Contents
FASE ITU NYATA
YOK BISA YOK
Beberapa hari kemudian, masih sama. Tidak ada panggilan satu pun, Ay mulai merasa pesimis di sini. Pengeluaran bertambah namun cuan yang tersisa hanya untuk beberapa hari kedepan. Ia sempat berfikir untuk memutar cuannya dengan berjualan. Namun karna tidak adanya bakat, ia pun merenungkan dan memilih untuk tetap ngebolang. Setiap hari, kecuali weekend ia habiskan untuk menelusuri kawasan industri.
Berjelajah sendiri, dan berpenampilan hitam putih, sering dianggap rendah oleh lingkungan. Bahkan sesekali security memberitahukan bahwa tidak ada lowongan dengan cara yang kurang etis, menurut Ay. Sampai ketika, ia di depan gerbang perusahaan X kemudian menyeru...
Ay : “Permisi pak..” ( senyum tipis )
Security : “Belum ada lowongan.” ( dari balik tembok pos security )
Ay : “Ya sudah, makasih pak..”
Ay balik badan kemudian berjalan beberapa langkah menyamping dari gerbang. Di sana berteduh sejenak, celinga celinguk mengamati sekitar. Ia bingung harus kemana lagi, sedangkan jam masih menunjukkan 08.45 an. Di tengah kebingungannya ini, tiba – tiba...
Security : “Kalau mau nunggu jangan di sini.” ( dari pintu gerbang )
Ay : ( kaget ) “Iya pak, maaf.”
Ay meninggalkan perusahaan dengan tujuan yang tidak jelas. Ia menarik nafas kasar, sembari “sabar” ucapnya ke diri sendiri. Jalan jalan jalan, sesekali ia berhenti untuk berfikir selanjutnya ke arah mana. Di sini ia tidak bisa terlalu jauh, takut nyasar atau gimana – gimana. Terlebih daerah kawasan industri. Tidak terasa jam menunjukan 10.00 an lebih. Ay mulai lelah. Badan terasa panas, pandangan pun buram. Ia segera mempercepat langkah untuk sampai di jalan raya.
Ay mengikuti jalan lurus, dan sampai di gapura ia milih ke kanan. Tidak tahu iu arah ke mana, hehe.. Jalan beberapa meter, ia berhenti pas di tikungan. Tepatnya di bawah pohon berdaun rindang ia meluruskan kaki, tangan kanan mengusap keringat, dan kiri memegang air mineral yang ia bawa. Sesekali juga ia memberikan semangat untuk dirinya sendiri. Dirasa lelahnya hilang, ia melanjutkan perjalanan pulang. Dari tempat duduknya, ia lurus sampai akhirnya ketemu rumah sakit, dan tidak jauh dari itu, sudah jalan raya. “Alhamdulillah,” seru Ay dalam batin.