, karena band favorite kami belum manggung. Saat itu Aku belum mengenal Dimas. Aku ingat tidak lama setelah itu Band yang Aku tunggu-tunggu naik ke atas panggung, ini membuat Aku dan teman-temanku bertambah semangat dan kami memutuskan untuk mendekat ke lapangan. Saat itulah Aku menyadari Dimas berada dibelakangku.
Dia bener-bener dekat sekali, sehingga punggungku terkadang bersentuhan dengan dadanya. Aku awalnya tidak berpikiran apapun tapi begitu menyadari bahwa lapangan tidak begitu penuh sesak Aku mulai curiga. Kenapa pria ini selalu mengikutiku, kenapa jaraknya begitu dekat sekali denganku. Aku mulai berpikir bahwa ia adalah lelaki mesum. Ini membuatku murka. Aku membalikkan badanku dan mendelik pada Dimas. Dia tampak terkejut dan sedikit canggung, benar-benar tampang seseorang yang bersalah batinku.
“kau pikir apa yang kau lakukan hah?” Kataku marah
Dimas tampak semakin serba salah begitu mendengar nada marahku.
“Pergi sekarang juga sebelum aku melaporkanmu!” bentakku
“Aku bukan bermaksud menyinggungmu atau apa.. itu.. anu” Dimas gelagapan menjawab. AKu terus melototinya sampai ia akhirnya menghela nafas dan membuka jaketnya. Orang gila, batinku. Semuanya makin membuatku kesal begitu dia menyerahkan jaketnya padaku. Apa maksudnya coba.
“Aku berdiri dibelakangmu untuk menutupinya, kupikir tidak akan lama sebelum kau sadar, tapi..ini pakailah, kurasa itu akan lebih membuatmu nyaman dari pada aku terus berada dibelakangmu” Kata Dimas seakan itu menjelaskan segalanya. Aku hanya bisa memandanginya yang sedang mengulurkan jaketnya padaku. Aku sedang berpikir untuk melaporkan Dimas pada security ketika salah satu temanku mendekat dan berbisik padaku.
“Carissa, celanamu, bocor” Bisik temanku.
Aku langsung paham dan mendadak mukaku memerah, sialnya aku sedang memakai celana putih. Aku hanya bisa membayangkan betapa jelasnya bercak dicelanaku. AKu memandang Dimas. Dimas tidak tersenyum atau menunjukkan ekpresi yang mengatakan “tuhh itu maksudku, apaku bilang” Dia malah menatapku serius dengan menawarkan lagi jaketnya. Aku mengambil jeket itu berlahan dan mengikatnya dipinggulku untuk menutupi bagian bawah celanaku.
“Terimakasih” kataku pada Dimas, Dimas hanya mengangguk
“Maaf karena sudah salah paham” Kataku lagi.
Dimas hanya mengangguk seakan dia mengerti padahal Aku sudah menuduhkan dengan kata-kata jahat. Saat itu yang ku pikirkan adalah, bagaimana mungkin, Pria yang tidakku kenal ini mau melindungi harga diriku seperti ini. Aku saat itu bahkan tidak tau Namanya. Semua orang bisa menebaknya, tidak lama setelah kejadian itu kami berpacaran.