Contents
The Untold Story
Chapter 1: Room No.113
Di sebuah apartment tua nan klasik dipenuhi interior bernuansa tahun 80an menjadi pilihan Indira. Usianya kini genap 25 tahun lebih 7 hari. Namun, penampilannya lebih muda dari usianya. Bahkan orang-orang menganggapnya seperti gadis 17 tahun. Terlebih parasnya yang cantik, rambut panjang terurai, dan merupakan penulis novel psikologi-thriller ternama. Banyak orang yang menginginkan jadi seperti dirinya. Namun, sebenarnya Indira sangat kesepian karena ia hanya hidup sebatang kara.
“Kenapa lo pilih apartment murahan gtu sih? Kan banyak pilihan yang lain” terdengar suara seorang laki-laki dari telepon.
“Ngga usah ikut campur” jawab Indira ketus.
“Ya udah deh.. Jangan lupa kalau lo udah kelar nulisnya kabarin gue ya soalnya…..”
Kata-kata orang itu terputus. Indira menutup telepon. Ia memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong. Kala itu, Jakarta sedang turun hujan deras. Di seberang sana, terlihat seorang wanita paruh baya duduk di jendela kamarnya. Wanita itu pun juga melihat Indira. Kamar keduanya saling berhadapan.
“Siapa wanita itu?”
“Kenapa dia ngeliatin gue?”
Indira bertanya-tanya, ia lantas menutup gorden jendelanya. Sebenarnya Indira penasaran, tapi takut. Beberapa saat kemudian, Indira memberanikan diri mengintip dari balik gordennya. Ternyata, wanita itu sudah tidak ada!
“Kemana perginya”
“Aneh” bisik Indira.
Indira pun kembali membuka gordennya untuk memastikan ia bisa dengan tenang melihat hujan. Kini, wanita itu sedang berdiri memakai dress putih di balcony. Di belakang wanita itu, tepatnya di atas pintunya tertulis angka 113. Indira meyakini itu adalah nomor kamar wanita itu. Sementara wanita itu kembali menatap lekat ke arah Indira. Ia perlahan semakin mendekati ujung balconynya.
“Mau apa dia” Indira mulai penasaran. Tak lama kemudian, wanita itu mulai naik ke pagar pembatas balconynya.
“Jangan!!!!!!!!!!!!!” teriak Indira. Namun, sia-sia. Wanita itu tetap melompat ke bawah. Indira panik dan segera keluar dari kamarnya.