Try new experience
with our app

INSTALL

BABAK BARU IKATAN CINTA  

TEMAN BARU REYNA

Sore itu terlihat Reyna tengah asik bermain di sebuah taman, ditemani Mirna dan Kiki yang juga sedang asik menghirup udara sore hari. Cuaca terlihat sangat cerah secerah suasana hati Mirna dan Kiki yang bahagia menemani Reyna yang sibuk bermain. 

“Ncus...” Sapa Reyna. “Iya sayang?” Jawab Mirna tersenyum. “Asik deh! Bisa main ditaman ini sore-sore gini.” Kata Reyna. “Bener non, seneng banget ya pasti! Apalagi kemarin-kemarin diem aja di rumah pas non lagi sakit.” Kata Kiki. “Iya, tapi tetep harus kita jagain Reyna biar nggak boleh jajan sembarangan.” Kata Mirna. 

“Eh,  Reyna.. Ncus mau nanya deh” Kata Mirna. “Nanya apa, Ncus?” Jawab Reyna. “Iya mbak, mau nanya apa sih? Kok serius banget.” Jawab Kiki. “Hmmm... kemarin pas ncus dateng jemput Reyna, ncus kayak liat Non Reyna asik ngobrol sama seseorang.” 

“Ooh.. itu.” Jawab Reyna. “Wahh, non Reyna ngobrol sama siapa hayoo??” Kata Kiki. Reyna hanya senyum tanpa menjawab pertanyaan Mirna dan Kiki. 

***

 “Halo!” Suara lelaki seumuran Reyna menyapa anak perempuan berambut panjang pagi itu.

 “Hai juga.” Balas Reyna. “Terima kasih ya udah bantuin aku saat itu.” Jawab anak lelaki itu. “Sama-sama.” Balas Reyna sambil tersenyum. “Kita satu kelas, lho! Semoga kita bisa jadi teman baik.” Jawab anak lelaki itu. “Iya.” 

“Kamu mau kan jadi teman aku?” Reyna mengangguk. Sambil tersenyum, Reyna menunjukkan jari kelingkingnya pada anak lelaki itu. Jari kelingking Reyna mendapat balasan tanda anak lelaki itu menyetujui persahabatan mereka.

 “Ayo kita masuk ke kelas.” Ajak Reyna “Iya, sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi.” 

***  

Di sebuah restoran, terlihat Rendy dan Chatrine sedang makan siang bersama.

 “Aku minta maaf.” Kata Chatrine.

 “Minta maaf?” Tanya Rendy heran. 

“Tentang sikapku kemarin. Nggak fokus saat meeting bersama Pak Nino dan yang lain.”

 “Oh, soal itu.” “Lagipula aku nggak bisa menyembunyikan perasaanku ke kamu.” 

“Ya, tapi seharusnya kamu lebih peka dong. Jangan mencampuri urusan kantor dengan urusan kita.” 

“Urusan kita? Hmm.. Urusan yang mana? Bukannya itu Cuma jadi urusan aku pribadi ya?” Rendy hanya diam. 

“Diam terus, nggak perlu komentar atau nanggepi. Nggak apa-apa. Aku udah biasa kamu giniin.”

 “Terus, kamu mau aku gimana?” Tanya Rendy dengan muka datar. “Aku terlalu bodoh emang, anggep kamu bakal bales perasaan cintaku.” 

“Ini mustahil, Chatrine. Aku nggak mungkin nunjukin sikap buat suka sama kamu dikantor.” 

“Iya, aku tahu! Kamu udah bilang kalimat ini terus-menerus. Aku nggak tuli.”

 “Terus?? Masih kurang jelas penjelasanku?” “Gini ya, aku emang nggak bisa nunjukin sikap mesraku dikantor. Lagipula, aku juga takut ganggu posisimu di kantor. Kamu baru aja diterima kerja disana, baru juga dilihat oleh Pak Nino sebelum sekarang Pak Nino buta.” 

“Tapi tetep, kamu nggak bisa bales perasaanku. Sampai kapanpun, sikapmu akan tetap seperti ini ke aku.” “Aku tahu, kamu pasti menginginkan lebih. Kamu ingin aku lebih menunjukkan sikap sayangku ke kamu apalagi saat kita di kantor. Tapi apa kata orang-orang di kantor kalau melihat kedekatan kita, ini bisa mengancam statusmu di kantor.” Chatrine hanya diam. 

Rendy memengang tangan Chatrine perlahan dengan lembut. Chatrine sempat menghindar, tapi segera diraihnya tangan Chatrine. “Aku tahu, aku memang pria biasa, yang nggak bisa bikin romantis dan lebih banyak bikin kamu kesel....” 

“..... tapi, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk jadi yang terbaik buat kamu. Aku juga butuh proses, sama seperti kamu.” Cathrine hanya diam memandang Rendy. 

“Kita sama-sama berproses ya. Aku akan lebih banyak belajar memahami kamu, dan kamu juga kuharap bisa memahami aku jua. Untuk permintaanmu, soal mesra-mesraan di kantor.... maaf. Bukannya aku tidak mau, tapi kurasa kantor bukan tempat yang tepat kalau kita bersikap semacam itu.” “Aku hanya bisa mengajakmu ke cafe sederhana seperti ini, semoga ini bisa membuatmu jauh lebih baik.” 

Chatrine menundukkan wajahnya, lalu memandang Rendy. “Aku.... aku minta maaf. Aku terlalu egois buat maksain kehedakku ke kamu. Aku cuma nggak mau kecewa atau pilihanku salah untuk kesekian kali.”

 ***

 “Ini Mas teh nya.” Kata Michi. 

“Makasih ya.” Balas Rangga. 

“Gimana hasil hari ini?” Tanya Michi.

 “Lancar dan sukses, sayang. Semua customer tertarik dan akhirnya order. Semoga usaha kita jadi makin maju dan berkembang ya, sayang.” Kata Rangga. 

“ Amin.”  

“Diminum dulu mas, teh-nya. Nanti keburu dingin.” Kata Michi. “Iya, aku minum ya...” Rangga mengambil cangkir teh buatan Michi, istrinya. 

Beberapa saat kemudian... “Hmmmmmm...” “Gimana, Mas? Kurang apa?” “Enak bangeeeet!!” “Beneran?? Ah! Bohong nih kamu! Beeneran enak??” 

“Iya, enak kok.” 

“Beneran??” “Iya beneran, sayang,” Michi tersipu malu, ini adalah pertama kali dia membuat teh seumur hidupnya, apalagi ini untuk suami tercintanya, Rangga.

 ***

 “Ehh, cucu cantik Oma udah pulang! Gimana tadi main-mainnya sama Ncus dan Kiki, sayang? Are you enjoy?” Tanya Mama Rossa. “Wahhh! Kalau Reyna sih nggak perlu diraguin lagi nyonya. Puas banget tadi main di taman.” Jawab Mirna.

 “Bener bu bosss... Kiki sama Mbak Mirna juga seneng banget bisa main-main bareng Reyna di taman.” Kata Kiki. “ Ohh... Really?? You enjoy that?? Ahhh, oma juga ikut seneng kalau gitu.”

 “Iya Oma, Reyna tadi seneeeeeng bangeeet bisa main lagi di taman.” Jawab Reyna. “Iya udah, sekarang ikut Ncus sama Kiki ke belakang, cuci tangan terus ke dapur, Oma udah siapin makanan favorit Reyna.” “Beneran Bu Boss? Bu Boss yang masak?” Celetuk Kiki. Mirna menyenggol pundak Kiki. 

“I buy it tadi setelah mampir ke supermarket tadi.” Jawab Mama Rossa. 

“ Iya udah Nyonya, Mirna sama Kiki anter Reyna cuci tangan dulu.” Kata Mirna. 

“Daaa Oma” Reyna melambaikan tangan. 

“ Daaa.. see you in the kitchen, sayang. Nanti Oma nyusul ya,” “iya Oma.” “Mari, Nyonya.” 

***

 Kondisi Elsa semakin membaik, meski ingatannya masih tetap tentang Nino. Setelah pertemuannya dengan Nino sore itu, kondisi Elsa makin menunjukkan perbaikan. Meski kadang, dia masih sering termenung sendiri, melamun dan tatapannya kadang kosong. Yang Elsa tau, bayi dalam kandungannya adalah anak Nino. Setiap kali matanya menatap perutnya yang makin membesar, senyuman dan pikirannya tertuju pada Nino.

 ***  

“Gimana kalau kita jenguk Elsa, pa?” Ajak Mama Sarah. “Mama udah siap buat jenguk Elsa?” Tanya Papa Surya. Mama Sarah mengangguk. “Papa Cuma nggak mau, Mama jadi drop karena ketemu Elsa, Ma.” Kata Papa Surya. “Mama kuat kok, Pa.” Jawab Mama Sarah “Ayo.. kita berangkat sekarang, ya?” Sambung Mama Sarah. “ Oke, Ma.” 

***  

“Selamat ulang tahun, Mbak.” Suara diujung telpon itu terdengar ditelinga Andin. “ Elsa...” “Iya, mbak. Ini Elsa. Selamat ulang tahun ya, Mbak.” Kata Elsa sekali lagi. “Ka.. kamu ngucapin ke Mbak?” “Iya Mbak, ini kan hari ulang tahunnya Mbak Andin. Elsa nggak akan lupa. Selamat ulang tahun ya, Mbak.” Air mata menetes membasahi pipi Andin. Dia tidak menyangka malam itu mendapat ucapan selamat ulang tahun dari Elsa. Lamunan Andin membawanya mengingat masa lalunya.... “Emang ada apa sih?? Rumah pakai di hias-hias segala!!” “Elsa, ini kan hari ulang tahun Mbak Andin.” “Ups!! Sorry!! Ulang tahun ya?? Hmmmm... Pergi dulu aaah!!! Daaaa semuanya...” “Mbak... Mbak Andin... Mbak...??” Suara Elsa membuyarkan lamunannya. “Eh.. iya... Iya Elsa, mbak masih disini. Mbak nggak nyangka, kamu inget ulangtahun mbak. Makasih ya Elsa.” Kata Andin. “ Sama-sama, Mbak.” Jawab Elsa. “Mbak tau nggak? Barusan Elsa dapet kiriman gelang dari Nino,mbak. Baguuuusss banget.” “Oh ya?? Syukurlah kalau gitu. Salam buat Nino ya.” “ Iya Mbak, nanti Elsa sampaikan ke Nino kalau Nino dateng kesini. Iya udah, Mbak... udahan dulu ya, handphonenya udah harus Elsa balikin lagi ke suster. Selamat ulang tahun, Mbak.” ***  “Anak-anak, perkenalkan teman baru kita.” Kata Miss Olivia memperkenalkan anggota baru kelasnya mengajar. “Ayo, perkenalkan diri kamu ke teman-teman.” Kata Miss Olivia. “ Halo semua, perkenalkan... Namaku Thomas. Aku pindahan dari Surabaya. Semoga kita bisa jadi teman yang baik ya.” “Nah, ini Thomas ya, anak-anak. Mulai hari ini akan sama-sama belajar bersama kita. Thomas, kamu bisa duduk disebelah Reyna.” “Iya, Miss.” 

***

 Terlihat seorang lelaki memakai jas mendatangi sekolah Reyna.  Miss Olivia mendatangi orang tersebut.

 “ Selamat siang, Pak.” Kata Miss Olivia.

 “Selamat siang.” “Anda pasti bangga punya dengan cucu anda, Pak.” Kata Miss Olivia Lelaki itu tersenyum.

 “Terima kasih sudah menjadi guru terbaik untuk cucu saya.” 

Suara lantang terdengar... “ Opaaaa!!”      

“Nah! Itu dia.” Jawab Miss Olivia 

“ Halo sayang”  

“Pa, Miss Olivia ini baaaiikkk banget!” Kata Thomas. 

Miss Olivia dan lelaki itu sama-sama tersenyum. 

“Kalau begitu, saya permisi ya Miss.” 

“Daaaa daaa Misss.” Kata Thomas 

“Oh ya, silahkan Pak Irvan.”  (Bersambung..)