Contents
The Untold Story
Chapter 4: Final Decision
Bagaimana pun Indira sebenarnya telah lelah hidup dihantui bayang-bayang masalalu yang tidak bisa dilupakanya. Kenangan itu masih melekat kuat di ingatan Indira. Maka dari itu, Indira sering mencurahkan isi hati dan pikirannya ke dalam bentuk tulisan. Itu pula alasan novel-novel Indira terasa sangat nyata, dan sangat digandrungi penggemarnya.Jauh di lubuk hati Indira, ia sama sekali tidak ingin hidup menelan trauma. Beberapa kali dirinya telah mengunjungi psikolog, namun hasilnya nihil. Sampai suatu ketika, Indira memutuskan berhenti minum obat.
Kini, Indira yang memakai dress putih dan rambut yang terurai sedang menatap ke arah jendela. Ia tersenyum. Di seberang, ia melihat seorang wanita yang juga tersenyum padanya. Tiba-tiba, wanita di seberang itu kembali lompat dari balconynya, bunuh diri. Tak berselang lama, orang-orang di sekitar digegerkan dengan penemuan jasad perempuan. Seorang lelaki, yang berpenampilan modis pun turut melihat ke kerumunan. Ternyata, jasad yang tergeletak itu adalah Indira! Lelaki yang berprofesi sebagai manager sekaligus teman Indira itu pun terkejut bukan kepalang. Terdengar suara sirine ambulance membawa jasad Indira. Sementara laki-laki itu menangis tersedu.
“Maafin gue, In..”
“Gue nyesel kenapa baru dateng sekarang sih?!”
“Bodoh!! Indira lu harusnya pergi ke dokter! Bukan milih keputusan gini”
Ternyata Indira lah penghuni kamar no. 113 itu. Ia memang sering berhalusinasi. Indira selama ini telah membayangkan dirinya bunuh diri berkali-kali. Selang beberapa bulan kemudian, novel terbaru sekaligus terakhir yang ditulis Indira pun publish. Di novel itu, jelas terasa jeritan hati Indira yang merasa kesepian, dan depresi. Novel itu habis terjual hingga ribuan copy. Penggemarnya pun mengenang novel itu sebagai novel perjalanan hidup sekaligus diary sang pengarang.