Contents
17 September 2019
17 September
17 September 1999
Aku tidak ingat apa yang terjadi 10 tahun yang lalu, saat beberapa kali fikiran-fikiran aneh menyerang kepalaku, akhirnya aku memutuskan untuk menuju sebuah sekolah ditengah hutan..
Aneh, sekolah ini masih berdiri kokoh ada 7 lantai tingginya tapi nampak telah hangus terbakar.. sebenarnya apa yang terjadi?
Aku terus menatapnya dalam jarak kurang lebih 50 meter sambil duduk dikursi roda dengan 2 perawat menjagaku.
"Sudahkah bu?." Tanya salah satu perawat itu membuyarkan lamunanku, mungkin maksudnya, sudahkah aku menatap sekolah hangus ini, aku baru sadar 30 menit aku disini tanpa kata-kata.
"Udah sus.." jawabku, berharap perawat itu segera mendorong kursi roda ku dan membawaku kembali ke Rumah sakit jiwa tempatku sekarang tinggal.
Sebenarnya aku tidak mengerti, mengapa bisa aku harus tinggal dirumah sakit jiwa bertahun-tahun..ada apa?
Akhirnya mobil yang kunaiki untuk kembali ke RSJ segera melaju, sesekali aku menoleh kebelakang untuk melihat sekolah hangus itu sekali lagi, mencoba mengingat apa yang terjadi 10 tahun yang lalu, apa ada hubungannya dengan kondisiku yang sering disebut 'orang gila'
1 jam perjalanan akhirnya mobil ini sampai kejalan nasional, suasanya tidak terlalu macet seperti biasanya.
"Sus..gimana kalau kita balik lagi ke sekolah itu?." Ajakku, tiba-tiba aku merasa harus melihat gedung sekolah itu satu kali lagi, tapi nampaknya 2 perawat itu tidak memperdulikan ajakanku, mereka terus melaju semakin kencang kearah rumah sakit jiwa,
Ada rasa yang ingin meledak dari dadaku, aku marah dan memukul-mukul jendela mobil, sesekali aku pukul mereka, aku tidak terima menunggu jawaban terlalu lama, akhirnya salah satu perawat itu mengeluarkan suntikan, aku tahu.. itu pasti suntikan yang akan membuatku tiba-tiba sadar ditempat yang berbeda.
***
Ah.. rasanya kepalaku pening berat, betul saja..saat tersadar aku sudah berada dikamarku, kamar nomor 45
Beberapa detik mencoba menguatkan tenagaku lagi, ada apa?
Rasanya lemah sekali dan kepalaku rasanya berputar-putar..
Ada ingatan-ingatan besar yang menyambar kepalaku, seperti air bah dengan tanggul yang bocor, akan segera meledak..
17 September tahun 1999,
Dulu..
Waktu menunjukan pukul 8 pagi, aku berlari-lari menuju sekolah, sekolah tengah hutan orang-orang menyebutnya, anak-anak disekolah ini berprestasi dan dikenal sampai tingkat internasional..
Sayang, mereka tidak tahu..
Ada pembully an disini dan aku korbannya..
Dalam tas sudah kusiapkan kotak p3k untuk mengobati lukaku sendiri..
Padahal, luka kemarin pun belum kering total, banyak bekas luka memar disekujur tubuhku, saat tiba disekolah 4 teman sekolahku langsung menyambutku dengan pukulan-pukulan keras menghantamku, entah sudah kebal atau terlalu sakit menanggung beban ini aku hanya bisa menangis tanpa melawan..
Sementara teman satukelas yang lain hanya menertawakan 4 orang lelaki itu memukuliku dengan bermacam-macam gaya.
Biasanya aksi pemukulan ini akan berhenti ketika guru datang dan menegur mereka pelan-pelan, lalu memulai pelajaran dan kesedihanku hanya bagaikan angin lalu..
Pernah beberapa kali, jariku dijepit oleh pintu kelas dengan teman yang berbeda, jangan tanya sakit atau tidak..
Hari itu aku menangis sesenggukan..
Aku sudah mencoba mengadukan nasib ku ini pada kedua orang tuaku, namun mereka tidak perduli, mereka bilang
"Makanya jangan nakal kamu nya.. jadi teman-teman ga suka sama kamu!."
Hanya jawaban itu yang bisa diucapkan mereka berdua ketika aku mengadu, memang harus kumaklumi..
Mereka berdua bukan kedua orang tua kandungku, aku hanya anak angkat yang menawar rasa sedih mereka saat bertahun-tahun mereka tidak dikarunia anak dan memutuskan mengangkat aku anak, 3 tahun setelah mengangkatku satu persatu anak kandung mereka lahir sampai 4 orang..
Itu sebabnya aku diasingkan..
Anak angkat dan anak kandung memang tiada bandingnya.. tapi bukankah aku pun tanggung jawab mereka..
Mereka yang memilih aku sebagai anak !!
Aku kembali melanjutkan kehidupanku disekolah,
Saat jam pulang sekolah, ketua kelas memberi pengumuman bahwa ada pelajaran tambahan ditaman belakang sekolah..
Saat itu tidak ada rasa curiga atau apapun yang menggangguku, aku ikut saja jam pelajaran tambahan itu, disana sudah ada beberapa teman kelasku, ada banyak tapi tidak semuanya datang..
Aku duduk bergabung masih tidak ada rasa curiga..
Sampai akhirnya, teman-teman sekelas perempuan tiba-tiba menyergapku mereka memegangi tangan dan kakiku, aku dibaringkan.. mereka tertawa, entah apa yang akan mereka lakukan,
Rok seragamku mulai disingkap, rambutku diacak-acak aku mulai menangis lagi, berontakpun tiada artinya.. 1 lawan sekitar 20 orang.. bisa apa?
***
Aku pulang dalam keadaan yang hancur..
Aku langsung masuk ke kamar dan menangis sejadi-jadinya..
"Sekarang aku sudah kotor ! Aku tidak suci lagi .. mungkin aku masih bisa terima mereka memukul tubuhku sampai lebam sampai memar parah.. tapi hari ini mereka merenggut kehormatanku secara paksa bahkan ada siswa perempuan disana..
Mereka yang seharusnya sadar, sesama perempuan harusnya saling melindungi saling menjaga dan ikut membela hak-hak perempuan.. mereka justru menjadi dalang penghinaan dan pelecehan ini.. hari ini aku menangis, marah, kecewa.. apa bagi mereka kehidupanku seperti sampah tidak berharga.. mengapa mereka tidak bisa menghargai arti kehidupan milik orang lain..?."
Keesokan harinya aku memutuskan untuk bolos, aku mengurung diri dikamar mencoba menenangkan diriku dan mencari tahu apa yang bisa aku lakukan...
Beberapa kali aku mencuri makan dirumahku sendiri..
Aku tidak mau ayah dan ibu tau bahwa aku sedang mengumpulkan kekuatan untuk membalas dendamku..
1 bulan berlalu, pagi-pagi buta ibu berteriak-teriak kesal karena mendapat telepon dari sekolah dan mengabarkan aku di DO dari sekolah.
Teriakan-teriakan ibu semakin membuatku terluka dan sakit hati.
Seenaknya ibu bilang
Aku anak malas, anak tidak berguna, masa depan suram, bahkan ibu bilang kehadiranku hanya menyusahkan mereka..
Entah bercanda atau serius mengungkapkannya, beberapa kali ibu mengusir ku dari rumah dan menyebut ku anak haram yang diambil dari kebun bambu tempat pertama kali ayah dan ibu kandungku membuangku ..
Hari ini aku tidak menangis lagi..
Aku hanya diam mendengarkan kata-kata ibu juga anak-anak kandungnya yang sesekali ikut menghinaku..
Saat rumah mulai sepi, aku pergi kesebuah Pom bensin mini dan membeli beberapa liter bensin di plastik,
Ya.. aku berencana membakar semua orang yang menyakiti hatiku..
Rencanaku kukerjakan besok hari.. sekitar pukul 3 pagi aku keluar rumah dan mengunci pintu rumah tentunya semua jendela dengan teralispun sudah ku kunci rapat-rapat.
Beberapa liter bensin sudah mulai kuguyur kedinding-dinding rumah dan 1 korek api berhasil membakarnya..
Aku tersenyum dan meninggalkan rumah..
Aku segera menuju sekolah untuk memastikan bertemu dengan pak udin, sipenjaga sekolah..
Aku meminta kunci sekolah ke pak udin dan bilang ingin membantunya membuka kunci sekolah termasuk semua kunci kelas..
Tanpa rasa curiga pak udin memberikan kunci itu dan berterimakasih telah membantunya.
Pak udin tidak tahu bahwa aku sudah di DO dari sekolah..
Kunci ditanganku, aku bahagia..
Waktu menunjukan pukul 7 pagi, siswa siswi mulai datang memenuhi sekolah.
Sementara aku masih bersembunyi di gudang sekolah untuk memastikan tidak ada yang melihatku..
Saat jam 8 tiba, semua siswa sudah masuk kekelasnya dan aku segera mengunci semua pintu kelas dan memastikan selesai mengunci kelas sampai 7 lantai ini sebelum jam 10.
Beberapa lantai sekolah sudah mulai kuguyur dengan air bensin dan membakarnya..
Fikirku, semua orang disekolah ini harus mati terbakar..
Mereka semua tahu ada kasus bully disekolah ini, tapi mulut mereka bungkam, hati mereka terkunci, mereka tidak perduli..
Keperawananku sudah mereka renggut paksa, pada siapa ku mengadu?
Polisi? Guru? Atau siapa?
Setelah mengadu lalu apa?
Apa kehormatanku akan kembali?
Tidak !
Tidak akan pernah !
Aku mulai melangkah pelan meninggalkan sekolah, tepat pukul 9.30 pagi..
Aku sudah mendengar lolongan keras dari mereka yang mulai terbakar..
Pintu sudah dikunci rapat termasuk gerbang sekolah..
Seluruh jendela sudah memakai teralis..
Mereka tidak bisa menyelamatkan diri..
Kuucupakan selamat pada mereka yang hari ini sakit, bolos, ijin dan tidak masuk sekolah.. mereka adalah orang-orang beruntung.
Aku bahagia mendengar teriakan mereka, ada rasa puas dan bangga mendengar mereka menangis kesakitan..
Bukankah mereka melakukan hal yang sama? Saat aku menangis merintih kesakitan dan berjuang melawan mereka yang mencoba merenggut kehormatanku..
Mereka tertawa, mereka bertepuk tangan setiap kali aku mengaduh kesakitan..
Keesokan harinya, aku sudah melihat banyak berita berseliweran dimana-mana tentang kasus pembakaran sadis ini..
Tak tanggung-tanggung dikabarkan 1.802 orang meninggal dalam kebakaran hebat ini, semua orang didalam gedung mati terbakar, termasuk siswa, guru dan pegawai-pegawai sekolah lainnya.
1 minggu setelah kejadian, namaku mulai disebut banyak orang, aku sudah ditangkap polisi, aku berhadapan dengan menteri pendidikan, menteri hukum dan hak asasi manusia, menteri pemberdayaan perempuan dan anak serta psikolog anak dan wanita..
Sampai akhirnya, aku dinyatakan memiliki gangguan jiwa
Yang berhak menentukan pelaku tindak pidana itu mengalami gangguan kejiwaan kemudian pelaku tersebut tidak dapat dihukum adalah hakim pada persidangan berdasarkan bukti-bukti yang ada, salah satunya dengan mendengar keterangan ahli.
Pasal 44 ayat (1) dan (2) KUHP berbunyi:
“Tiada dapat dipidana barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal.”
“Jika nyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal, maka dapatlah hakim memerintahkan memasukkan dia ke rumah sakit jiwa selama-lamanya satu tahun untuk diperiksa.”
Berdasarkan pasal diatas menunjukkan bahwa apakah perbuatan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan karena pelakunya mengalami gangguan jiwa merupakan wewenang hakim saat memeriksa dan memutus perkaranya. Akan tetapi, tentu hakim menentukannya dengan berdasar pada bukti-bukti yang ada yang menerangkan pelaku memang benar memiliki gangguan jiwa sehingga perbuatannya tidak dapat dipertanggungjawabkan
****
Aku tinggal di rumah sakit jiwa..
Ini rumah baruku..
Satu hal yang perlu kau tahu..
"Bukankah pelaku bully juga sakit jiwa? Bukankah wanita yang membiarkan wanita lain dilecehkan juga memiliki gangguan jiwa?..bukankah orang yang membiarkan perkara bully juga gila?
Bukankah orang yang acuh atas kesedihan orang lain juga gila?
Ini bukan tentang aku..
Ini tentang kita semua..
Tentang kita yang diam saat melihat orang lain terluka.."
Hari ini aku tertawa mengingat dendamku terbalas..
Dan menangis mengingat mereka memperlakukanku dengan keji..
Ya.. aku siap dibilang gila !
Kepalaku pening berat...
Ingatan 10 tahun yang lalu membuatku semakin kuat..
Kini aku tahu..
Mengapa sekolah itu hangus terbakar.
Kabarnya aku akan segera dieksekusi mati setelah dinyatakan sembuh dari sakit jiwa.
Lucu !!
Dan aku siap !
Tamat