Contents
Ini Bukan Kisah Romantis
Chapter 4: Fobia Jadi Cinta
Usai tragedy panjang tentang malam di hutan, Rikas dan Alea seolah tengah gencatan senjata di mata orang-orang, namun Serin. Serin masih dendam usai dimarahi Rikas didepan orang banyak saat kemunculan Rikas malam itu tengah menggendong Alea dan Alea tampak begitu nyaman melingkarkan tangannya di leher Rikas, sementara Serin saja nggak pernah begitu. Serin membabi buta melakukan serangan-serangan ke Alea hingga membuat Alea jengkel. Hari pemilihan semakin dekat. Bukannya sibuk kampanye, Alea tetap sibuk nerima jahitan di taman belakang kampus. Ditengah kesibukannya itu, Serin datang bikin kacau. Semua itu masih rangkaian kegiatan balas dendam karena peristiwa penggendongan Alea oleh Rikas.
Serin dengan sengaja numpahin minuman yang ia bawa ke kemeja putih yang sedang dijahit oleh Alea, alhasil baju jadi kotor dan sulit hilang nodanya, saat yang sama orang yang punya kemeja datang dan langsung shock lalu maki-maki Alea karena merusak baju mahalnya.
“Niat gue kan Cuma mau kecilin baju ini, kenapa malah jadi rusak begini sih, padahal kan mau gue pake buat sidang?. Lo pikir baju gue seharga baju yang biasa lo beli di pasar malem? Duh, lo jual diri juga nggak mampu bayar!” Mendengar itu akhirnya Alea meradang dan tak tahan lagi dengan Serin.
“Woi!!! Liat nih kerjaan lo, Liat!! Happy ya lo gue dimaki-maki gini? Iya? Ganti rugi tuh, sekalian aja lo jual diri buat ganti baju itu.”
Alea tak balas omongan pelanggannya tapi menyindiri, sekali tepuk dapat 2 nyamuk. Eh, bener nggak sih begitu istilahnya. Haha.. ya intinya, Alea yang udah emosi maksimal pun dorong Serin. Pelanggan Alea minta ganti rugi.Mendadak ditengah keributan,“Berisiiiiiikkk!!! Ganggu tidur gue aja sih!”
Ternyata Rikas menyaksikan semua hal itu dari sebuah bangku dibalik pohon, sebelumnya Rikas tengah tidur disana, kebetulan disana memang tempat persembunyian Rikas. Rikas jelas-jelas menyaksikan ulah Serin yang sangat keterlaluan itu. Pemilik kemeja terus memaksa minta ganti rugi dan Alea terus suruh Serin yang ganti. Ketiga wanita itu kini saling dorong dan saling tarik. Heboh!
“Seriinnnnn, stop!!!”
Serin seolah mengacuhkan itu, ketiga wanita dihadapan Rika situ pun terus lanjut berseteru. Rikas bersiap untuk melerai karena kesal dengan ulah serin, tapi keduluan Dheo. Dheo langsung bak Hero bayar ganti rugi ke pemilik kemeja. Rikas langsung tarik Serin, Alea spontan marah-marah ke Rikas.
“Duh cowok tong sampah, lain kali jelasin yang bener ke cewek lo yang super rempong dan posesif ini. Lagian siapa yang minta digendong, cowok lo aja tuh yang mau. Salahin tuh kesayangan lo”. Rikas sampai cengok dengernya. Wah, cewek ini beneran yang dia gendong kemaren bukan sih? yang lemes dan nangis sambil ceritain fobianya? Sekarang udah balik jadi macan lagi setelah jadi kucing imut waktu itu. Alea yang kebawa emosi jadi ngomong ngelantur kemana-mana, maklum ya cewek.
“Emang dasar kang jait ga tau terimakasih. Kalo bukan karena gue, udah mati lo di hutan. Jadi cewe bego banget mau aja ditipu cowo, ngaku pinter tapi bisa dibohongin”. Uppsss.. Rikas pun ikut nngelantur kemana-mana. Ngomong juga deh akhirnya perkara Djheo selingkuh, tapi Alea malah bingung dengan maksud Rikas, Rikas cuma bilang Tanya dong sama cowonya. Dheo langsung pucat teringat Rikas pernah lihat dia jalan sama cewe lain. Rikas pergi dan menarik Serin yang bengong lihat pertengkaran Alea dan Rikas yang lebih dari pasangan kekasih itu.
***
Dheo berhasil menipu Alea dengan segala penjelasan manisnya dan tentunya juga dengan jelek-jelekin Rikas. Keduanya pun makan di café dan pastinya Alea dalam rangka bikinin tugasnya Dheo. Sesuai pribahas sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya pasti jatuh juga. Yap, akhirnya Alea tahu juga tuh siang itu. Jadi, Dheo tengah memesan kopi. HP nya ketinggalan didekat Alea, tak lama HP nya bunyi dan tampak nomor tanpa nama, Alea awalnya cuek aja nggak angkat, tapi beberapa kali notif chat bersahutan dan telpon berdering lagi, Alea penasaran akhirnya angkat telpon dan shock.
“Halo sayang, kamu kemana aja sih dari tadi aku chat, telpon nggak diangkat.” Suara wanita dari sebrang telpon ini membuat Alea freeze sejenak.
“Siapa lo? Panggil pacar gue sayang?”
“Dih, ngaku-ngaku. Gue pacarnya Dheo.”
Alea kesel banget, ia ingat perkataan Rikas soal ngakunya pinter tapi bisa dibohongin sama cowok. Alea pun teringat selama ini ia memang nggak sadar kalau Dheo itu manfaatin dia doang, ALEA kan sering menghabiskan waktu sama Dheo kalau Dheo lagi ada tugas aja, kalau nggak ada pasti dheo bilangnya sibuk bantu papanya lah, inilah itulah. Alea geram, ia bereskan barang-barangnya dan bergegas pergi, tapi Dheo muncul bawa 2 iced coffee. Wajah Alea sudah penuh amarah. Dheo malah bengong sok polos. Alea ambil iced coffee nya dan Byuurrr!! 2 gelas ice coffee mendarat di kepala dan baju Dheo. Baru aja Dheo mau ngomong, Alea langsung nyelak.
“Ga usah ngomong lagi sama gue!”
“sayang kamu kenapa sih, tugas aku kan belom!”
Alea berlalu, Dheo terus teriak bahas tugas sampai akhirnya Alea banting Dheo seperti saat Alea banting Rikas, kali ini dengan sekuat tenaga sampai semua pengunjung café shock, beberapa tertawa beberapa teriak kagum. Alea tersenyum kecut, Dheo meracau teriak kesakitan. Alea Cuma bodo amat dan berlalu.
***
Babak penentuan terakhir pemilihan ketua BEM adalah pertandingan Renang. Rikas yang dengar itu langsung shock sementara Alea seneng banget karena dia memang suka renang dan cukup jago lah. Rikas pergi gitu aja tanpa sepatah kata. Alea langsung bingung, dia ngikutin Rikas. Alea ledekin Rikas yang wajahnya tegang,
“Jangan bilang lo nggak bisa renang? Tumben banget mendadak kalem?” Ternyata Rikas jalan aja nggak menghiraukan Alea. Wajahnya masih tampak agak kacau. Alea bingung dan terus gangguin Rikas karena penasaran, tapi Rikas malah marah!
“Ga usah ganggu gue. Sana lo ambil kalo lo segitu pengennya jabatan ketua BEM!!”
Rikas menghardik keras sampai Alea terkaget. Alea shock sendiri tanpa kata memandangi punggung Rikas yang perlahan menghilang. Rikas duduk di persembunyiannya di taman belakang kampus, di kursi belakang sebuah pohon besar. Rikas teringat kenangan lamanya karena pertandingan renang itu. Rikas ternyatamemiliki fobia juga. Rikas fobia air tergenang, seperti kolam renang, danau atau laut. Waktu kecil Rikas pernah tenggelam dan ayahnya meninggal karena menyelamatkannya, Rikas masih merasa bersalah karena itu ia merasa sekarat jika harus berurusan dengan renang atau apapun hal-hal tentang itu.
***
Suatu malam di area renang indoor kampus, Alea usai berlatih. Tak lama Rikas muncul dan berdiri menatap kolam renang dan membuatnya mengingat kenangan buruk masa kecilnya.
“Kenapa harus renang sih? kaya nggak ada kegiatan lain yang lebih bermafaat”. Alea yang baru keluar dari kamar ganti melihat Rikas dan langsung Byuuurr!!! Alea iseng mendorong Rikas. Rikas langsung gelagapan di kolam renang. Rikas seolah kembali ke peristiwa kematian ayahnya, Rikas lalu terdiam kaku di air, Alea yang tadinya tertawa berubah cemas karena Rikas tak bergerak didalam air.
“Loh, loh. Kok malah diem gitu, ngapung lo? Eh, jangan mati. Rikaaaassss!!!!”
Alea langsung terjun ke kolam renang dan meraih Rikas yang ternyata pingsan didalam air.
“Rikas, bangun!!! Rikass!!! Ya ampun, gimana nih. Pingsan beneran. Rikasss!! Sorry..”
Rikas tak sadarkan diri cukup lama sampai akhirnya sadar dan terbatuk karena menelan air cukup banyak, tanpa Rikas sadari ia tersadar kkarena nafas buatan dari Alea yang panic. Alea sempat grogi banget ngelakuin hal itu, tapi saat lihat Rikas sadar, ia seneng banget samapi nggak sempat bahas hal itu. Alea pilih sembunyikan saja semuanya.
“Makanya kalau nggak bisa renang bilang dong lo! Tau gitu gue kan ga bakal isengin lo kaya tadi”. Rikas hanya menatap Alea dingin, Rikas lalu pergi dengan baju yang masih basah, Alea heran, ia langsung ngikutin. Alea mau minta maaf tapi malah salah ngomong terus dan bikin Rikas kesel sampai akhirnya dorong Alea sampai jatuh dan hampir keserempet motor, untungnya Rikas juga langsung nahan tubuh Alea. Alea kesal.
“Gue tau gue salah sih, tapi nggak usah kasar gitu dong. Masih untung gue tanggung jawab nolongin lo”.
Alea dorong balik tubuh Rikas dengan kasar dan berlalu. Alea sedih banget mengingat gimana dia panic dan berusaha untuk kasih nafas buatan dan menyadarkan Rikas dengan penuh rasa bersalah. Rikas menghela nafas panjang, ternyata Rikas samar-samar mengingat paniknya Alea dan sadar ia juga keterlaluan banget sikapnya. Kini Rikas gantian kejar Alea. Rikas genggam tangan Alea dan menariknya,
“Berenang, kolam, laut, sungai dan segala hal tentang genangan air itu bagi gue sama kaya lo ngeliat uler. Sorry, gue salah udah dorong lo”.
“Jadi, dia. Dia fobia air dan gue udah bikin dia kecebur seolah ngulangin luka hati dia karena fobia air. Ya ampun Alea, goblok banget lo. Lo tahu sendiri rasanya itu menakutkan banget”. Alea bicara dalam hatinya penuh kecemasan dan menitikan air mata tanpa sadar. Rikas menarik Alea dan setelah Alea berbalik, tampak jelas oleh Rikas kalau ia menangis.
“Gue bahkan nggak kasih tahu nyokap karena dia terlalu sibuk sama bisnisnya. Gue rasa gue cukup menghindari aja semuanya dan berusaha kuat ngehadepin semuanya sendiri.”
Alea makin sedih dengernya, tanpa sadar ia balas genggaman tangan Rikas dengan mata berkaca-kaca.
“Gue minta maaf. Kesalahan gue fatal banget”.
Rikas dan Alea saling tatap dalam dan genggaman tangan keduanya kian erat. Usai kejadian itu rikas dan Alea tiap ketemu jadi agak canggung, bahkan pas hari H pertandingan Rikas datang namun Alea yang tidak datang. Rikas mencari Alea, ternyata Alea sedang sibuk menerima jahitan. Karena Alea tidak datang, kemungkinan besar Alea akan jadi wakil ketua BEM, karena Alea juga tidak memiliki banyak pendukung. Rikas menunggu Alea sampai selesai jahit. Rikas jadi makin baper ke Alea, Rikas mikir Alea itu cewe yang baik, mandiri, pinter dan pekerja keras. Kenapa dia nggak sadar ya selama ini, Alea itu tipenya banget. Alea lihat rikas langsung jadi malu-malu. Rikas ngerasa nggak enak karena dia,Alea jadi harus mengalah. Alea tak ambil pusing dan malah hibur Rikas. Serin melihat rikas dan Alea berduaan, Serin kesal dan samperin Alea, belum sempat Serin ngomong Rikas sudah lebih dulu narik tangan Alea pergi dari sana. Alea kaget, keduanya jalan gandengan dihadapan banyak orang yang tampak berbisik penuh tanya.
Serin ngadu ke mala, mala ngomelin Rikas tapi kali ini Rikas nggak diem dan pasrah. Rikas ngelawan Mala rikas bilang sudah cukup selama ini rikas ikutin semua kemauan mala, rikas sekarang akan ngelakuin apapun yang dia mau. Mala nggak pernah mau tahu apapun tentang Rikas, buat apa dia prioritasin mala, kini Rikas sudah punya orang yang jadi prioritas, dia itu ALEA. Serin shock. Mala pun nggak terima, sampai terbuka juga oleh Rikas bahwa Alea itulebih tahu semua tentang Rikas daripada Mala, sampai fobia yang ia alami dan simpan selama puluhan tahun tanpa diketahui ibunya. Mala tercengang. Mala minta maaf karena ia sadar iabelum jadi ibu yang baik bagi Rikas, ia terlalu sibuk dengan perusahaan. Mala merasa membahagiakan Rikas cukup dengan materi berlimpah. Ia sungguh merasa gagal menjadi ibu. Mala minta dikenalin sama Alea, Rikas awalnya nggak mau karena mereka bahkan belum pacaran, malah Mala yang bilang biar dia yang membuat mereka pacaran.
“Kita harus sembuh dari fobia kita.” Kata Alea.
“Iya, gue mau cinta kita nyembuhin fobia ini. Kalo lo takut sendirian, gue akan bantu lo untuk keluar dari ketakutan fobia lo.”
“Gue juga akan lakuin hal yang sama. Thanks Cowok Tong sampah”. Alea tertawa ngakak.
“I love you kang jait”.